Rumit

833 50 18
                                    


Semua terjadi karena satu alasan. Jalani cinta dan belajar dari itu.

Minggu adalah hari libur bagi setiap orang, tapi tidak dengan Lian. Pria itu tetap harus bekerja di cafenya. Ya, cafe gemerlap mengalami penurunan dari satu bulan terakhir, mengakibatkan Lian harus memberhentikan beberapa karyawan nya dan turun tangan menangani cafenya.

Lelah sekali, seperti di kejar waktu tiap harinya. Tidak ada hari istirahat dalam jadwalnya. Bahkan job memotret nya sudah mulai kosong saat ini. Ya, masih ada beberapa dengan bayaran yang tak bisa menutupi kebutuhan keluarga nya.

Lian dilanda tanggal pembayaran yang sudah semakin dekat. Terutama biaya sekolah Zidan. Menyekolahkan putranya di sekolah swasta terkenal di Indonesia juga merupakan tantangan terbesar bagi dirinya. Belum lagi Mawar yang sedang melakukan program hamil, Lian ingin memiliki seorang anak dari Mawar tapi ia belum semapan itu untuk mengeluarkan biaya lebih lagi.

Lian mengenakkan kaos putih nya lalu ia lapisi dengan jaket berwarna hijau. Ia tak sarapan di rumah karena Mawar belum bangun, mungkin perempuan itu lupa jika Lian tetap bekerja di hari minggu ini.

Ya, Lian tak marah. Ia juga kasihan melihat Mawar yang sejak semalam mual dan mengeluh sakit kepala serta nyeri di bagian perut kirinya.
Ini bukan kali pertama Mawar mengeluh nyeri di perutnya, sudah terhitung sejak beberapa tahun terakhir. Namun, obat pereda nyeri selalu menyembuhkan nya sehingga Lian tak begitu khawatir.

Dengan menarik nafas yang panjang Lian mengendarai motornya. Meskipun lelah, tapi kehidupan seperti ini telah ia lalui sejak 8 tahun terakhir. Rasanya sudah terlambat jika ingin mengeluh.

Saat melangkah ke dalam cafe, ia kembali melihat keheningan di dalamnya. Belum ada pelanggan ternyata. Cafe gemerlap hanya menyisakan satu juru masak dan satu barista. Sedangkan Lian, ia merangkap sebagai Waiter dan kasir di cafenya.

Lian menyapa para karyawan nya terlebih dahulu lalu melanjutkan membersihkan meja- meja cafenya.

Sedangkan di seberang sana, tepat Alman hospital. Ya, lokasi yang berdekatan itu sama sekali di luar dugaan Lian. Sebelum nya Lian tidak mempermasalahkan lokasi cafenya yang berdekatan dengan rumah sakit mantan ayah mertuanya. Namun saat mengetahui Salsa sekarang bekerja di sana, membuat ia kembali berfikir bahwa semesta tak pernah berhenti mempertemukan keduanya.

Salsa sekarang memiliki jadwal yang padat, pasien yang terus saja berdatangan tiap harinya. Ia bersyukur karena pekerjaan nya lancar namun terkadang ia juga sedih atas penyakit-penyakit yang diderita pasiennya. Begitulah derita menjadi seorang dokter, tak bisa bahagia karena disekelilingnya adalah mereka yang selalu mengkonsultasikan penyakit mereka.

"Terima kasih, buk. Ini resepnya bisa langsung di pinta di bagian farmasi ya." Ucap Salsa sopan pada pasiennya.

Pasien paling banyak ia temui adalah penderita diabetes, dari yang diabetes awal hingga sudah di tingkat kronis. Apapun itu, selain hanya melayani pasiennya, Salsa juga tak lupa untuk selalu memberikan kata-kata positif dan berharap bisa memberi sedikit semangat untuk mereka.

"Semangat ya buk, saya tahu capek karena harus konsumsi obat setiap harinya. Tapi lihat lagi ke sekeliling ibu, pasti banyak yang selalu menunggu kata sembuh itu." Ucap Salsa sebelum ibu itu pergi, ia memeluk sekilas tubuh wanita paruh baya itu.

"Terima kasih dok."

Salsa merasakan nyeri pada lambung nya, lalu ia menatap pada arloji nya yang sudah menunjukkan pukul sembilan.
Ia baru teringat belum memakan apapun sejak pagi. Salsa menuju ruangan novia untuk menemani nya mencari makanan namun ia melihat Novia yang sedang ada pasien dan ia mengurangi niatnya.

Jatuh padamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang