30. The Rage

1K 136 83
                                    

Bulan Ramadhan akhirnya berakhir, dan datanglah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Ya, hari lebaran telah tiba. Hari dimana orang-orang akan berkumpul bersama keluarga mereka, merayakan hari tersebut dengan makan bersama, berkunjung ke rumah keluarga dan kerabat, dan banyak hal lainnya yang menyenangkan.

Walaupun Valen tidak mempunyai keluarga dan sanak saudara, Valen selalu gembira jika lebaran tiba. Ia selalu menikmati suasana lebaran yang damai. Dan disamping itu, selama lima tahun belakangan ini, ia mempunyai kebiasaan menghabiskan waktu lebaran bersama Donny dan keluarganya. Valen selalu senang menghabiskan waktu bersama mereka.

Donny tinggal bersama kedua orang tuanya, ia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya sudah menikah dan kini tinggal dirumah yang berbeda, tapi kalau lebaran tiba mereka pasti pulang kerumah orang tuanya, jadi Valen juga sering bertemu mereka semua. Mereka semua selalu menyambut Valen dengan baik, apalagi kedua orang tua Donny. Mungkin karena mereka tidak memiliki anak perempuan, jadi ia menganggap Valen seperti anak sendiri.

"Mohon maaf lahir batin ya, Len." ucap Donny sembari mengusap-usap kepala Valen dengan keras sampai rambut Valen berantakan, Valen yang sedari tadi bermain bersama keponakan Donny pun mendengus kesal dan menyingkirkan tangan Donny.

"Jangan acak-acak rambut Gue !! Lo baru minta maaf udah bikin salah aja," gerutu Valen sambil kembali merapikan rambutnya. Nisa, keponakan Donny yang baru berusia enak tahun memukul tangan Donny dengan keras.

"Om Donny, jangan pegang-pegang kepala Tante Valen, nggak baik." protes Nisa sambil merengut kesal, Valen dan Nisa memang sudah lumayan dekat karena setiap tahun mereka pasti bertemu dan Valen sering sekali bermain dengannya.

"Kamu kok malah belain Tante Valen sih, kan adik nya ayah kamu tuh Om Donny, bukan Tante Valen." protes Donny merasa tidak terima karena Nisa lebih membela Valen dibanding dia.

"Soalnya Tante Valen selalu nemenin aku main, nggak kayak Om Donny kerjaannya usil terus ke aku." sahut Nisa sambil kembali sibuk dengan mainannya, Donny memasang tampang sedih yang dibuat-buat dan mengeluarkan sebuah amplop lebaran dan menunjukkannya kepada Nisa.

"Yah.. padahal Om tadi mau kasih Nisa angpao lebaran buat beli mainan, tapi Nisa lebih pilih Tante Valen. Om simpan lagi aja deh," goda Donny sambil berjalan meninggalkan Nisa. Mendengar itu, Nisa langsung berlari mengejar Donny sambil meminta angpao dari Donny.

Valen terkekeh pelan dan bangun dari duduknya, ia lalu berjalan menuju dapur untuk membantu menyiapkan makanan untuk mereka makan bersama. Terlihat di dapur sudah ada Ibu Donny dan kedua kakak ipar Donny yang sedang menyiapkan makanan, Valen pun bergabung bersama mereka.

Kak Ratna, salah satu kakak ipar Donny, menyadari kedatangan Valen. "Eh Len, udah nggak main sama Nisa?" tanya Kak Ratna sambil menuangkan opor ayam ke dalam mangkuk, Valen menggeleng pelan.

"Nisa lagi berantem sama Donny, jadi aku kesini aja." jawab Valen, ia lalu berinisiatif untuk memotong-motong ketupat dan menaruhnya di piring.

"Aduh Donny nih, biasanya kalo udah diusilin gitu Nisa ujung-ujungnya nangis." gerutu Kak Ratna dengan nada lelah, Valen hanya tertawa kecil.

Baru saja Kak Ratna menggerutu masalah itu, terdengar suara Nisa menangis dari luar rumah ditambah dengan suara tawa terbahak-bahak Donny. Valen dan Kak Ratna saling berpandangan, Valen tersenyum simpul sedangkan Kak Ratna mendesah pelan.

"Kan... belum ada semenit aku ngomong." desah Kak Ratna, ia pun keluar dari dapur untuk menghampiri anaknya. "Donny!! Jangan dinakalin Nisa nya..." teriak Kak Ratna sambil menghampiri Nisa dan Donny, Valen hanya tertawa kecil dan melanjutkan pekerjaannya.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang