Cinta Ibu

1.4K 100 0
                                    


Setelah kepulangan mereka ke Indonesia, Salsa dan Lian mulai mencari ibu Gracia. Tentunya telah mereka diskusikan terlebih dahulu dengan Mama Papa serta Ayah Bunda.

Elora, wajahnya penuh ketenangan. Salsa dapat melihat kelembutan dari tutur bicaranya saat menyambut mereka masuk saat itu. Anehnya ia keluar bersama seorang pria yang Salsa yakini adalah pihak ketiga yang di maksud kalvin.
Saat sampai di kediaman ibu Gracia, Salsa di kagetkan dengan kabar bahwa beliau telah menikah lagi. Bahkan kuburan kalvin saja belum kering. Lian menjelaskan seluruh kejadian pertemuan mereka hingga kronologi kematian kalvin. 'Yang kalian ketahui,tak sepenuhnya kalian ketahui'. satu kata yang masih terngiang hingga sekarang.

"Aku tidak benar tapi bukan berarti kalvin tak salah." Kata lanjutan dari Elora.

Salsa belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga ini. Tapi satu yang ia paham, ada salah di antara keduanya.

"Gracia tidak berdosa. Tapi aku juga tidak bisa menerimanya." Kata ini sebagai jawaban saat Salsa menyebut nama Gracia.

Sebulan sudah berlalu sejak hari itu, saat seorang ibu berani menolak putrinya. Jika orang mengatakan ibu adalah tempat ternyaman untuk pulang, berbeda dengan Gracia. Pulangnya tak terima di sana.

"Kenapa bunda tidak ingin Cia bersama bunda?"

"Bunda sedih jika Cia di sini." Jawab Elora.

***

Hubungan Salsa dan Lian semakin dekat di tambah dengan kehadiran Cia di sekitar mereka. Cia juga mulai memanggil mereka Ibu Ca dan Papi ian. Sangat romantis bukan?

"Ibu Cia mau ketemu Papi." Rengek Cia sejak tadi.

"Iya sabar ya Cia. Papi masih Kerja untuk beliin Cia mainan." Jelas Salsa dengan lembut.

Lian sudah mulai bekerja mengurus perusahaan kedua orang tua mereka. Selain itu ia juga kini sedang melanjutkan studinya. Hal ini yang membuat Lian sibuk sekali saat ini. Meskipun di kantor ia hanya memantau saja, tapi ia masih di beratkan dengan tugas kuliahnya.

Lian hanya free setiap hari sabtu dan minggu. Selebihnya ia pulang jam 10 malam. Salsa ingin mengeluh namun itu berubah saat melihat jerih payah Lian untuk berusaha menjadi suami.

" Kita telepon Papi mau?" Tanya Salsa menangkup bibir gemas Cia.

"Mauu ibuu, Cia lindu Papi." Wajahnya sangat menggemaskan bagi Salsa.

Salsa mengambil handphone nya dan mulai menelepon suaminya.

Tut tut tut, tersambung.

" Haloo papi."

"Papi tidak pulang? Cia mau main sama papi. Ibu juga lindu."

"Ish mana ada bunda rindu."

" Halo cinta cintanya papi. Satu satu dong ngomongnya."

"Kamu malam ini jadi pulang kan Li? "

"Iya ibu, jam tujuh papi pulang ya."

" Yeyyy, Cia mau esklim ya papii."

"Tanya ibu dulu, boleh tidak?"

Cia menatap memohon pada Salsa, senyum Salsa mengembang.

"Boleh, tapi Ibu juga mau eskrim ya papi." Jawab Salsa.

"Gemes banget si istri ku."

" Ya udah papi selesai kerjaannya dulu ya."

" Oke papi, Babay. "

"Babay."

Meskipun sibuk, hal kecil seperti ini selalu Lian berikan. Tak pernah lupa memberikan hal bahagia meski sekecil apapun itu.

" Ayo kita siapin masakan buat papi ian?"

"Lets go ibuu."

Mereka turun menuju dapur, mulai bertempur dengan alat dapur itu.

" Kita masak apa ya?" Keduanya berpikir sejenak.

" Tumis Kangkung, " Ucap mereka hampir bersamaan. Mengingat makanan kesukaan dari Lian.

Salsa memasak dengan telaten. Mengingat mereka tidak menggunakan ART sehingga ia lebih Leluasa dan Lihai dalam meracik bumbu masakan. Sebulan lebih menjadi seorang istri membuat ia terbiasa dengan peran nya saat ini.

" Selesai. " ucap Salsa yang telah menghidangkan masakannya.

" Sekarang kita mandi ya." Salsa. Berjongkok dan mengendus tubuh Cia. " Udah bau asem anak ibu."

" Ibu ya, yang bau acem. Cia mah wangii." Tingkahnya kini mulai mirip dengan ibunya,Menggemaskan.

" Cia mau mandi sendiri atau ibu yang mandiin?"

" Mandi sendiri saja. Cia sudah besal."

Salsa tersenyum, " Oke, tapi tidak boleh lama ya?"

" Siap ibu cantik." Cia mencolek hidung Salsa. Sekarang Cia lebih mirip papinya.

Keduanya telah siap sekarang. Menunggu Lian di ruang keluarga. Sambil menonton film kesukaan Cia, Upin dan ipin.

Suara mobil Lian memecahkan fokus mereka. Salsa dan Cia kini saling bertatapan dan bersorak. " Papi pulangg yey."

"Haloo perempuan kesayangan papi." Ucap Lian setengah berlari menghampiri Salsa dan Cia.

Ketiganya berpelukan melepas rindu. " Kangen banget sama Papi." ucap Cia.

Salsa tak berbicara ia hanya melepas rindu dengan memeluk tubuh suaminya erat.

"Ibu kenapa diam?" Tanya Lian. Pasalnya saat di telepon istrinya itu begitu ceria.

Salsa menggeleng dengan posisi masih memeluk suaminya.

" Ibu sedih Papi, gitu saja tidak tahu." ucap Cia.

Lian tersenyum, mengecup berkali-kali puncak kepala Salsa. " Maafin aku ya sayang."

Salsa menatap mata lelah Lian. Lalu tersenyum. " Aku ngerti, maafin aku ya, Li."

"Udah dong melow banget si. Kita makan dulu, aku masak makanan kesukaan kamu." ujar Salsa.

Mereka berjalan menuju meja makan, menikmati masakan Salsa yang selalu enak. Sambil bercerita tentang keseharian Cia. Tentunya Lian sebagai pendengar yang baik di sini. Salsa juga begitu antusias menceritakan pengalaman nya memasak dan mengurus rumah.

" Papi mana esklim Cia dan ibu?"

" Astaga ketinggalan di dalam mobil." ucap Lian lalu bergegas berlari menuju mobilnya.

Lian hanya menampakkan deretan giginya lalu menyerahkan eskrim yang sudah mencair."

" Di masukin kulkas dulu, besok dimakan ya?" Lian membujuk Cia yang sudah mengerucut bibirnya.

"Papi ish. Cia mau esklim." rengek Cia.

"Cia, dengerin Ibu ya. Sekarang sudah malam, tidak boleh makan eskrim. Besok kita beli eskrim bareng ayah lagi, Mau?"

"Tapi ibu bolehkan tadi." Salsa memberi pengertian pada Cia.

"Cia tidak Lihat Papi? Papi sudah lelah masa Cia mau marahin papi lagi."

"Sekarang bilang apa sama papi?"

"Maaf Papi, Cia salah." ucap Cia lalu mencium pipi Lian. Lian tersenyum, hebat sekali didikan Istrinya.


Jatuh padamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang