.
.
.
Jaeyun sadar. Ia sadar kalau dirinya hanya seorang tahanan yang kebetulan diperlakukan seperti seorang tamu di kerajaan ini.
Seluruh penghuni di tempat ini begitu memperlakukannya dengan baik, tidak ada yang secara terang-terangan membencinya. Walau beberapa ia melihat tatapan sinis ditunjukkan padanya.
Salah satunya adalah wanita itu. Seorang wanita Fairy yang terkadang ikut bersama Sunoo untuk membantu merawat taman disana, juga merawat mereka yang terluka.
Wajahnya sangat cantik dan manis, Jaeyun akui itu. Netra coklat yang lembut itu sangat menenangkan, namun berbeda ketika dia melihat padanya. Jaeyun yang merasa dia tidak menyukainya hanya memilih menjauh dan berusaha untuk tidak mendekatinya.
Terkadang Jaeyun berpikir, jika sebenarnya makhluk istimewa itu adalah si wanita Fairy. Melihat bagaimana lembutnya wanita itu membuatnya langsung berspekulasi demikian.
Sudah tiga hari Jaeyun mendekam di kamar besar itu sendirian. Heeseung sama sekali tidak muncul, sama seperti saat ia baru datang ke tempat ini.
Netra birunya menatap rintik hujan yang perlahan turun. Semakin lama semakin deras, kilatan dari petir yang memasuki jendela sangat terasa mencekam baginya. Ia duduk bersandar di ranjang, membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Ketiga temannya ikut berada dipelukkannya, tubuh Cerberus itu tenggelam, hanya menyisakan tiga kepala itu.
Jaeyun bosan, ia tidak bisa tidur. Hingga pikirannya mempunyai sebuah ide untuk mengatasi rasa bosannya. Ia merunduk, menatap Cerberus didekapannya.
"Apa kalian mau menemaniku keluar? Hanya berkeliling sebentar, " wajahnya tersenyum manis, hingga kedua mata itu melengkung seperti bulan sabit.
Ketiganya mengangguk, melompat keluar dari selimut dan berlari ke arah pintu. Jaeyun tertawa kecil, lalu meraih jubah hitam untuk melindungi tubuhnya yang hanya memakai baju tidur berbahan satin.
Berjalan menuju pintu, ia menatap kembali kebawahnya. "Jangan pergi jauh dariku, oke? " setelah mendapat anggukkan, ia membuka pintu.
Sunyi, sama seperti kamarnya. Didepan kamarnya adalah jendela yang sangat besar, kilat petir yang terus menyambar dan hujan yang turun dengan deras membuatnya sedikit takut. Namun, Jaeyun memilih mengabaikannya lalu berjalan menyusuri lorong yang sepi.
Pengawal memang berada di setiap sudut, namun mereka seperti patung. Tidak ada ekspresi dan seolah tidak mempedulikan Jaeyun yang melewati mereka. Ia sampai bergidik, Mengapa mereka terlihat seperti raga tanpa nyawa? Makhluk aneh.
Jaeyun menghentikan langkahnya, menatap takut lorong yang semakin gelap didepannya. Cerberus dibawahnya juga berhenti.
Disana, tepat diujung lorong. Dua titik merah yang berkedip seperti memperhatikannya. Sangat gelap, namun ia bisa melihat tubuh sosok itu begitu tinggi. Ia menelan ludahnya gugup, "H-Heeseung, apa itu kau? " ujarnya, sangat pelan. Namun, suara itu menggema karena kesunyian disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil And His Angel [✔]
Fantasyᴡᴀʀɴ! ʜᴇᴇᴊᴀᴋᴇ || ʙxʙ || ꜰᴀɴᴛᴀꜱʏ ➡ ⠂ʜɪᴅᴜᴘᴋᴜ ʏᴀɴɢ ʟɪᴍᴀ ʙᴇʟᴀꜱ ᴛᴀʜᴜɴ ʙᴇʀɪꜱɪ ᴋᴇᴅᴀᴍᴀɪᴀɴ ᴅᴀɴ ᴋᴇᴛᴇɴᴀɴɢᴀɴ, ᴛᴇʀᴇɴɢɢᴜᴛ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴏʟᴇʜ ᴍᴏɴꜱᴛᴇʀ ᴀɴᴇʜ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴊᴇᴍᴘᴜᴛᴋᴜ ᴅᴀɴ ᴍᴇɴɢᴀᴛᴀᴋᴀɴ, ᴊɪᴋᴀ ᴀᴋᴜ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴍɪʟɪᴋɴʏᴀ. ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ, ꜱᴇᴍᴀᴋɪɴ ʙᴇʀᴛᴀᴍʙᴀʜ ᴅᴇᴛɪᴋ, ᴛᴀᴋᴅɪʀ-ᴛᴀᴋᴅɪʀ ᴀɴᴇʜ ᴍᴜʟᴀ...