21. The Big Day

1.3K 138 102
                                    

Author's note :

Guys, maaf ya janjinya pagi tapi jam segini baru upload😭😭
Aku tiba2 ada acara mendadak pagi ini, but untuk membayar ketelatan aku.. i made a pretty long chapter for you to read..

Please don't hate me😭😭✌️

____________________________________________________________________________

"Gila..." Gumam Valen saat turun dari mobil dan melihat ribuan orang memadati stadion Gelora Bung Karno.

Terlihat di berbagai penjuru semua orang memenuhi sekitaran stadion mengenakan baju berwarna biru sehingga sekarang stadion Gelora Bung Karno kelihatan bagaikan lautan berwarna biru.

"Sumpah, Gue nggak nyangka bakal sebanyak ini loh." Sahut Donny yang tak kalah kagumnya dengan pemandangan hari ini, di sekitaran juga banyak penjual makanan yang kabarnya sudah di gratiskan sehingga pengunjung bisa makan sepuasnya disana.

"Bapak beneran bisa ambil hati masyarakat kayaknya," ucap Valen sambil berdecak kagum, ia lalu memeriksa ponselnya. Beberapa pesan dari Teddy terlihat di notifikasi ponselnya, Valen menghela nafas dan mengabaikannya.

Beberapa hari berlalu semenjak terakhir ia bertemu Teddy di rumah sakit, dan semenjak itu pun Teddy selalu berusaha menghubungi nya. Dia selalu menelepon, mengirimkan makan siang, bunga, dan yang lainnya. Tapi tetap saja, sulit untuk Valen bersikap seperti dulu kepadanya.

Tentu, Valen menanggapi Teddy dengan sesekali membalas pesannya jika penting. Atau sekedar mengucapkan terimakasih karena sudah dikirimkan banyak makanan ataupun bunga, tapi Valen tetap menjaga jarak.

Donny menepuk pundak Valen yang sedari tadi melamun memikirkan Teddy, Valen menoleh ke arah Donny dengan tatapan bertanya-tanya.

"Lo mau langsung masuk apa disini dulu?" Tanya Donny, Valen berpikir sesaat. Sepertinya lebih baik mereka diluar dulu dan menikmati makanan-makanan yang sudah disediakan oleh panitia kampanye untuk mereka, jika mereka masuk sekarang pasti akan susah untuk keluar lagi.

"Disini dulu aja kali ya, banyak bakso juga tuh. Kebetulan banget Gue lagi laper," jawab Valen sambil terkekeh, Donny hanya mengangguk dan berjalan bersama Valen ke arah gerobak-gerobak makanan pinggir jalan yang sangat menggiurkan.

Valen akhirnya memilih untuk memakan bakso sedangkan Donny lebih memilih untuk membeli siomay. Kebalikan dengan Valen, Donny memang kurang suka bakso. Terkadang Valen dan Sarah sering meledeknya sebagai orang aneh karena tidak suka bakso, tapi Donny cuek saja dan tidak mendengarkan mereka.

"Teddy chat Lo?" Tanya Donny saat mereka sudah mendapatkan tempat duduk, Valen mengangguk pelan.

"Tiap hari," jawab Valen singkat, Donny diam sesaat.

"Hmm... Lo nggak mau bicara serius sama dia gitu? Maksud Gue, dia udah se effort itu loh ke Lo. Gue bisa lihat dia nyesel banget," sahut Donny, Valen tertawa kecil.

"Gue tahu, Don. Tapi entah kenapa, Gue takut mau deket sama dia lagi." Ujar Valen sambil menghela nafas, Donny mengerenyitkan dahi.

"Kenapa?" Tanya Donny dengan heran, Valen terdiam dan wajahnya terlihat murung.

"Gue takut sama perasaan Gue sendiri ke dia," gumam Valen, Donny hanya diam dan menyimak Valen. "Ada sesuatu di diri dia yang bikin Gue nggak bisa kontrol perasaan Gue sendiri, dan Lo tau sendiri selama Gue hubungan sama orang Gue nggak pernah kehilangan kontrol akan perasaan Gue. Tapi sama Teddy, itu beda."

"Lo nggak harus kontrol perasaan Lo, Len. Biarin ngalir aja... Sedih lah kalo Lo sedih, seneng kalo Lo seneng. Nggak ada yang perlu di kontrol," ujar Donny, "Dengan Lo bilang gitu ke Gue, itu bikin Gue yakin kalo Lo nggak cuma sekedar tertarik sama dia. Tapi Lo cinta sama dia,"

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang