Valen memperhatikan layar laptop nya dengan harap-harap cemas, ia menopangkan dagunya di kedua tangannya dengan mata yang terfokus pada laptop. Valen memang sedang menunggu sebuah balasan email yang dinanti-nantinya sejak beberapa hari lalu, dan sampai sekarang ia belum mendapatkan balasan yang dinantinya. Itu cukup membuat Valen khawatir dan cemas, tapi ia berusaha berpikir positif.
Beberapa hari yang lalu, Valen telah melakukan wawancara kerja untuk melamar sebagai jurnalis di media Voice of America yang di rekomendasikan oleh Gilang. Dan jujur, wawancara tersebut berjalan lancar. Tapi sebelum ada balasan email dari pihak mereka mengenai Valen diterima kerja disana atau tidak, Valen masih belum bisa tenang.
"Serius amat, Len." tegur Donny saat melihat Valen yang terus memandangi laptopnya, Valen menatap Donny dan hanya tersenyum kecil.
Saat ini mereka sedang berada di sebuah kafe sehabis meliput kegiatan Pak Prasetyo, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaan mereka di kafe agar tidak memakan banyak waktu kembali ke kantor. Tidak hanya Donny, hari ini Sarah juga memutuskan untuk menemani Donny dan rencana sehabis ini mereka akan kembali mengurus persiapan pernikahan mereka.
"Lagi nungguin apa sih, Lo?" tanya Sarah sambil mencuri pandang ke arah laptop Valen, Valen buru-buru memindahkan kursor komputer nya ke tab lain dan pura-pura fokus dengan pekerjaannya.
"Nggak, ini Gue lagi bingung nyusun artikel nya." jawab Valen singkat sambil memandang serius ke laptopnya, Sarah mencibir dan kembali memakan makanannya.
Donny dan Sarah pun kembali berbincang tentang rencana mereka, sedangkan Valen sama sekali tidak menyimak dan kembali membuka email nya untuk menunggu balasan dari pihak VoA. Sesekali Valen menanggapi perkataan Donny dan Sarah dengan anggukan kecil atau senyum antusias.
Beberapa kali Valen me-refresh halaman email nya berharap ada email masuk yang ditunggu-tunggunya. Satu klik... dua klik.. tiga klik... PING!! Mata Valen terbelalak saat melihat ada sebuah email masuk di Kotak Masuk nya, dengan hati berdebar Valen pun membuka email tersebut.
Valen membaca email itu dengan seksama, kata demi kata diperhatikan agar tidak ada yang terlewat. Valen merasakan jantungnya berdegup sangat kencang ketika ia selesai membaca email tersebut, Valen menggelengkan kepalanya dan membaca kembali dari awal sampai akhir isi email tersebut. Apa dia tidak salah baca??
"YAASSSS!!!!" teriak Valen dengan kencang, tidak menyadari bahwa ia sedang berada di tempat umum dan semua mata mulai memandang Valen dengan heran. Valen tersadar dan langsung menutup mulutnya dengan cepat.
Donny dan Sarah memandang Valen dengan heran, Valen lupa bahwa saat ini juga ada Donny dan Sarah. Valen tersenyum kecil dan mengambil ponselnya dari dalam tas nya, sementara Donny dan Sarah masih menatapnya dengan bingung.
"Gue ke toilet bentar ya," pamit Valen sambil buru-buru berdiri dari duduknya, mengabaikan Donny dan Sarah yang masih terheran-heran. Ia pun lalu berlari kecil menuju toilet.
Sesampainya disana, Valen pun segera menelpon seseorang. Seseorang yang ia rasa pantas untuk mendapatkan rasa terima kasih Valen, ia pun menunggu orang tersebut mengangkat teleponnya.
"Halo.." terdengar sebuah suara dari seberang telpon, Valen bisa mendengar suara bising seperti banyak orang di sana.
"Halo, Lang. Ini Valen, kamu lagi sibuk ya? Kok rame banget kayaknya?" sahut Valen.
"Nggak, ini tadi habis meeting sama anak-anak. Ada apa, Len?" tanya Gilang kemudian, Valen tersenyum simpul sebelum menjawab pertanyaan Gilang.
"Aku udah dapat balasan email dari VoA," jawab Valen, Gilang terdiam sesaat. "Dan aku... diterima."
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...