19. Work the Plan

1.1K 124 97
                                    

Donny menunggu di depan kantornya dengan tidak sabar, dimana kedua orang itu?? Mereka bilang akan kesini jam delapan pagi. Donny melirik jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, apa mereka tidak datang??

Donny bersandar ke dinding dengan kesal sambil memeriksa ponselnya, ada satu pesan dari Valen yang menanyakan keadaan Sarah dan satu pesan dari Sarah yang mengabarkan pada Donny kalau dia sudah sarapan pagi ini. Tapi tidak ada pesan dari Rizki maupun Aji yang katanya akan datang ke kantor lagi ini untuk memulai 'rencana' mereka.

Untungnya ia sudah izin kepada Pak Imam bahwa ia baru bisa masuk kantor setelah jam makan siang karena ada urusan, dan Pak Imam mengizinkannya dengan syarat pekerjaan semalam harus selesai malam ini. Ya, walaupun harus membuat repot Valen, tapi sepertinya semua ini akan sesuai.

Saat Donny sedang melamun, sebuah tepukan di pundaknya mengagetkannya. Donny tersentak dan mendapati Rizki dan Aji berdiri di hadapannya, Donny mendengus kesal.

"Kemana aja? Gue udah nunggu sampe lumutan disini," protes Donny dengan kesal, Rizki memutar matanya dengan lelah sedangkan Aji tersenyum meminta maaf.

"Lebay Lo, ah. Baru juga tiga puluh menit, kan Lo tau sendiri Jakarta kayak gimana." Sahut Rizki, Donny masih memandangi mereka dengan kesal.

"Ya makanya bangun agak pagian, biar nggak telat. Nggak biasa jadi budak korporat sih kalian, jadi kurang jago ngatur waktunya." Ujar Donny, Aji tertawa kecil.

"Sebenernya udah bangun pagi, tapi dirumah heboh Boris ilang. Giliran dicariin ke seluruh rumah, dia lagi tidur di kolong tempat tidur. Mana dipanggil nggak nyahut lagi," sahut Aji mencoba menjelaskan situasi sebenarnya, walaupun itu sama sekali tidak penting.

"Boris yang kucing itu?" Tanya Donny, Rizki dan Aji mengangguk. "Yaelah, timbang kucing doang Lo suruh Gue nunggu setengah jam."

"Heh, kucing bukan sembarang kucing. Tuh kucing ilang, kerjaan kita juga ikut ilang." Ucap Rizki, Donny memandangi mereka dengan heran.

"Boleh dibilang mending kita yang ilang daripada si Boris," gumam Aji dengan pelan, diikuti anggukan setuju dari Rizki.

Donny menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka harus bekerja sama dengan dua orang aneh ini, Donny lalu melangkah memasuki lobi kantor dan menyuruh Rizki dan Aji untuk mengikuti mereka.

"Jadi mulai darimana?" Tanya Rizki dengan serius, Donny diam sejenak lalu menunjuk ke salah satu ruangan dengan tulisan 'Security Room'.

"Kalo yang Gue liat dari film-film sih awalnya pasti kita harus check CCTV nggak sih? Makanya Gue pikir kita juga harus ngelakuin hal yang sama," sahut Donny, Rizki dan Aji mengerenyitkan dahi.

"Lo yakin langsung ke CCTV? Nggak mau nanya-nanya orang dulu gitu??" Tanya Rizki dengan ragu, Donny menggeleng.

"Lo yang bilang sendiri nggak mau Valen tau kan?? Kalo Lo tanya-tanya ke banyak orang disini tentang berita itu, mereka pasti juga bakal nanya ke Valen. Secara dia yang dituduh nyebar berita ini," jawab Donny, mereka pun mengangguk mengerti.

"Trus kita harus ngapain??" Tanya Aji, Donny berpikir sejenak.

"Gue mau kalian gunain privilege kalian disini, ya bilang aja kalian ini siapa dan kalian keberatan sama berita ini dan mau tau siapa yang nyebarin ini. Ya ntar kalo dia nggak mau kita bayar lah dikit-dikit," jawab Donny, Rizki dan Aji saling berpandangan.

"Otak pungli ya Lo," sahut Rizki sambil menggelengkan kepalanya, Donny hanya terkekeh dan membuka pintu 'Security Room'.

Donny lalu menyuruh mereka untuk menunggu sebentar sambil ia berbicara dengan Security kantornya, Rizki dan Aji pun menunggu dengan sabar. Mereka melihat si Security sempat menggeleng tegas seperti tidak memperbolehkan Donny untuk melakukan apa yang ia mau, Rizki mendengus tidak sabar dan datang menghampiri mereka.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang