Perkara Sembuh, Perkara menerima

1.2K 94 4
                                    


Lian menatap wajah tenang istrinya yang terbaring  lemah di rumah sakit. Bersyukur, lagi-lagi hanya kata itu. Keadaan Salsa nyaris kritis tadi, namun untung saja ia cepat membawa istrinya ke rumah sakit, jika tidak mungkin ia akan kehialngan calon anak nya. Lian mencium berkali-kali tangan istrinya itu, ah tuhan jangan sakiti perempuannya lagi, ia sudah cukup.

Perlahan mata Salsa mulai terbuka, wajah pertama yang ia lihat adalah wajah suaminya, penuh kekhawatiran. Salsa hanya tersenyum pada Lian lalu mengusap lrmbut tangan yang menggenggam tangannya. Seolah meyakinkan Aku baik Lian.

Salsa beralih mengusap perut nya, seingat nya perut nya sempat sakit sebelum ia pingsan.  " Adik baik Ca, Dia kuat seperti ibu nya." Lian menjawab kekhawatiran Salsa.

"Maaf ya adik, kamu harus dengar cerita tentang kejahatan Opa kamu ya nak? Kamu juga gak mau ketemu Opa ya sayang? Gapapa ya sayang, kamu harus tetap lahir, kamu punya Papi, ibu, Nenek, Kakek dan Oma yang menunggu kehadiran kamu sayang. Masih banyak orang baik di dunia ini Nak." Salsa berbicara sambil mengeus perut nya.

Lian membawa Salsa ke dalam rengkuhannya, ia tahu perempuanya itu ingin menangis. " nangis aja sayang, keluarin semuanya. Tapi jangan terlalu larut ya? Kamu punya aku dan adik. Jadi jangan di pendem sendiri Ca." Salsa mengangguk, ia benar benar hancur. Tangis nya tak kunjung henti, rasa sakit nya begitu dalam.

" Pelan- pelan sayang nanti sesek." Ingat Lian.

"Aku mau ketemu Bunda Lian. Boleh ya?" Lian mengangguk," Boleh sayang, tapi kamu harus sembuh dulu. Besok kita ke ketemu Bunda kalau kamu nya sembuh."

Lian menuntun Salsa untuk kembali beristirahat," Aku ambil obat kamu dulu ya sayang, bobo lagi biar enakan. Nanti aku minta bantu temenin ya? " Salsa mengangguk, ia masih merasa lemah apa lagi setelah menangis.

" Mama, boleh minta bantu jagain Salsa sebentar? Lian mau tebus obat Salsa dulu." Ati mengangguk, " Langsung makan Li, kamu belum isi perut dari tadi." 

"Lian, kita ngopi sebentar ya? Papa mau ngobrol." Lian hanya mengangguk. Mereka mengambil obat Salsa terlebih dahulu baru pergi kekantin setelah nya.

" Mau ngomong apa pah?" Tanya Lian yang menyantap soto nya. Lian memilih untuk memesan makanan karena ia belum mengisi perut sama sekali. Ia takut tak bisa menjaga Salsa jika harus jatuh sakit.

" Papa telepon Ayah Salsa tadi." Pian menggantung ucapannya, wajah nya tampak gelisah sekarang. " Mereka sudah resmi bercerai tadi siang." Lanjut nya. Lian tentu tahu siapa mereka yang di bicarakan ayah nya. Respon nya hampir sama dengan ayahnya saat tahu, namun beda nya ada rasa takut dan kekhawatiran sekarang. " Lian ngomong apa sama Salsa nanti pah?"

Ayah nya hanya menggeleng," Papa juga bingung, kondisi Salsa belum sebaik itu." Lian megusap wajah nya," Papa cerita tentang keadaan Salsa?" Pian mengangguk, " Dia minta waktu buat bisa jelasin ke Salsa, ia juga paham Salsa masih butuh waktu untuk mencerna segalanya. Mungkin saja Ita juga sama, masih butuh waktu."

"Selama waktu itu belum datang, kamu bisa ya alihin pikiran Salsa. Kasihan menantu Papa, Dia bakal stress kalau harus tahu ini sekarang. Mungkin sampai trauma." Lian paham sekali, Ayah Alman adalah cinta pertama Salsa. Salsa bahkan selalu merasa cukup jika bersama dengan ayah nya.

" Kamu juga, jangan terlalu jadiin beban fikiran ya? Semuanya akn membaik perlahan Lian." Lagi lagi liah hanya mengangguk.

" Udah, Kita ke Salsa aja sekarang." Lian mengikuti langkah ayah nya dan kembali memasuki ruangan Salsa.

Lian melihat Salsa kini sedang berbincang dengan Billa, sudah lebih baik. Lian membiarkan dua wanita itu bercerita, Salsa juga sudah lama tak bertemu dengan Billa. Lian menutup kembali pintu ruangan dan berbalik untuk menunggu di luar saja. Lian membuka handphone nya, mengecek beberapa pekerjaan yang ia tinggalkan. Saat melihat walpaper ponsel nya, ia teringat Gracia?. Di mana putri nya itu, dia bahkan tidak melihat nya di rumah sakit sejak tadi.

Lian kembali memilih masuk ruangan dan bergabung dengan ibu nya, " Mah, Lian gak liat Gracia dari tadi? Dia di mana ya?" Salsa ikut menoleh saat mendengar pertanyaan Lian. " Astaga mama juga kelupaan, Gracia sama bibi mirna, pasti udah ngambek di tinggal sendiri tuh. Biar Mama minta tolong jemput sama sopir aja, sekalian mau bawa baju ganti kamu sama Salsa." Lian lega, maafin papi ya gracia.

________


hai gays!

Jangan lupa like dan vote cerita aku ya!! soalnya cerita ku lumayan banyak pembacanya tapi vote nya gak nyampe seratus, sedih aku tuh huhuhu.

 Dengan kalian ngevote aku, aku sangat berterima kasih dan merasa di hargai sekali!!

enjoy ya? Terima kasih sudah singgah ya gays!!

Makna Kata Rela di tunda dulu ya, gapapa kan? aku masih harus mempertimbangkan beberapa hal soalnya.




  





















Jatuh padamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang