Teddy menatap layar ponsel Rizki dengan seksama, pikirannya berkecamuk. Untuk apa dia melakukan ini? Bukankah dia sudah mendapatkan apa yang dia mau?
Teddy mengembalikan ponsel Rizki dan menghela nafas pelan, Donny yang sedari tadi tidak diberitahu siapa sebenarnya yang mereka maksud pun mulai gemas. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, setumpuk kertas yang telah ia susun menyerupai buku. Tidak begitu tebal, tapi tidak juga terlalu tipis.
Teddy, Rizki, dan Aji memandangi kumpulan kertas tersebut dengan bingung. Donny menarik napas panjang dan mulai menjelaskan.
"Setelah malam dimana Lo dan Valen berantem, Valen terus nangis di mobil dan bilang ke Gue kalo dia nggak tau apa-apa. Jadinya, Gue berusaha untuk cari tau sendiri awalnya siapa yang udah bikin Valen kayak gini." Jelas Donny, ia diam sesaat dan menyodorkan kertas tersebut kepada Teddy. "Gue nekat masuk ke ruangan Pak Imam dan buka komputernya untuk periksa email masuk, dan Gue nemu ini."
Teddy terdiam dan mulai membaca kertas-kertas tersebut, begitupun Aji dan Rizki. Donny melanjutkan perkataannya.
"Ada salah satu e-mail yang menurut Gue mencurigakan, akhirnya Gue klik. Dan bener aja, di dalem e-mail itu ada semua berkas-berkas perceraian Lo. Nggak cuma itu, tapi semua tentang masa lalu Lo tertulis disitu." Sahut Donny, Teddy melihat alamat e-mail tersebut dan merasakan emosinya memuncak. "Dan Gue yakin itu bukan e-mail Valen,"
"Iya..." Desah Teddy dengan pelan, "Itu bukan Valen."
Rizki dan Aji memandangi Teddy dengan penasaran, sedangkan Teddy masih menatap ke arah kumpulan kertas berisi e-mail dari lovelycupcakes@gmail.com. Ya, Teddy sangat mengingat nama e-mail tersebut.
"Lo tahu siapa yang ngirim ini??" Tanya Donny dengan penasaran, Teddy mengangguk pelan lalu berdiri dari duduknya.
"Berhenti cari tahu siapa pelakunya, saya udah tahu siapa." Ucap Teddy sambil mengambil kertas-kertas tersebut, "Kirimin video tadi ke WA saya ya, Riz." Pinta Teddy sambil berjalan meninggalkan Rizki, Aji, dan Donny yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
Teddy berjalan ke mobil dan memasukinya, ia terdiam dengan pikiran berkecamuk. Ternyata benar bukan Valen, dan ia sudah terlanjur mengatakan hal-hal yang menyakiti hati Valen. Selama ini Valen berusaha mencari tahu sendiri, dan Teddy tidak disana untuk membantunya. Ia malah dengan cepat menuduh Valen lah pelakunya.
Teddy memukul setir mobil nya dengan keras, amarahnya memuncak. Bagaimana bisa orang yang sama menghancurkan hidupnya dua kali??
Damn you, Karina.
**
Teddy turun dari mobilnya, berjalan dengan cepat menuju pintu masuk sebuah rumah dan mengetuknya. Terlihat sesosok wanita membuka pintu dan wajah wanita itu langsung sumringah melihat kedatangan Teddy, ia lalu mempersilahkan Teddy masuk.
Ya, wanita tersebut adalah Karina. Teddy berdiri di hadapannya dengan wajah masam, memandangi Karina dengan tatapan kecewa.
"Tumben kesini, Mas. Ada apa?" Tanya Karina dengan heran, tapi tak bisa dipungkiri wajahnya terlihat sangat senang dengan kehadiran Teddy.
Teddy tidak menjawab pertanyaannya dan hanya melemparkan kertas-kertas milik Donny ke meja tamu dengan keras, Karina sedikit tersentak mendengar bunyi bantingan kertas-kertas tersebut.
"Kamu tega ya, Rin." Ucap Teddy kepada Karina, Karina terdiam. "Kok kamu bisa bohongin aku kayak gini?"
"Bohongin apa, Mas? Aku nggak pernah bohongin kamu," elak Karina dengan wajah panik, Teddy menunjuk ke arah kertas-kertas di atas meja tersebut.
"Jelasin itu apa," suruh Teddy, Karina berjalan ke arah meja dan membaca kertas-kertas tersebut. Wajahnya memerah dan mulai panik, ia melirik ke arah Teddy. "Aku tahu itu alamat e-mail kamu, kamu pernah pakai itu dulu waktu kita masih sama-sama. Dan juga, aku liat di CCTV kantor Lingkar Indonesia. Dan kamu sempat kesana, kamu ngapain disana, Rin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...