9. Past, Present, Future

1.7K 138 19
                                    

Beberapa hari berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, setelah itu merekapun kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi mereka masih tetap berkabar melalui WhatsApp dan bisa dibilang komunikasi mereka saat ini jauh lebih intens dibanding sebelumnya.

Valen yang sedang duduk di kursi meja riasnya melirik ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam, beberapa jam lagi menuju tahun baru. Ya, hari ini hari terakhir dari tahun 2023. Tahun yang penuh kejutan bagi Valen.

Tahun baru menurut Valen bukanlah hal yang menarik perhatiannya, baginya malam tahun baru sama saja dengan malam-malam lainnya. Disaat orang lain berpesta untuk merayakan tahun baru, Valen cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di apartemennya sambil menonton film atau membaca buku. Tapi sepertinya malam ini tidak akan seperti malam tahun baru sebelumnya.

Beberapa waktu yang lalu, Teddy menelpon Valen dan mengajaknya untuk ikut merayakan malam tahun baru bersamanya. Ia berkata bahwa malam tahun baru nanti Pak Prasetyo akan mengajak keluarga serta rekan-rekannya untuk menghabiskan malam tahun baru bersama, dan ia juga memperbolehkan ajudannya untuk membawa teman atau pasangan.

Awalnya sudah pasti menolak, disamping karena ia memang tidak suka keramaian, dia juga tidak terlalu kenal dengan orang-orang disana. Valen juga sadar bahwa disana Teddy tidak akan menemaninya terus menerus, dia juga tetap harus mengawal Pak Prasetyo. Tapi karena Teddy terus-menerus membujuknya, pada akhirnya Valen luluh juga.

Jadi disinilah ia sekarang, di depan meja riasnya setelah selesai berdandan dan tinggal menunggu Teddy untuk menjemputnya. Valen mengenakan atasan putih tanpa lengan dan rok hitam diatas lutut yang ia lengkapi dengan belt yang melingkari pinggangnya agar terlihat lebih rapi dan ramping. Ia lalu menunggu Teddy sambil memeriksa handphone nya dan menemukan beberapa pesan dari teman-temannya yang sedang merencanakan pesta tahun baru mereka nanti malam.

Tak lama bel apartemen Valen pun berbunyi, Valen langsung berdiri dan bergegas membuka pintu. Setelah Valen membuka pintu, terlihat sosok Teddy yang sedang memakai kemeja biru tua dan celana jeans hitam berdiri di depan pintu nya. Teddy memperhatikan Valen dari atas sampai bawah sambil tersenyum kecil, Valen merasa canggung dengan hal itu.

"Kamu kelihatan.... beda." ujar Teddy sambil tersenyum kecil, Valen mulai merasakan dirinya menyesali pilihan pakaiannya hari ini.

"Jelek ya?" Tanya Valen dengan nada kecewa, senyuman Teddy langsung pudar tergantikan dengan raut wajah yang sedikit panik. "Aku ganti baju dulu deh,"

"Nggak.. nggak. Beda bukan berarti jelek kan, Len. Beda dalam artian bagus," jawab Teddy sambil menarik tangan Valen agar tidak pergi kembali ke kamar tidurnya untuk berganti baju. "Cantik," tambah Teddy sambil mengusap kepala Valen.

Valen berusaha menahan senyumnya dan berbalik menuju kamarnya untuk mengambil tas dan handphone nya. Ia lalu kembali berdiri di hadapan Teddy, keluar dari apartemen dan mengunci pintu. Tapi Teddy bisa melihat raut wajah Valen yang terlihat tidak nyaman.

"Ada masalah?" Tanya Teddy dengan waspada, ia tidak ingin Valen tiba-tiba membatalkan rencana mereka tapi ia juga tidak ingin membuat Valen tidak nyaman.

"Nggak ada sih... Aku cuma kurang suka keramaian aja. Bakal rame banget disana?" Sahut Valen, Teddy mulai berpikir apakah lebih baik mengajak Valen ke suatu tempat yang lebih private.

"Mungkin iya, lumayan banyak sih yang diundang sama Bapak. Apa kamu mau ke tempat lain aja? Aku bakal temenin," ujar Teddy, Valen buru-buru menggeleng.

"Nggak, nggak. Aku nggak apa-apa kok, aku bisa handle. Aku cuma antisipasi aja, daripada aku kaget kan." Tolak Valen, Teddy masih diam sambil mengamati wajah Valen. "Nggak usah baca ekspresi aku deh, canggung tau." Protes Valen sambil memasang tampang cemberut, Teddy tertawa kecil dan menggandeng tangan Valen.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang