Beberapa minggu berlalu setelah pertemuan terakhir Valen dan keluarga Teddy berlangsung, semenjak itu pula Valen berusaha untuk melupakan apa yang dikatakan oleh Tante Githa di acara tersebut. Valen berusaha untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya, sesekali juga pergi berkencan dengan Teddy, atau bahkan menemani Sarah untuk mengurus hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk pernikahannya. Apapun untuk membuat Valen tidak teringat akan hal itu.
Valen juga tidak pernah memberitahu Teddy tentang hal tersebut yang selalu berkecamuk di pikirannya, itu karena ia tidak ingin hal itu menambah beban pikiran Teddy. Valen tahu Teddy sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya belakangan ini, itulah mengapa Valen merasa beban tambahan darinya bukan sesuatu yang ingin diberikan Valen kepada Teddy.
Sampai hari ini pun tiba, hari dimana ia harus menemui keluarga Teddy lagi. Beberapa hari yang lalu, Teddy memberitahu Valen bahwa ia ingin membawa Valen untuk buka puasa bersama di rumahnya. Dan tentu saja, keluarga Teddy banyak yang akan datang. Termasuk Tante Githa.
Ingin rasanya Valen menolak, tapi ia tidak tega menolak ajakan Teddy. Apalagi niatnya sebenarnya baik, yaitu untuk mengenalkan Valen ke keluarga besarnya. Valen sebenarnya tersentuh akan niat Teddy, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya di hari itu cukup membuat Valen trauma. Valen hanya berdoa semoga hari ini Tante Githa berhalangan hadir, entah dia ada acara atau mungkin jatuh sakit. Terdengar jahat memang, tapi ya itulah yang diharapkan Valen.
"Sayang.." panggil Teddy membuat Valen tersadar dari lamunannya, Valen menoleh ke arah Teddy yang sedang menatapnya dengan khawatir. "Kamu nggak apa-apa? Kita udah sampe loh,"
Valen mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil dan benar saja, mereka sudah sampai di rumah Teddy. "Oh udah sampe, maaf ya tadi aku agak kepikiran kerjaan. Kasihan Donny harus urus artikel nya sendirian," sahut Valen sambil menghela nafas panjang, Teddy tersenyum meminta maaf.
"Maaf ya, nanti Donny aku GoFood in sesuatu deh buat dia buka puasa. Sekalian sebagai permintaan maaf," ucap Teddy, Valen tertawa kecil dan hanya mengangguk. Valen lalu membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil, tapi sebelum ia keluar Teddy menahan tangannya, Valen pun menoleh ke arahnya. "Kamu jangan khawatir ya, ada aku nanti disana."
Valen tersenyum dan mengangguk, ia lalu keluar dari mobil. Valen mengikuti Teddy berjalan memasuki rumahnya yang terlihat seperti sudah banyak orang, mereka sampai di teras dan terdapat beberapa laki-laki yang sudah berumur beserta juga Ayah Teddy sedang duduk bersantai sambil mengobrol disana.
Ayah Teddy menyadari keberadaan Teddy dan langsung berdiri dari duduknya, Teddy pun mencium tangan Ayahnya, begitu pula dengan Valen.
"Eh udah dateng, Bapak kira datengnya masih nanti," ujar sang Ayah sambil menepuk pundak Teddy, "Wah Valen ikut juga, apa kabar ini??" tanya Ayah Teddy kepada Valen, Valen tersenyum kecil.
"Baik, Pak. Makasih udah undang Valen kesini, Bapak apa kabar? Sehat?" sahut Valen sambil tersenyum sopan, Ayah Teddy pun menyambut senyumnya dengan ramah.
"Alhamdulillah, sehat kok." jawab Ayah Teddy, pandangannya pun teralih ke laki-laki lain yang sedang duduk di teras dan memandangi Valen dengan tatapan bertanya-tanya. "Valen, ini om-om nya Teddy. Jadi hari ini semua keluarga yang di Jakarta emang mau buka bersama di rumah, jadi sekalian biar kenalan sama Valen."
Valen pun mengalihkan pandangannya ke arah beberapa laki-laki tersebut dan tersenyum ramah kepada mereka, mereka juga menyambut senyuman Valen dengan ramah. Valen memperhatikan bahwa suami dari Tante Githa belum terlihat, apakah mungkin ia tidak datang hari ini? Semoga saja.
"Yaudah, Pak. Teddy mau anter Valen ke dalam dulu biar ngobrol sama yang cewek-cewek, nanti Teddy kesini lagi," sahut Teddy kemudian, Ayahnya pun mengangguk dan mempersilahkan mereka masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...