10. Rainy Days

1.4K 128 22
                                    

Suara alarm membangunkan Valen di pagi hari yang cerah ini, Valen membuka mata dan melirik ke arah jendela yang tertutup tirai. Walaupun tertutup, Valen bisa melihat sinar matahari mengintip dari balik tirai tersebut. Ia lalu duduk di tempat tidur dan menguap, acara kemarin malam memaksanya untuk bangun cukup larut sehingga saat ini sebenarnya ia masih mengantuk.

Saat Valen ingin pamit pulang semalam, Pak Prasetyo memaksanya untuk menginap di rumahnya mengingat jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Awalnya tentu saja Valen menolak, tapi Pak Prabowo serta Teddy memaksa nya untuk tetap tinggal. Valen akhirnya setuju mengingat jalanan pasti akan ramai dan macet, dan itu akan sangat merepotkan Teddy jika harus bolak balik hanya untuk mengantar Valen.

Jadi disinilah Valen, di salah satu kamar milik Pak Prasetyo. Valen boleh bilang ini salah satu kamar yang sangat nyaman untuk ditempati. Tidak hanya luas, tapi interior kamar tersebut juga sangatlah nyaman dipandang. Dengan wallpaper dinding berwarna krem dan sprei berwarna putih menampilkan kesan simple tapi elegan.

Valen bangun dari tidurnya dan memeriksa handphone, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Valen langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Setelah selesai mandi, Valen pun memakai baju yang kemarin ia kenakan dan segera keluar dari kamar tersebut.

Saat Valen keluar, ia melihat keadaan rumah sudah sepi dan seperti tidak ada siapapun di rumah ini. Valen berjalan mengelilingi rumah mencoba untuk mencari orang yang Valen kenal, tapi tidak ada satupun orang yang ia kenal disana. Valen hanya berpapasan dengan dua orang pengurus rumah tangga dan seorang tukang kebun, Valen mencoba menyapa mereka tapi mereka hanya tersenyum dan langsung balik mengerjakan tugas mereka.

Valen akhirnya sampai di dapur, dan akhirnya ia melihat orang yang ia kenal. Ya, Teddy ada disana. Ia sedang membelakangi Valen sambil memasak sesuatu, Valen tersenyum kecil dan menghampirinya.

"Masak apa nih?" tanya Valen tepat di belakang Teddy, Teddy tersentak dan menoleh ke arah Valen dengan ekspresi kaget. Tapi begitu ia melihat Valen, ia langsung memasang tampang lega.

"Bikin kaget aja," sahut Teddy sambil menghela nafas, ia lalu kembali fokus ke teflon di depannya. "Lagi bikin sarapan, suka nasi goreng?" tanya Teddy, Valen tersenyum antusias. Memang dia sedang lapar sekali.

"Kamu bikinin buat aku juga?? Baik banget!!" ucap Valen sambil bertepuk tangan, Teddy tersenyum kecil. "Hmm, tapi aku nggak bisa kalo makan nasi goreng nggak ada telur mata sapinya."

"Coba kamu lihat di kulkas masih ada telur atau nggak, kalo ada sini aku goreng sekalian." ucap Teddy, Valen lalu membuka kulkas dan melihat masih banyak telur dan itu membuat senyum Valen merekah. Valen lalu mengambil dua buah telur dari kulkas.

"Aku aja yang masak telur nya, kamu mau sekalian?" tanya Valen, Teddy mengangguk.

"Tapi aku minta di dadar ya, nggak terlalu suka telur mata sapi." jawab Teddy, Valen mengernyitkan dahi.

"Kok bisa ada orang nggak suka telur mata sapi??" Valen masih menampakkan raut wajah bingung, Teddy menoleh ke arah Valen sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Aneh," bisik Valen kepada dirinya sendiri sambil memecahkan telur ke dalam teflon.

"Telur dadar lebih enak, semuanya matang rata. Telur mata sapi kadang ada yang matang ada yang nggak," protes Teddy, Valen tertawa kecil.

"Makanya lebih enak telur mata sapi soalnya bisa diatur mau matang atau setengah matang, kalo telur dadar kan pasti matang jadinya monoton." Valen balas memprotes pernyataan Teddy dan itu membuat Teddy tertawa. "Emang kamu pernah makan telur mata sapi?" tanya Valen, Teddy menggeleng.

"Kamu sendiri emang udah pernah makan telur dadar?" tanya Teddy, Valen mengangguk.

"Pernah, biasanya dimakan sama nasi kuning. Tapi nggak enak, kalo makan nasi kuning aku pasti goreng telur sendiri yang setengah matang." jawab Valen, kali ini Teddy yang mengernyitkan dahi.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang