Malam ini Al, Salsa dan dua anak perempuan nya sedang dinner di restoran. Bukan tanpa alasan, ini semua atas Ajakan Al. Salsa mengenakkan long dress hitam dengan belahan di bagian kiri kakinya. Paduan liontin simple membuat kesan nya menjadi indah dan elegant. Al juga mengenakkan Setelah jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Terkesan formal dan rapi.
Al sengaja meminta Salsa mendandani dua anak nya dengan pakaian senada yang telah ia siap kan. Layaknya sepasang keluarga ternama mereka memasuki Restoran. Menuju ruangan yang sudah Al booking terlebih dahulu.
Terlihat berbagai makanan dan minuman telah terhidang dengan rapi, tak lupa pula hiasan lilin dan bunga mawar yang membuat malam ini menjadi begitu romantis.
Salsa tersenyum saat Al menarik kursi untuk mempersilahkan dia dan anak-anak nya duduk. Al tidak pernah sama sekali malu saat mengajak dirinya dan anak nya berpergian. Bahkan Al selalu membanggakan Salsa pada teman-temannya tanpa sepengetahuan Salsa.
Salsa juga dikejutkan dengan para pelayan yang memainkan biola, alunan musik yang romantis mereka mainkan.
" Ngapain sih kak beginian, ini effort banget sih untuk di bilang makan malam biasa." ucap Salsa yang menekankan kata 'makan malam biasa'. Ia teringat dengan jawaban yang sama saat Salsa mengajukan pertanyaan mengenai alasan ajakan dinner ini.
Al hanya terkekeh, " Ini belum seberapa Sal. Enjoy aja. Nikmatin semuanya ya."
"Gracia, Ara juga enjoy ya kalian." Lanjutnya saat menoleh pada dua anak perempuan.
Gracia mengamati segalanya, ia bukan anak kecil, ia adalah remaja 14 tahun yang mengerti dunia romantis dan segala artinya.
Sambil menikmati makanan nya, Gracia sibuk memikirkan kemungkinan dan tanggapan apa yang akan dia utarakan nantinya.
" Ara gimana sekolah nya aman? Udah urus surat pindahnya?" Tanya Al pada Salsa di sela makan mereka.
"Ayah urus semuanya, lusa Ara sudah mulai sekolah. "
Al menganggukkan Kepala nya, "kalau kakak gimana? Mau lanjut home schooling atau ada niatan untuk masuk swasta?" Deretan pertanyaan Al ajukan langsung pada Gracia.
"Kakak sih belum mau sekolah diluar om. Lanjut home schooling aja.
" Kakak ada niatan rilis lagu? Biasanya kan kakak manggung bawain lagu orang terus."
"Nanti deh om, kakak ada bahan nya. Tapi belum deh kayaknya."
"Eh kak, om punya kenalan label musik. Kemarin sempat ngobrol banyak juga. Om cerita tentang kamu dan kecintaan musik kamu ke dia. Katanya mau atur jadwal buat ketemu kakak."
"Kakak mau? Ya, label musiknya lumayan besar kok. Dia benar-benar menyeleksi potensi musisinya. Saran om sih coba aja kak." Lanjut Al lagi.
"Iya kak, di coba aja. Siapa tahu ini kesempatan kamu." Tambah Salsa.
"Boleh deh om Al. Tapi ketemu nya di temenin om ya." ucap Gracia sambil cengengesan.
"Iya, pasti dong."
Setelah menghabiskan makanan nya, Al mulai berbicara serius.
" Sal seperti yang kamu tahu, aku sudah memiliki perasaan sama kamu sejak beberapa tahun yang lalu, hingga sekarang perasaan itu masih sama. Hari ini aku kembali buat nyatakan hal yang sama. Dan aku sengaja bawa Gracia dan Ara karena ingin meminta izin di depan mereka langsung. "
"Kakak udah besar buat paham situasi keluarga kalian. Dan Om kira, kakak juga sudah bisa memikirkan keputusan tentang apa yang kakak mau. Hari ini om berniat untuk menyatakan perasaan pada ibu kalian. Semisalnya jawaban ibu iya, apakah kakak bersedia om memberikan peran ayah untuk kalian, tanpa harus menghilangkan peran papi kalian?"
Gracia menghela nafasnya panjang, pertanyaan sulit ini sudah waktunya ia jawab.
"Dulu kakak pernah minta om untuk tidak menggantikan tempat papi kan? Meskipun kakak membenci papi, tapi kakak belum menerima sosok baru di hidup kami. Tapi sekarang, kakak tidak mau egois lagi, biarkan ini menjadi keputusan Ibu sepenuhnya. Yang perlu ibu tahu, kakak mendukung apapun keputusan ibu."
"Terlebih dari luka yang papi berikan pada kita, ibu juga berhak bahagia. Ibu tidak boleh hidup dengan mengenang masa lalu saja. Om Al terbaik selama ini. Tujuh tahun lebih tapi masih mampu bertahan. Dia bahkan sangat menghargai keputusan kakak waktu itu bu."
"Om Al terbaik bu." ucap Ara yang juga sudah mulai paham.
Salsa dengan mata berkaca-kacanya menoleh pada dua putrinya. Gracia yang beranjak dewasa, anak itu menjadi saksi pahit dan manisnya selama ini.
Al mengeluarkan kotak cincin dan membukakan nya, ia menatap dalam wajah Salsa. " Izinkan aku melanjutkan kisah kalian ya? Izinkan aku menjadi alasan kalian untuk tertawa. Jadikan aku orang yang akan kalian andalkan di saat kalian membutuhkan."
"Kak, aku bahagia sekali. Hidup aku suram, hampa dan rumit. Kamu tahu tapi masih saja bertahan. Izinkan aku untuk belajar mencintai kamu terlebih dahulu ya? Sulit mungkin tapi tuntun aku kak." Tetesan pertama air matanya luruh begitu saja.
"Aku terima kamu dan riuh hidup kamu Sal. Aku pasti bantu kamu untuk bisa mencinta lagi. Jika pun itu suatu ketidakmungkinan, akan tetap aku Terima Sal. Biar aku yang mencintai kalian." Ucap Al dengan tulus. Tatapan teduh itu tanpa kebohongan.
"Terima kasih Kak, aku coba ya." Al tersenyum, ia menyematkan cincin di tangan Salsa.
"Nanti aku minta izin ke Ayah bunda dan mertua kamu ya. Setelah itu baru kita usahakan semuanya." Salsa mengangguk,setelah bertahun-tahun kali ini ia letakkan kembali kepercayaan nya pada seseorang. Semoga tak mengecewakan dan tak berakhir trauma.
Al memeluk Salsa erat, ia beranikan mengecup rambut Salsa untuk pertama kalinya. Tak lama ia juga mengajak Gracia dan Ara untuk bergabung.
Semoga ini yang terbaik. Dan menjadi awal yang baik.
_______
Lagu tulus tuh bener-bener tulus gak sih. Jangan ide-ide sih buat dengerin malam-malam. Efek samping nya bikin sembab bro.
Cung yang sengaja dengerin lagu, nonton film dan baca cerita sedih supaya nangis? Aku sih.
Malah curhat hehe.
Makasih ya sudah sejauh ini kita. Tenang masih banyak part ya! Tungguin sampai akhir cerita nya.
Enjoy ya bacanya sis and bro ku👯♂️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh padamu
RandomTentang cowok cool bernama Gamalian Rony Latupian dan perempuan berisik bernama Laquena Salsabill Alman. Perjalanan cinta antara keduanya, di penuhi makna akan kehidupan. Tentang bagaimana bahagia yang selalu bergandengan dengan luka, mampu mereka t...