Minggu pagi adalah hal yang paling disukai oleh Valen karena di saat itu ia bisa bermalas-malasan di kasur tanpa harus khawatir dengan pekerjaan atau apapun. Jadi di sinilah Valen, diatas kasurnya sambil bermalas-malasan dan mendengarkan lagu. Tidak dipungkiri juga bahwa ia masih mengantuk karena semalam dia marathon menonton series favoritnya.
Sudah dua Minggu sejak ia berpacaran dengan Teddy, tentu saja mereka tidak terlalu mempublish tentang kedekatan mereka di sosial media. Valen bahkan kadang masih tidak menyangka bahwa ia saat ini benar-benar berpacaran dengan Teddy. Valen masih merasa apa yang terjadi di danau kemarin hanyalah mimpi. Valen tersenyum kecil mengingat hal itu.
Selama dua Minggu ini, Teddy benar-benar menjadi sosok yang diharapkan oleh Valen selama ini. Dewasa, pekerja keras, dan juga menghargai batasan yang diterapkan oleh Valen. Terkadang juga ia bisa romantis seperti sering mengirimkan makan siang ke kantor Valen tanpa Valen minta atau mengirim bunga kesukaan Valen setiap hari Jumat.
Valen yang sedang rebahan di atas kasurnya dikejutkan oleh bunyi bel apartemennya, ia heran siapa yang mau menemuinya di Minggu pagi seperti ini. Teddy juga bilang ia bekerja hari ini. Valen dengan malas bangun dari tidurnya dan menuju pintu. Ia melihat dari lubang pintu dan mendapati Teddy sedang berdiri di depan pintu, Valen semakin heran dan membuka pintu.
"Kamu tahu ini Minggu pagi, kan?" Tanya Valen berusaha meyakinkan bahwa Teddy tahu hari apa ini, Teddy mengerenyitkan dahinya.
"Iya, terus?" Teddy balik bertanya kepada Valen.
"Bukannya kamu kerja?" Sahut Valen dengan heran, Valen lalu membiarkan Teddy masuk ke dalam apartemen dan menutup pintu.
"Aku izin hari ini, salah satu temen aku ada yang nikah dan aku harus dateng." Jawab Teddy sambil menaruh kopi yang sedari tadi dibawanya di meja makan, Valen bahkan baru sadar kalau Teddy membawa kopi. "Biar kamu nggak ngantuk,"
"Kamu mau aku ikut?" Tanya Valen, Teddy mengangguk cepat.
"Iya lah, kalo nggak ngapain aku repot-repot dateng kesini kan." Jawab Teddy dengan nada lelah, Valen tertawa kecil.
"Siapa tau kamu kangen, kan." Goda Valen, kali ini Teddy yang tertawa kecil. "Tapi kamu yakin mau ajak aku kesitu? Banyak yang bakal tau kita pacaran dong,"
"Ya nggak apa-apa kan, nggak mungkin juga aku ngumpetin kamu selamanya." Sahut Teddy sambil meminum kopi miliknya, "Aku malah mau ngenalin kamu ke temen-temen aku,"
"Kamu yakin? Kita baru aja pacaran loh," ucap Valen dengan ragu.
"Umur ku udah segini, Len. Udah nggak zamannya backstreet, lebih enak semua tau kan jadinya nggak usah capek-capek jelasin lagi." Ujar Teddy, Valen hanya diam sambil meminum kopinya. "Mandi dulu sana, kita berangkat jam sepuluh."
Valen melirik ke arah jam di dinding dan mendapati sekarang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, Valen meringis karena menyadari waktunya bersiap-siap hanya satu jam.
"Lain kali kamu kalo mau ajak aku ke acara kayak gini, kabarin nya dari kemarin ya. Aku kan cewek, persiapan nya banyak." Keluh Valen sambil menaruh kopi nya di meja.
"Kamu nggak perlu dandan aja udah cantik kok, santai aja." Sahut Teddy sambil mengusap kepala Valen, ia lalu berjalan menuju ruang TV dan menyalakan TV sembari menunggu Valen bersiap-siap.
Valen lalu berjalan ke kamar mandi untuk segera bersiap-siap, meninggalkan Teddy yang kini sedang fokus menonton acara TV favoritnya.
**
Tak lama kemudian, Valen pun keluar dari kamar mandi dan segera menuju ke lemarinya untuk memilih baju. Valen yang saat ini berdiri di depan lemari bajunya dengan handuk yang melingkari badannya terdiam sejenak sambil berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...