29. She's Still Mine

929 112 44
                                    

"Hah?? Lo putus beneran?" tanya Donny dengan kaget, Valen meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya untuk menyuruh Donny agar memelankan suaranya. "Kok bisa?" tanya Donny lagi kali ini dengan suara yang agak pelan.

"Kan kemarin Lo juga bilang sendiri, kalau udah menyangkut keluarga susah, Don." jawab Valen sambil menghela nafas pelan dan menunggu acara segera dimulai.

Hari ini Valen dan Donny bertugas meliput kegiatan Pak Prasetyo yang sedang berkunjung ke acara perayaan salah satu partai pendukung nya. Walaupun Valen masih enggan bertemu dengan Teddy setelah ia memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Teddy, tapi ia harus tetap profesional dengan pekerjaannya.

Lalu, bagaimana dengan Teddy? Apa ia menerima begitu saja keputusan Valen? Jawabannya, tentu tidak. Teddy terus meyakinkan Valen bahwa hal tersebut masih bisa diperbaiki dan diperjuangkan, dan Teddy berjanji bahwa ia akan mengurus permasalahan yang ada di keluarganya. Namun karena Valen telah terlanjur sakit hati, Valen akhirnya membuat keputusan tersebut. Disamping itu, alasan utama Valen mundur dari hubungan tersebut adalah karena ia tidak ingin Teddy nantinya berkonflik dengan keluarganya.

"Ya tapi maksud Gue, apa nggak bisa diomongin dulu? Mungkin ada jalan keluar gitu?" tanya Donny lagi, Valen terdiam sejenak lalu menggeleng.

"Gue nggak mau jadi cewek yang bikin hancur hubungan Teddy sama keluarganya, Don. Gue liat-liat juga dia deket banget sama keluarganya," jawab Valen, kali ini mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari menunggu kedatangan Pak Prasetyo.

Donny terdiam sesaat, raut wajahnya terlihat khawatir. "Tapi Lo nggak apa-apa kan?" Donny berusaha memastikan keadaan sahabatnya saat ini, Valen mengangguk cepat dan tersenyum lebar. "Dih.. jangan pura-pura nggak apa-apa, kantung mata Lo tuh bengkak."

Valen merengut dan mengambil kacamata dari dalam tas nya dan memakainya, untuk menutupi matanya yang memang agak bengkak karena banyak menangis beberapa hari ini. Sekuat-kuatnya Valen, dia tetap seorang wanita biasa yang bisa patah hati, bukan?

Gemuruh suara para jurnalis lain mulai terdengar saat rombongan Pak Prasetyo memasuki gedung, Valen dan Donny menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati Pak Prasetyo masuk ke dalam ruangan. Seperti biasa Donny bergegas mendekati mereka sedangkan Valen tetap duduk di kursi dan mengabaikan mereka. Lebih ke arah mengabaikan Teddy sebenarnya, ia tidak mau Teddy melihat ke arahnya.

"Ada masalah lagi?" tanya sebuah suara yang menarik perhatian Valen, ia pun menoleh ke arah asal suara tersebut dan mendapati Gilang sedang menyender di dinding dengan tangan terlipat di depan dadanya. "Jangan banyak nangis, nggak baik."

Valen tertawa kecil dan menggeser duduknya agar Gilang bisa duduk di sampingnya, Gilang pun akhirnya duduk di samping Valen. "Kelihatan banget emang ya?" tanya Valen sambil membenarkan kacamatanya, Gilang tersenyum kecil.

"Kelihatan lah, nggak cuma mata kamu aja yang bengkak tapi wajah kamu kelihatan murung terus dari tadi." canda Gilang yang membuat Valen tertawa kecil, "Ada apa lagi?"

Valen menggeleng pelan sambil menatap ke arah panggung di depannya yang sekarang sudah ramai dengan orang-orang, "Kurang cocok aja," sahut Valen singkat, masih enggan untuk terbuka tentang masalah pribadinya dengan Gilang.

"Aku tahu kamu lagi bohong, tapi untuk saat ini aku nggak akan maksa kamu buat cerita." ucap Gilang sambil menyandarkan punggungnya di kursi, "Berarti kamu udahan sama dia?"

Valen tidak menjawab tapi hanya mengangguk kecil sambil memeriksa buku catatannya, Gilang pun hanya diam dan tidak mengganggu Valen lebih lanjut. Valen menoleh ke arah Gilang yang kini fokus melihat ke depan, Valen pun tanpa sadar memandangnya terlalu lama sampai Gilang melirik ke arah Valen dan tersenyum simpul.

Safe HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang