.
.
.
Pria manis bermata biru itu terus menatap risau tangannya yang menggenggam bunga hitam. Semenjak disuruh pergi ke ruangannya, Iblis itu tidak terlihat kembali.
Apa aku berbuat kesalahan?
Ia terus berpikir kalut, dan teringat dengan anak panah yang lumayan besar menancap di punggung pria itu. "Apa dia baik-baik saja? "
Jaeyun kemudian beranjak menuju pintu saat mendengar suara ketukan. Jungwon, pria manis itu datang, berdiri didepan pintu. Namun bukan itu yang membuat Jaeyun terdiam, dibelakang Jungwon, ada Jay yang bediri disana. Menatapnya.
"Jae, aku dan Jay akan disini menjagamu. Boleh bukan? " pertanyaan dari Jungwon membuatnya tersadar, kemudian mengangguk dan mempersilahkan mereka masuk.
Jay berdiri dibelakang pintu, membiarkan Jungwon juga Jaeyun mengobrol di kursi dekat dengan jendela.
"Jungwon, untuk apa kalian kemari menjagaku? " Jaeyun membuka suaranya, karena sedari tadi ia bingung. Biasanya hanya Jungwon disini bersamanya, namun kali ini bersama dengan Jay.
Jungwon tersenyum kecil, "Kami hanya menuruti perintah dari Tuan Heeseung, "
Mendengarnya membuat Jaeyun kembali teringat, "Heeseung, dia terluka. Apa dia sudah di obati? "
"Terluka? " beo Jungwon. Ia menatap pasangannya yang sedari tadi berdiri tanpa ekspresi. Jay yang mengetahuinya menjawab, "Dia baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. "
Jaeyun mengerjap, lalu ia langsung memegang kepala Jungwon ketika teringat kembali, "Astaga! Dimana Ni-ki?! "
Jungwon menyingkirkan kedua tangan yang memegang kepalanya, lalu berdecak. "Ck! Sudah jangan pedulikan dia! Mungkin sedang Matting. "
"Apa? Aku tidak dengar? "
Jungwon menggeleng, "Tidak ada, lupakan saja. " ujarnya gugup. Jaeyun mengangguk percaya, membuatnya menghela nafas.
"Tapi, sekarang Heeseung dimana? " Jaeyun kembali bertanya setelah sekian lama berdiam. Jungwon ikut bingung, lalu mereka menatap Jay yang sedari tadi diam menatap mereka.
Jay yang mengerti menjawab dengan senyuman kecilnya, "Mengurus hama yang mengusiknya. "
...
Sayap hitam itu terus mengepak di langit yang mulai menggelap. Mata merahnya menyusuri setiap jengkal permukiman juga pepohonan dibawahnya. Ia terkekeh saat melihat bayangan hitam melesat dengan cepat diantara pepohonan yang rindang. Burung gagak selalu mengelilingi tubuhnya, namun ia tidak risih sama sekali.
Ia turun, mendarat di dahan pohon yang lumayan tinggi. Pedang hitam yang bersembunyi disarungnya menyala, juga mata merahnya menatap dingin seseorang berjubah yang terdiam membeku menatap keatas.
Heeseung melompat kebawah, mendarat dengan satu kaki yang berlutut. Lalu bangkit, menatap seseorang itu seperti biasanya.
"Wizard. " tubuh itu bergetar, busur yang dipegangannya mengerat, ia menunduk. Tak berani menatap mata merah itu.
Heeseung terkekeh, "Siapa yang menyuruh kau? Kasihan sekali, karna kau akan pergi dengan cepat, " tangannya menarik pedang di pinggangnya yang sedari tadi menyala. Sebuah ukiran seperti bunga di pedangnya menyala, warna hitam itu bercampur dengan purple, terlihat mengerikan, bagi si Wizard.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil And His Angel [✔]
Fantasiaᴡᴀʀɴ! ʜᴇᴇᴊᴀᴋᴇ || ʙxʙ || ꜰᴀɴᴛᴀꜱʏ ➡ ⠂ʜɪᴅᴜᴘᴋᴜ ʏᴀɴɢ ʟɪᴍᴀ ʙᴇʟᴀꜱ ᴛᴀʜᴜɴ ʙᴇʀɪꜱɪ ᴋᴇᴅᴀᴍᴀɪᴀɴ ᴅᴀɴ ᴋᴇᴛᴇɴᴀɴɢᴀɴ, ᴛᴇʀᴇɴɢɢᴜᴛ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴏʟᴇʜ ᴍᴏɴꜱᴛᴇʀ ᴀɴᴇʜ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴊᴇᴍᴘᴜᴛᴋᴜ ᴅᴀɴ ᴍᴇɴɢᴀᴛᴀᴋᴀɴ, ᴊɪᴋᴀ ᴀᴋᴜ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴍɪʟɪᴋɴʏᴀ. ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ, ꜱᴇᴍᴀᴋɪɴ ʙᴇʀᴛᴀᴍʙᴀʜ ᴅᴇᴛɪᴋ, ᴛᴀᴋᴅɪʀ-ᴛᴀᴋᴅɪʀ ᴀɴᴇʜ ᴍᴜʟᴀ...