26. Am I Good Enough?

1K 120 60
                                    

Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.

Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali.

"Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?"

"Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?"

"Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.

"Ya.. lumayan sih, Mas. Emang ada apa?" Valen balik bertanya kepada Teddy, terdengar suara lalu lintas dari seberang telpon Valen dan Valen langsung tahu bahwa Teddy pasti sedang mengemudi. "Lagi nyetir, Mas?"

"Eh.. iya. Ini lagi di jalan mau ke kantor kamu," jawab Teddy, Valen mengernyitkan dahinya karena heran."Berhubung hari ini masih deket-deket sama ulang tahun kamu, aku mau ajak kamu makan sama keluarga aku di luar. Mumpung kakakku juga lagi di Jakarta,"

Valen terduduk tegak di kursinya dan menimbulkan suara berisik karena kakinya menendang meja kerjanya, teman-teman kantornya yang masih ada disana langsung memperhatikannya. Valen meminta maaf pada mereka dan berjalan ke toilet wanita.

"Kamu serius, Mas? Kenapa nggak bilang-bilang?" tanya Valen sambil meringis khawatir.

"Ini aku bilang kamu," jawab Teddy dengan santai, Valen memutar bola matanya dengan lelah.

"Maksud aku kenapa nggak bilang dari kemarin? Kan aku bisa bawa baju ganti ke kantor, masa aku pake baju kerja?" protes Valen sambil memandang ke arah pakaiannya saat ini. Valen memakai pakaian yang sangat casual, hanya kemeja berwarna taupe dan celana kain berwarna putih, sesimpel itu.

"Santai aja, kakakku juga baru sampe Jakarta kok. Nggak mungkin dress up juga, saudara aku yang lain juga pasti banyak yang baru pada pulang kerja." sahut Teddy, Valen membelalakkan matanya dengan kaget.

"Tunggu.. tunggu... kita makan sama keluarga inti kamu aja atau keluarga besar??" Valen berusaha memastikan agar dia tidak kaget saat sampai di tempat yang dimaksud Teddy nanti.

"Hmm... keluarga lumayan besar." jawab Teddy dengan agak ragu, Valen berhenti berjalan dan bersandar di dinding lorong kantornya.

"Kebiasaan kamu ini loh, Mas. Pasti kalo mau ada acara-acara gini mendadak," Valen kembali protes setelah mengetahui bahwa ini bukan hanya sekedar makan malam biasa, tetapi juga sekaligus akan bertemu dengan keluarga besar Teddy. Dan Valen tentu belum siap untuk itu, apalagi ditambah dengan dirinya sudah kelelahan akibat bekerja sedari pagi.

"Maaf, sayang. Ini juga mereka ngasih kabarnya mendadak, jadi aku juga mendadak kasih tau kamu. Sebenernya aku udah rencanain ini dari waktu kamu ulang tahun, tapi mereka baru bisa sekarang." ujar Teddy, Valen teringat saat Teddy bersikap mencurigakan dan tidak memperbolehkan Valen untuk melihat ponselnya sama sekali.

"Kemarin pas kamu nggak bolehin aku liat HP kamu gara-gara itu??" tanya Valen sambil terkekeh, Teddy hanya tertawa kecil.

"Ya kan nggak lucu masa baru mau surprise udah ketahuan," sahut Teddy kemudian, "Ya udah, aku bentar lagi sampe kantor kamu. Kamu siap-siap ya, aku kabarin kalo udah di bawah."

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang