32. The Last Kiss

936 124 75
                                    

Tak terasa hari pernikahan Donny dan Sarah pun tiba, dan Valen amat sangat menanti hari ini dari beberapa bulan yang lalu. Walaupun agak lelah karena Valen masih harus bekerja dan mengurus dokumen-dokumen kepindahannya ke Amerika, tapi Valen pastinya tidak akan melewatkan acara ini.

Valen sempat khawatir akan pekerjaannya di VoA setelah apa yang terjadi dengannya dan Gilang waktu itu, tapi untunglah itu sama sekali tidak mempengaruhi pekerjaannya. Semenjak hari itu pun, Teddy masih berusaha untuk menghubungi Valen. Menelponnya, mengirimkan pesan, dan terkadang berkunjung ke apartemennya. Tapi Valen sebisa mungkin mengabaikannya.

Valen berpikir akan lebih baik untuk meminimalisir kontak dengan Teddy saat ia berencana untuk pergi darinya, itu akan membuat Valen lebih mudah untuk meninggalkannya. Dan mungkin, akan membuat Teddy lebih mudah untuk membenci dan melupakannya.

Valen menatap Sarah yang saat ini sudah siap untuk keluar dari kamarnya, ia sudah terlihat sangat cantik dengan riasan adat jawanya yang kini sudah menghiasi wajahnya. Valen tersenyum kecil dan menghampirinya.

"Udah siap buat kehidupan yang baru?" tanya Valen sambil merapikan kain Sarah yang agak kusut, Sarah menoleh ke arah Valen dengan ekspresi gugup.

"Nggak tau kenapa Gue tiba-tiba nervous," jawab Sarah sambil memainkan jari jemarinya, sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan saat sedang gugup. "Gue nggak mau keluar,"

"Semuanya bakal baik-baik aja, oke? Wajar untuk gugup di saat kayak gini, tapi Lo harus inget di luar sana ada Donny yang lagi nungguin Lo. Dan Lo pasti nggak mau bikin dia menunggu lebih lama, kan?" ujar Valen sambil memegang pundak Sarah, berusaha meyakinkan dia bahwa semua akan baik-baik saja.

Sarah mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, berusaha untuk menghilangkan rasa gugup dari dirinya. "Makasih ya Len, Lo udah mau nemenin Gue hari ini. Gue cuma bisa berdoa semoga Lo nemuin orang yang bisa nerima Lo apa adanya," ucap Sarah sambil tersenyum, "Walaupun menurut Gue, Lo udah nemuin orangnya sih."

Valen tersenyum kecil dengan pikirannya yang sekarang tertuju kepada Teddy, "Dia orang baik, tapi butuh lebih dari sekedar 'baik' untuk ke jenjang yang lebih serius." sahut Valen sambil bersandar di tembok, Sarah memandangnya dengan heran, "Disaat Lo menikah kayak gini, ini udah bukan cuma tentang Lo sama Donny aja kan, tapi Lo dan Donny juga berusaha menyatukan keluarga kalian. Beruntungnya buat kalian, keluarga kalian sama sekali nggak keberatan dengan hubungan kalian. Di sisi lain, Gue sama Teddy...."

Valen terdiam dan tersadar bahwa hari ini bukanlah waktu untuk bersedih, hari ini ia harus senang akan pernikahan kedua sahabatnya. Valen menggeleng pelan sambil tersenyum lebar, "Gue ngomong apa sih, ini hari Lo sama Donny, oke? Lo nggak usah mikirin Gue, ya. Gue udah happy karena Lo dan Donny akhirnya nikah dan bentar lagi Gue udah bisa mulai kerja di VoA." sahut Valen dengan riang dan menepukkan tangannya, Sarah memandangnya dengan tatapan sedih.

"Ah, Gue jadi sedih inget Lo bakal ninggalin Gue sama Donny bentar lagi." keluh Sarah sambil berusaha untuk tidak menangis, Valen merasa panik dan langsung mengibaskan tangannya di depan wajah Sarah.

"Yah Sar, jangan nangis dong. Lo udah bayar MUA mahal-mahal masa mau dilunturin," ucap Valen sambil meringis, "Gue janji bakal sering video call Lo sama Donny kok, kalo libur juga Gue pasti pulang."

"Pokoknya Lo harus janji ya, biarpun Lo jauh disana Lo bakal tetep jadi sahabat Gue sama Donny. Jangan lupa sama kita walaupun nanti temen-temen Lo di sana lebih keren," pinta Sarah dengan nada bergetar, Valen hanya diam dan mengangguk.

"Yaudah ayo keluar, kasian Donny nanti lumutan nungguin Lo." ajak Valen, Sarah pun mengangguk dan berjalan keluar ruangan. Ia diantar menuju lokasi akad nikah oleh Ibu dan Kakaknya, sedangkan Valen dan yang lainnya akan menyusul di belakang mereka.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang