Beberapa hari berlalu sejak terakhir kali Valen dan Teddy bertemu dan selama itu Valen sama sekali tidak berkomunikasi dengan Teddy, baik lewat chat maupun telepon. Awalnya Valen bertanya-tanya kenapa Teddy sama sekali tidak menghubunginya, tapi lama-lama Valen mulai melupakan itu dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan masalah lain.
Setelah Valen selesai memposting artikel yang ia tulis, Valen bersandar di kursinya dan memeriksa jadwal nya minggu ini. Setiap Senin, akan ada pengumuman di grup WhatsApp kantor Valen yang menginfokan kegiatan mingguan yang harus dilakukan para karyawan. Valen lalu menyadari bahwa ada jadwal dirinya untuk kembali meliput kunjungan Paslon 04 yang kali ini akan dilakukan di Solo, rencananya Prasetyo-Jabran akan melakukan nonton bersama Final Piala Dunia U-17 disana.
Valen berandai-andai apakah ia akan bertemu dengan Teddy lagi disana, sudah sekitar dua minggu ia tidak bertemu dengan Teddy dan jika boleh jujur Valen merasa sedikit uring-uringan karena tidak menerima kabar dari Teddy.
Saat Valen sedang melamun, Donny menepuk pundaknya dan itu membuat Valen tersentak. "Apa sih, Don??" bentak Valen sambil memasang tampang kesal, Donny hanya terkekeh.
"Santai aja sih, tegang amat." sahutnya dengan enteng, Valen tidak menanggapi dan kembali memperhatikan ponselnya. "Kita ke Solo loh Sabtu nanti," ujar Donny kemudian.
"Iya, nonton bola nanti kita." sahut Valen, ia memang sangat menyukai olahraga terutama sepak bola dan tenis, itulah mengapa ia memilih untuk menjadi jurnalis olahraga. "Kita bisa lihat nggak sih? Atau harus nunggu diluar?" tanya Valen kepada Donny.
Biasanya saat Valen menjadi jurnalis olahraga, ia akan meliput pertandingan dari dalam stadion, tapi kali ini karena tujuan mereka meliput Paslon 04, Valen tidak yakin mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Mungkin mereka akan menunggu diluar sampai Paslon 04 keluar dari stadion dan mulai mewawancara mereka.
"Kayaknya nunggu luar deh, kita udah nggak dikasih akses lagi buat masuk gratis ke stadion." jawab Donny sambil menghela nafas, Valen hanya tertawa kecil dan kembali bermain dengan handphone nya.
Valen dan Donny sama-sama menyukai olahraga, itulah kenapa mereka berdua terjun di topik olahraga. Seharusnya saat ini mereka sedang sibuk-sibuknya meliput Piala Dunia U-17 yang digelar di Solo, tapi takdir berkata lain. Hal itu cukup membuat Valen dan Donny kesal.
"Lo bakal ketemu si Teddy lagi dong nanti," ucap Donny tiba-tiba, kali ini sambil memandang Valen dan tersenyum mengejek.
"Ya nggak tau lah, mungkin lagi cuti dia." sahut Valen berusaha terlihat tidak peduli, "Lagian Gue udah lama nggak komunikasi sama dia, jadi nggak tau kabar dia gimana."
"Dih.. ngarep di chat ya??" tuduh Donny dengan suara keras, itu membuat teman-teman kantor yang lain menoleh ke arah mereka berdua dengan tatapan penasaran.
"Siapa yang ngarep? Gue juga udah tau Don dari awal dia tuh cuma ngerasa bersalah aja karena bikin Gue jatuh, nggak bakal ada niat temenan sama Gue juga." sahut Valen dengan nada berbisik karena tidak ingin yang lain mendengar ucapannya.
"Nggak ngarep apaan? Lo nggak sadar pas habis keluar sama dia Lo seminggu senyum-senyum mulu kayak orang stress??" ujar Donny masih meledek Valen, Valen memutar matanya dengan kesal dan menyandar di kursi kerjanya.
"Itu Gue lagi inget reels yang Gue tonton," Valen tetap mengelak, Donny hanya tertawa dan memilih untuk menyudahi ledekan nya. "Tapi kalo Lo nih, alasan Lo nggak chat cewek yang Lo ajak jalan tuh apa?" Valen tak kuasa menahan dirinya untuk menanyakan hal itu karena sejujurnya ia penasaran alasan apa yang membuat Teddy tidak membalas chat nya.
"Ada dua kemungkinan sih. Pertama. Gue emang nggak suka, jadi Gue nggak mau ada hubungan lagi." Valen terlihat kecewa dengan jawaban Donny, "Dan yang kedua, Gue sibuk banget sampe nggak bisa pegang HP. Jadi ya Lo jangan negatif thinking dulu kalo si Teddy nggak bales, bisa aja dia bener-bener sibuk. Tau sendiri Lo jadwal Pak Prasetyo kayak gimana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Haven
RomansSepeninggal orang tuanya, Valentine Soedibyo berjuang sendiri sedari kecil sampai ia besar dan memutuskan untuk menjadi jurnalis. Hidupnya berjalan biasa saja sampai ia harus meliput kegiatan politik di negaranya. Dan kejadian itu mempertemukannya d...