Chapter XXXIV : Fight and Ending (?)

1.2K 146 9
                                    


Hai geysss

Hppy baca

Maaf yosh kalau ada typoo :))

...

Kakinya melangkah mundur ketika sosok itu kini bergerak semakin liar. Pertarungan mereka semakin sengit, akibat monster itu keluar dari persembunyiannya. Walau ia sudah menduga hal ini pasti akan terjadi.

Jika terusik sedikit saja, pasti akan mengamuk.

Wujud werewolfnya sudah benar-benar mengenaskan. Dengan mata kanan yang tertutup beserta goresan disana, kakinya mulai sanar bergetar akibat luka dalam yang cukup parah. Namun walau begitu, dia tetap bertahan.

Berlari menarik musuh bebuyutannya, melemparnya ke dahan pohon hingga tumbang. Pekikan besar muncul dari monster barmata besar itu, dia menarik seluruh kawanan werewolf lain kedalam jurang tempatnya bersemayam.

Niki menggeram rendah, menarik lengan Hanwool lalu memutuskannya dengan cepat. Hingga teriakan itu menggema. Tanpa membuang waktu, ia melempar tubuh werewolf itu ke dekat jurang tadi. Saat Hanwool hendak menghampirinya, tubuhnya lebih dulu ditarik kedalam dengan monster tadi, meninggalkan bekas cakaran saja disana.

Niki menghela berat, mendudukkan dirinya bersamaan bulu ditubuhnya mulai menghilang. Ia kembali menjadi manusia, namun lukanya masih tetap sama. Sudah dipastikan mata kanannya buta karena tusukkan kuku werewolf milik Hanwool.

Ia terbatuk, meludahkan gumpalan darah dari mulutnya. Darahnya benar-benar terbuang banyak, akibat luka berlubang pada perutnya lumayan besar. Untuk luka ini, Niki mendapatkannya dari monster itu, tangannya dipenuhi taring-taring tajam, hingga dia terkena akibat terlempar.

Niki memandang makhluk lain diatas sana, langit terus bergemuruh. "Sampai kapan? "
Menunggu lebih lama, sepertinya dirinya sudah lebih dulu mati disini akibat kekurangan darah. Andai ada matenya, pasti ia bisa dengan mudah meminta darah dari fairy itu.

Tetapi, Niki juga khawatir dengan keadaan makhluk manis itu. Fisiknya lumayan lemah untuk ukuran fairy berkemampuan rendah, terlebih tanda kepemilikkan matenya terus terasa panas.

'Sunoo, kau tidak apa-apa, 'kan? '

Dia terus mengulangnya, namun tetap tidak mendapat jawaban. Matanya bergerak gelisah, dengan hati yang mulai terasa sesak juga sakit yang begitu dalam namun terasa samar.

Ia bangkit berdiri, mencoba berjalan dengan berpegangan pada pohon juga tangan kanan menahan darah dari perutnya. Namun tidak bisa, Niki kembali jatuh. Matanya mulai memburam, juga titikkan air keluar dari kedua matanya.

Tidak, tidak mungkin. Niki menggeleng pelan, mencoba menghalau pemikiran negatif yang memasuki relung pikirannya.

Ia kembali bangkit, berjalan dengan sedikit sempoyongan memasuki hutan, yang sepertinya sulit dikatakan hutan. Pepohonan sudah banyak yang tumbang, kubangan besar dan gelap berada disetiap sisi. Mayat-mayat monster berada disekelilingnya, tanah kering yang retak dibeberapa bagian.
Perang, namun layaknya hari terakhir.

Niki kembali terbatuk darah, ia jatuh bersimpuh, menekan lukanya yang semakin terasa. Matanya memburam, bintik hitam memenuhi pandangannya yang mengabur, napasnya terasa sangat sesak.

Niki benci dirinya yang sangat lemah. Sunoo, fairy itu membutuhkannya, jika ia mati disini, apa takdir yang menimpa Sang Mate nantinya?

Tetapi percuma. Sebesar apapun ia bangkit, tetap saja terjatuh. Niki tahu, Sunoo sedang tidak baik-baik saja. Sebab rasa sakit yang diterima dari lukanya tidak sebanding dengan sesak dalam hatinya.

Niki tidak ingin pergi terlalu cepat, ayolah. Bahkan mereka berdua belum bersenang-senang layaknya pasangan sebenarnya, harus mengatasi permasalahan dunia yang tidak pernah diinginkan. Sungguh memuakkan.

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang