Chapter IV : A Fact?

3.2K 348 5
                                    

.

.

.

"Selamat datang kembali, Tuan. "

"Bagaimana dengan anak itu? "

"Semuanya baik, Tuan. Kami mengawasinya sesuai dengan perintah anda. "

Setelah Tuannya mengangguk kecil, pengawal itu kembali menegakkan tubuhnya.

Ia turun dari kuda hitam miliknya, lalu melangkah memasuki bangunan megah miliknha. Seluruh penghuni disana membukukan tubuh mereka, langkah kaki pria itu berhenti disalah satu pelayan didepannya.

"Hormat saya, Yang Mulia. "

"Kau menjaganya dengan baik bukan, Jungwon? "

Tubuhnya telah tegak, dengan kepala yang sedikit ditundukkan, Jungwon mengangguk. "Saya bersumpah telah menjaga dan melakukan perintah anda, Yang Mulia. "

Kemudian kakinya kembali melangkah, memasuki lorong yang sangat panjang namun tubuhnya berhenti saat seseorang menghadangnya dengan tiba-tiba.

"Bagaimana? "

Sunghoon, pria berjubah putih itu menatap sepupunya yang menatapnya datar.

"Sudah kutangani, tetapi kita perlu mengirim beberapa pasukan untuk menjaga disana. "

Sunghoon tidak menjawab, ia membiarkan Heeseung pergi melewatinya. Aku sudah menduganya.

Heeseung menatap pintu besar didepannya, suara dari dalam sana ia berikan semacam pelindung. Dan hanya dia saja yang bisa mendengarnya. Saat mendengar suara debuman kecil, ia menghela nafasnya pelan.

Tangannya ia angkat, sesaat pintu itu terbuka dengan sendirinya tanpa disentuh. Menatap pria yang menjadi penyebab ia pergi berhari-hari. Pria mungil itu membawa kotak hitam miliknya.

"Mengambil barang orang lain tanpa izin? "

...

Jaeyun terus merutuk dirinya sendiri karena tidak fokus, sampai-sampai seseorang masuk pun tidak ia ketahui.

Matanya bergerak gelisah, buku tebal itu masih dipelukannya, ia sangat penasaran dengan isinya namun kenapa pria itu datang tiba-tiba?!

"K-Kau, me-mengapa kemari? "

Heeseung? Pria itu hanya menyenderkan tubuhnya dibalik pintu. Mata merahnya masih menatap datar Jaeyun disana, lalu beralih ke kaki Jaeyun yang sedikit membiru.

Jaeyun baru ingin membuka mulutnya lagi, tetapi langsung terhuyung kebelakang karena Heeseung tiba-tiba saja berada didepannya. Tunggu, apa?

"Kau—Akh! "

"Kenapa dengan kakimu? "

Tangan besar itu dengan santainya menggenggam erat kaki Jaeyun yang terluka, sungguh, walaupun itu bagi Heeseung hanya genggaman biasa tapi bagi Jaeyun itu cengkraman yang sangat erat. "Apa kau ingin membunuhku?! Ini menyakitkan! "

Heeseung menatap dingin Jaeyun dari bawah, membuat pria manis itu menelan ludahnya gugup dan tersenyum kaku.

Pria bermata merah itu kemudian bangkit, lalu merampas buku yang digenggaman Jaeyun, membuatnya merengut kesal. Padahal aku hanya ingin membacanya sebentar saja.

"Kau mengambilnya tanpa izin, tidak akan kuberikan. "

Mulut Jaeyun menganga, Dia membaca pikiranku?!

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang