Chapter XXVIII : Attack From Angmar

1.6K 191 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

Kakinya melangkah dengan cepat juga melesat dengan satu detikan, mengarahkan pedangnya dengan lihai menebas setiap jengkal tubuh para monster yang menghampirinya.

Tubuhnya sudah basah karena hujan, bahkan darah memenuhi pakaiannya yang semula rapi kini kusut. Ia berhenti sejenak, menyugar surai hitam basahnya dengan menatap tajam kedepan sana. Seringai terbit melihat bagaimana mudahnya para monster besar itu menghabisi para bawahannya dengan mudah.

"Not bad, "

Pedang ditangan kanannya mulai mengeluarkan cahaya merah menyala, dalam sekejap, tubuhnya dengan gesit menghancurkan makhluk besar itu. Auman besar memenuhi tempat ini, disertai bunyi kilat yang terus menyambar dari langit sampai mengenai hutan yang sudah terbakar setengahnya.

Setiap satu monster lenyap, satu persatu kembali muncul dari belahan tanah yang sudah terbuka lebar. Sebenarnya dia bisa saja mengoyak mereka lebih cepat menggunakan taring tajamnya, namun terasa sangat jijik jika mulutnya bersentuhan dengan makhluk kotor seperti mereka.

"Lebih baik aku mengoyak dengan penuh cinta pada leher Mateku daripada kalian makhluk rendahan. " itulah ujarannya ketika salah satu bawahannya bertanya padanya kenapa memilih menggunakan pedang vampirenya.

Geovan Jayan menahan tubuhnya yang terhempas kebelakang dengan satu kakinya. Bunyi kepakan sayap besar diatas sana mengalihkan perhatian mereka semua. Sosok berjubah hitam dengan tudung yang menutupi wajahnya berdiri diatas hewan besar bersayap elang.

Jay mendesis pelan, "Nazgûl, "

Hewan itu mendarat, bagaimana ukurannya yang begitu besar berbentuk layaknya singa bersayap kelelawar dan berekor kalajengking. Tanpa diberitahu, sudah pasti kalian tahu hewan itu bukan?.

Sosok itu turun, tangan bajanya terangkat, seluruh monster disekelilingnya berhenti bergerak dan berjalan mundur. Seolah memberikan jalan untuk sosok itu.

Rintik hujan berhenti, namun langit semakin gelap. Terlebih, kilat masih menyambar walau tidak ada lagi badai.

Jay mengeratkan tangan kanannya yang menggenggam pedang miliknya. Netra hitamnya menajam ketika sosok itu melangkah mendekat,
kekehan yang begitu rendah mengalun dari sosoknya.

"Where is he? "

Lagi, sosok itu tertawa sarkar melihat Jay yang hanya diam walau sudah dilayangkan pertanyaan darinya. Tangan kanan bajanya ia tegadahkan, perlahan sesuatu muncul membentuk lingkar. Kupulan asap hitam yang membesar terbentuk diatas tangannya.

Bukannya takut, Jay melayangkan seringainya pada sosok itu, pedangnya yang masih sedikit mengeluarkan percikan api ia putar dengan santai.

"It's no use, you won't be able to carry it. "

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang