Sebuah Kesalahan atau Kenyataan?

1K 56 17
                                    

Semua manusia bisa menjadi jahat, tapi untuk tidak melakukannya adalah sebuah pilihan.

Flashback

6 bulan yang lalu

Malam itu hujan mengucur deras di jalanan ibu kota. Suara petir yang bersahutan menambah kesan tegang malam itu.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, artinya ia harus bergegas pulang. Kehidupan baru yang Lian terima sungguh melelahkan, pergi pagi hari dan pulang larut malam. Lian harus bertempur dengan berkas berkas kantor lalu melanjutkan pertempuran dengan tugas kuliah.

Waktu yang ia habiskan untuk keluarga kecilnya juga mulai berkurang. Di saat orang lain yang baru menikah sibuk untuk berduaan dan bermesraan, Lian malah harus sibuk bekerja.

Tapi apa lagi, ini pilihannya. Bukan salah Salsa juga , karena ia juga berperan dalam pernikahan nya. Bayangan pernikahan yang indah seakan sirna dalam kesibukannya. Ia merasakan kejenuhan.

Ia berkali-kali merutuki pikirannya saat rasa sesal tumbuh dalam hatinya. Entah apa yang ia sesali, apa rasa cintanya mulai memudar?

Suara benturan menghentikan lamunannya, dia menabrak seseorang.
Lian bergegas keluar, hujan yang sangat deras membuat jasnya ikut basah. Ia melihat perempuan dengan dress hitam itu terkapar dengan kening yang bersimbah darah.

Lian segera membalikkan tubuh perempuan itu, ia melihat sosok yang sangat ia kenali, Mawar. Ia membawa Mawar masuk ke dalam mobilnya dan mengantarnya ke rumah sakit.

Lian duduk di kursi dekat ruang Mawar, menunggu dokter selesai menanganinya. Lukanya tak terlihat parah, tapi sepertinya keadaan nya sudah parah sejak awal.

Banyak hal-hal yang muncul di pikiran nya, berbagai pertanyaan yang ingin segera mendapatkan jawabannya. Ah, kebetulan semacam apa ini semesta?

Setelah menunggu 30 menit akhirnya seorang dokter keluar. " Luka pasien tidak terlalu parah, syukur lah pasien sudah siuman."

"Terima kasih dok, Boleh saya masuk dok?" Tanya Lian.

" Silahkan pak."

Lian melangkah kan kakinya memasuki ruangan inap Mawar. Perempuan itu menoleh dan tersenyum.

"Terima kasih, Ron."

Lian mulai mendekat dan duduk di kursi kosong dekat brankar Mawar. " Kapan lo pulang ke Indonesia Ma?"

" Aku baru balik kemaren, Ron. Gimana kabar kamu?"

"Gue baik, Salsa juga baik." Jawabnya agar memperjelas ia masih bersama dengan Salsa.

"Wahh, kalian udah nikah ya? Selamat ya. Sorry aku gak bisa pulang kemaren." Mawar juga terlihat senang dengan pernikahan mereka.

"Santai, kita juga paham."

"Oh ya, kamu balik aja. Udah malam juga, Salsa pasti udah nunggu." ujar Mawar.

Lian mengangguk, "Sorry ya gue gak sengaja nabrak lo. Biaya rumah sakit udah gue bayar."

Mawar tersenyum meski tampak sedikit memaksanya, " Lo baik kan?" tanya Lian, bagaimanapun Mawar adalah temannya. Meskipun pernah salah tapi hubungan mereka telah membaik saat Mawar berpamitan dulu.

"Seperti yang kamu lihat? Aku lebih baik sekarang. Aku berhasil kalahin penyakit ku." ujar Mawar.

Raut wajah Mawar berubah menjadi sedih, " Tapi aku harus kehilangan semuanya, Ron. Aku harus jual semua aset keluarga ku untuk biaya pengobatan. Dengan susah payah dokter berhasil mendapatkan ginjal yang baik untuk aku, meskipun aku harus bayar mahal untuk itu. Sekarang aku gak punya apa-apa lagi. Uang terakhir aku pakai buat pulang ke Indonesia dan bayar kos di sini." Jelas Mawar, ia menangis. Rasanya lelah ketika lagi-lagi bertemu dengan dirinya yang lemah.

Jatuh padamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang