Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.
Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.
Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.
Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Valen akan pergi. Valen lalu berjalan tanpa arah dan tujuan sambil memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan lagu dari ponsel nya. sesekali ia pun memeriksa pesan di WhatsApp nya untuk mengetahui apakah Teddy sudah mengabarinya atau belum. Dan ya... ternyata belum.
Valen berjalan melewati beberapa jurnalis yang juga sedang menunggu Pak Prasetyo untuk pidato, dan beberapa kali Valen menyapa dan tersenyum formal kepada mereka. Valen lalu menuju ke tempat yang agak sepi, tepatnya di sebuah bangku taman yang terletak di bawah sebuah pohon yang lumayan besar. Selain sepi, tempat tersebut juga sangat rindang sehingga Valen berpikir dia akan merasa sangat nyaman disana.
Ia akhirnya duduk di sana dan menikmati suasana hening sambil masih mendengarkan lagu dari ponselnya, sesekali ia melirik ke arah gerbang rumah Pak Prasetyo yang masih tertutup itu. Valen menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di bangku dan menutup matanya, menikmati semilir angin yang semakin terasa di bawah pohon rindang itu.
Tiba-tiba Valen dikagetkan dengan sebuah tepukan di pundaknya, ia terkesiap lalu membuka matanya dan mendapati Gilang sedang duduk di sampingnya. Sejak kapan ia duduk disana?? Valen pun melepaskan salah satu earphone nya dari telinga dan memandangi Gilang dengan heran.
"Kok sendirian?" tanya Gilang dengan heran, Valen lalu mencabut earphone nya dan meletakkannya di dalam tas dan fokus kepada Gilang.
"Iya, bosen di mobil terus dari tadi. Berisik juga disana makanya aku kesini," jawab Valen dengan enggan, ia melirik ke arah gerbang rumah Pak Prasetyo dan berharap Teddy tidak melihatnya bersama Gilang.
Sebenarnya Valen ingin pergi dari sini daripada nanti akan menciptakan drama jika Teddy melihatnya bersama Gilang seperti ini, tapi tidak sopan juga jika ia langsung pergi saat Gilang mengajaknya bicara.
"Kamu sendiri kenapa kesini?" tanya Valen mencoba untuk basa-basi, Gilang mengedikkan bahunya.
"Tadi aku liat kamu sendirian disini terus tutup mata kayak gitu, aku kira lagi kenapa." jawab Gilang, Valen hanya tertawa kecil. "Bahaya tau cewek sendirian di tempat sepi,"
"Aku udah biasa kok sendirian, nggak usah khawatir gitu." sahut Valen sambil tertawa kecil, Gilang menatap Valen dengan heran.
"Loh, bukannya ada Teddy?? Emang dia nggak pernah nemenin?" tanya Gilang dengan heran, Valen mengernyitkan dahinya.
"Aku nggak merasa harus ditemenin setiap saat sih. Dia punya kerjaan, aku pun juga gitu." jawab Valen dengan acuh, kali ini Gilang yang memandangnya dengan heran.
"Oh ya?? Biasanya cewek tuh suka kalo ditemenin terus sama pacarnya," ujar Gilang dengan heran, Valen tertawa kecil sambil mengambil ponselnya dan memeriksanya.
"Aku bukan tipe cewek kayak gitu," sahut Valen tanpa melihat ke arah Gilang, ia membuka WhatsApp nya dan mengirimkan pesan kepada Teddy.
Valen :
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomanceSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...