Teddy mengendarai mobilnya menuju tempat dimana ia akan menemui Karina. Saat tadi Karina menelponnya, Karina meminta untuk bertemu dengan Teddy agar bisa membicarakan tentang apa yang terjadi. Kenapa semua ini bisa ter ekspos ke publik, dan tentu saja Teddy sudah berkali-kali bilang kepada Karina bahwa ia tidak tahu tentang masalah ini. Tapi Karina tetap ngotot untuk mengajaknya bertemu, dan akhirnya Teddy setuju.
Setelah izin kepada Pak Prasetyo untuk mengambil cuti karena suasana yang tidak kondusif, Pak Prasetyo menyetujuinya. Teddy akhirnya memutuskan untuk rehat sejenak dan tidak menunjukkan dirinya ke publik selama beberapa saat, salah satu tujuannya adalah agar tidak membagi fokus masyarakat kepadanya. Apalagi saat ini Pak Prasetyo dalam masa kampanye, pastinya fokus masyarakat kepada program nya adalah yang paling penting.
Akhirnya Teddy sampai di tempat yang Karina maksud, sebuah coffee shop langganan mereka saat dulu masih berpacaran sampai menjadi suami istri. Teddy memasuki coffee shop tersebut dan di dalam dia sudah menemukan Karina yang sedang duduk di salah satu kursi dengan ekspresi murung, Teddy pun mendekatinya.
"Sorry lama, Rin. Tadi izin dulu ke Bapak," ujar Teddy sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Karina.
"Ada apa Mas sebenernya?" Tanya Karina tanpa basa-basi, Teddy hanya diam karena jujur ia pun tidak tahu tentang ini. "Kenapa bisa kebongkar, Mas?"
"Aku nggak tau, Rin." Jawab Teddy singkat, ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan berusaha menatap ke arah lain. Dalam hatinya ia masih merasa bersalah kepada Valen karena menemui Karina, tapi di satu sisi Teddy kecewa kepada Valen.
"Kamu pernah cerita masalah ini ke orang lain?" Tanya Karina lagi, Teddy hanya diam tapi kemudian ia mengangguk. "Ke Valen?"
"Iya aku cerita ke dia," jawab Teddy disela hembusan nafasnya yang berat, Karina seakan tidak percaya dengan jawaban Teddy.
"Kamu serius, Mas? Dia itu jurnalis, tujuan dia pasti untuk cari-cari informasi. Mungkin alasan dia deketin kamu buat cari info tentang Bapak, tapi karena kamu cerita ke dia tentang masa lalu kamu dia jadi dapat bahan yang lebih menarik." Sahut Karina, Teddy hanya diam saja. "Aku nggak nyangka kamu bisa ketipu sama dia, Mas."
"Kita masih belum tau, oke Rin? Jadi menurut aku mending kamu jangan asal tuduh dulu," ujar Teddy, ia tidak mau Karina asal menuduh Valen. Walaupun dirinya sendiri pun yakin bahwa Valen lah pelakunya.
"Mas, tolong kamu jangan buta cuma karena kamu sayang sama dia. Semua ini berawal dari media nya Valen, dan kamu masih berpikir positif tentang dia?" Sahut Karina dengan nada tidak percaya, Teddy memandangi nya dengan tatapan tajam.
"Rin, hal ini udah terjadi. Mau itu Valen atau orang lain, kita nggak bisa ngembaliin keadaan kayak dulu lagi. Jadi fokus aja ke depan, oke?" Ucap Teddy karena jujur ia merasa lelah dengan keadaan ini. Ia hanya ingin kehidupan private yang jauh dari drama, itulah mengapa ia tidak ingin masa lalu atau kehidupan nya tersebar ke publik. Tapi sekarang??
"Fokus ke depan apa?? Karir aku hancur mas, aku harus private sosial media aku karena banyak hate comment. Dan karena itu aku nggak bisa leluasa pake sosial media aku buat kerja, ditambah keluarga calon suami aku juga batalin lamaran mereka. Sekarang aku harus fokus tentang apa??" Bentak Karina, kali ini ia mulai menangis.
Teddy tertegun mendengar itu, ia tidak sadar bahwa itu akan berpengaruh banyak kepada kehidupan Karina. Memang dalam hal ini kesalahan semua ada pada Karina, tapi Teddy juga tidak mau itu menghancurkan hidup Karina.
"Aku tahu ini berawal dari kesalahan aku, Mas. Tapi aku udah berubah, aku udah dapat balasan yang setimpal setelah pisah dari kamu. Aku cuma mau bangun kehidupan baru aku," ucap Karina disela isak tangisannya, Teddy hanya diam dan bingung harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...