22. Cinema Day

1K 125 51
                                    

Akhirnya... hari tenang.

Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.

Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponselnya. Kebiasaan Valen saat tidak ada kegiatan adalah membuka ponselnya dan melihat foto-foto di galerinya. ia senang mengenang momen-momen saat foto-foto tersebut diambil.

Banyak foto yang ia ambil saat meliput pemilu. Mulai dari tempat acara kampanye, foto random dirinya dan Donny, dan lain-lain. Valen tersenyum kecil melihatnya, sampai ia melihat foto selfie nya bersama Teddy saat mereka akan berangkat ke rumah orang tua Teddy. Senyumnya memudar sedikit saat melihat foto tersebut, foto tersebut memperlihatkan Valen yang sedang mencium pipi Teddy dan Teddy yang sedang tersenyum ke arah kamera. Valen ingat seberapa bahagianya ia di hari itu, tapi Valen juga kembali teringat saat ia bertengkar dengan Teddy dan ia membawa kejadian di malam itu untuk menuduh Valen.

Valen menghela nafas dan menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran itu dari otaknya. Valen sudah memutuskan untuk memaafkannya, dengan mengingat kembali apa yang dilakukan Teddy saat itu hanya akan mempersulit Valen untuk memaafkannya. Sesaat setelah Valen menyingkirkan ponselnya, bel pintu apartemennya berbunyi. Valen mengerang kesal, siapa yang mengganggunya di pagi yang tenang ini?

Valen bangun dari tidurnya dan membuka pintu, terlihat Donny dan Sarah yang berdiri di depan pintu dengan senyum menyebalkan mereka. Valen memandangi mereka dengan heran.

"Ngapain kalian disini?" tanya Valen dengan heran, Donny dan Sarah langsung masuk ke apartemen Valen dan duduk di ruang TV.

"Kita mau nonton, nih. Lo nggak mau ikut?" Sarah balik bertanya kepada Valen, Valen dengan cepat menggeleng. "Kan libur tiga hari, Len."

"Ya makanya karena libur Gue mau istirahat," sahut Valen dengan nada lelah, ia lalu duduk di kursi makan dan menyandarkan punggung nya. "Lagian tumben banget Lo ngajak Gue, bukannya kalian mau quality time ya?"

"Sebenernya Sarah sih yang butuh bantuan Lo, Gue sih ngikut aja." Sahut Donny, Valen memperhatikan mereka dengan bingung. Sarah memandangi Valen sambil tersenyum simpul, sedangkan Donny hanya menunduk.

"Lo nggak hamil kan?" tanya Valen dengan curiga, Sarah langsung melempar bantal ke arah Valen dengan keras. "Ih kenapa?? Wajar kan Gue mikir gitu, kalian mencurigakan kok."

"Kita mau nikah, Len." Ucap Donny dengan tidak sabar, Sarah memelototinya dengan galak dan Donny hanya mengedikkan bahunya. "Kamu kalo mau nunggu Valen peka, sampe besok juga nggak bakalan peka dia tuh." Ujar Donny kepada Sarah sebagai pembelaan.

Valen membelalakkan matanya karena terkejut, mulutnya menganga sambil memandangi Sarah dan Donny. Valen yakin wajahnya terlihat seperti orang bodoh sekarang.

"Kalian serius?" tanya Valen dengan heran, Donny dan Sarah mengangguk sambil berpegangan tangan. "Kapan Donny ngelamar Lo?" tanya Valen kepada Sarah. Valen heran kenapa mereka tiba-tiba memutuskan untuk menikah karena belakangan ini Donny selalu sibuk meliput kegiatan kampanye Bersama Valen, dan Donny tidak pernah membahas masalah pernikahan dengan Valen.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang