3. Damn.. That Smile!!

1.7K 136 29
                                    

"Lo serius nge diemin dia??" Tanya Donny dengan penasaran setelah Valen memberitahu dia bahwa semalam salah satu ajudan dari Paslon 04 mengirimkan pesan kepadanya.

"Harus gimana lagi? Gue juga bingung mau bales apa, masa iya Gue langsung minta ganti rugi, kesannya kayak Gue nggak punya uang banget." Jawab Valen sambil memakan Gudeg nya.

Mereka memang memutuskan untuk tidak sarapan di hotel dan memilih untuk makan Gudeg legendaris Yu Djum untuk sarapan pagi. Sebenarnya ini ide Donny untuk makan disini karena katanya ini salah satu makanan favoritnya saat berada di Jogja. Tidak hanya Donny, tapi Mas Hadi dan juga Sarah - pacar Donny - yang semalam baru sampai di Jogja juga ikut menemani Valen pagi ini.

"Tapi sayang banget nggak sih, Len. Siapa tau bisa Lo gebet kan? Ganteng nggak dia?" Goda Sarah sambil tersenyum nakal, Valen hanya diam sambil tertawa kecil. "Oke, walaupun nggak ganteng tapi berpangkat loh, cewek mana yang nggak mau??" Tambah Sarah lagi.

"Gue nggak mau," sahut Valen dengan cepat, "Ya masa sih cuma liat orang dari cakep nya atau pangkatnya aja, kalo dia psikopat gimana??"

"Ya kali, Len." Sahut Donny, "Lo pikir aja ajudan calon presiden psikopat gitu, mau bunuh diri apa gimana tuh presiden"

Mereka hanya tertawa dan melanjutkan sarapan, tak jarang Valen menggoda Donny dan Sarah yang saling menyuapi satu sama lain, sedangkan Mas Hadi hanya menunjukkan ekspresi risih. Ya, memang tidak semua orang nyaman dengan PDA (Public Display Affection), tapi bagi Valen hal itu biasa. Hei, apa salahnya dengan menunjukkan cinta kalian kepada publik??

Terdengar ramai-ramai suara dari luar kedai dan itu membuat Valen dan yang lainnya menoleh ke arah pintu masuk.

"Ada Pak Prasetyo dateng, ada Pak Prasetyo!!" Ujar salah satu karyawan kedai dengan panik sambil berlari menuju dapur, Valen dan yang lainnya saling berpandangan dengan heran.

Kalau ada Pak Prasetyo, berarti ada......

Lelaki itu pun memasuki kedai, ya.. lelaki itu. Ajudan yang mendorongnya sampai ia jatuh tersungkur kemarin malam dan memberikan luka lebam di tangan kanannya. Ia berjalan cepat memasuki kedai dan memastikan kondisi aman.

Valen memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh lelaki itu. Siapa namanya?? Teddy?? Ya, Teddy. Valen mencoba mengingat-ingat apakah benar itu namanya. Valen menundukkan wajahnya sambil memakan Gudeg nya, walaupun sekarang dia sudah tidak berselera untuk makan sama sekali.

"Loh Len, itu bukannya..." Valen langsung memotong omongan Donny dengan menginjak kakinya, Donny langsung mengaduh kesakitan.

Sarah dan Mas Hadi saling berpandangan dengan bingung, sedangkan Valen masih menunduk memandang Gudeg nya walaupun itu tidak terlihat menarik sama sekali.

"Nggak usah di injek kaki Gue, Len!!" Protes Donny dengan suara agak keras, Valen kali ini mengangkat kepalanya dan memelototi Donny.

Donny dan Valen yang sedang duduk berhadapan terdiam saat merasakan ada sebuah tubuh tinggi berdiri di samping mereka, mereka sama-sama menoleh ke arah tubuh tersebut dan mendapati bahwa Teddy sedang berdiri di samping mereka.

Seperti seirama, begitu Donny dan Valen menoleh ke arah Teddy, ia pun menoleh ke arah Donny dan Valen. Donny segera memalingkan wajahnya dan memakan Gudeg nya yg sebenarnya sudah habis dan tinggal tersisa tulang ayam saja, sedangkan Valen masih beradu pandang dengan Teddy.

"Oh ini ya Mbak, ajudan yang kemarin dorong Mbak Valen sampai jatuh." Sahut Mas Hadi tiba-tiba dengan suara yang agak keras, Valen memejamkan matanya karena malu dan langsung menoleh ke arah Mas Hadi. Ia lalu membuka matanya dan memelototi Mas Hadi, sedangkan Mas Hadi hanya diam dengan tampang polos.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang