Chapter VIII : Reason

2.5K 308 18
                                    

.

.

.

Tubuhnya menggeliat saat cahaya matahari menyorot masuk. Pria manis itu membuka matanya, menampilkan warna biru yang sangat indah.

Bangkit duduk dan melihat kesekelilingnya, sepi. Ia lalu teringat dengan kejadian kemarin, Apa berarti ini sudah satu malam?

Jaeyun langsung bangkit berdiri tanpa membersihkan dirinya setelah bangun tidur, ia berjalan keluar. Pintu kamar ini sudah bisa dibuka olehnya, karena Heeseung menghilangkan barrier yang dibuat olehnya.

Saat berjalan dilorong, ia bertemu dengan salah satu pelayan. Dengan cepat Jaeyun bertanya dimana iblis itu berada, dan dijawab oleh pelayan itu. "Tuan Heeseung berada diruang kerjanya, Tuan. "

Ia langsung menuju kesana, karena kemarin Jungwon sudah memberi tahu dimana letak ruangan pribadi milik pria bermata merah itu.

Menatap sejenak pintu didepannya, saat ingin mengetuk pintu itu sudah dibuka terlebih dahulu. Jay, pria itu membukukan tubuhnya pada Jaeyun, "Ada apa kemari? "

Jaeyun sedikit gugup ketika mata tajam itu memandangnya, "Aku ingin bertemu Heeseung. Apa dia ada? "

"Tentu, silahkan masuk. "

Pintu itu dibuka oleh Jay, Jaeyun langsung berlari kecil masuk kedalam. Lalu pria yang menjabat sebagai tangan kanan sang iblis langsung pergi keluar.

Disana, Jaeyun menatap pria bermata merah yang duduk dikursi kerjanya bersama tumpukan kertas dimeja depannya. Wajah itu sangat serius ketika membaca deretan kata didalam kertas-kertas itu.

"Aku tidak menyangka ternyata iblis juga bekerja. "

"Kalau tidak bekerja wilayahku bisa diambil oleh musuh, "

Jaeyun langsung terkesiap saat mata mereka bersitatap. Heeseung menyandarkan tubuhnya dikursi miliknya, menyuruh Jaeyun untuk mendekat. Saat Jaeyun berdiri disampingnya, tubuh itu langsung ditarik sampai terjatuh dipangkuan sang iblis.

"Apa yang kau lakukan, " matanya melotot garang, namun pria didepannya hanya terkekeh.

"Mengapa kau kemari? Merindukanku? " godaan itu membuat wajahnya datar, namun semu merah dipipinya tidak bisa dihindari.

"Aku hanya ingin menanyakan Ni-ki, dia sudah dibebaskan bukan? Aku ingin bertemu dengannya! "

"Aku tidak tahu, Jay yang mengurusnya. Tapi seharusnya dia sudah bebas sekarang, "

Jawaban itu membuat Jaeyun merengut, "Kan kau pemimpinnya! Bagaimana mungkin tidak tahu?! "

Jangan lupakan kalau mereka masih dalam posisi sebelumnya, melihat bagaimana menggemaskannya wajah yang mengerut itu membuat Heeseung tertawa. Oke, sepertinya ia sudah mulai jatuh pada tahanan berhati malaikatnya ini.

Dengan gemas ia menjawil hidung bengir itu, "Hal itu bukan urusanku, dia yang membunuh bawahan Jay, bukan bawahanku. Jadi aku tidak peduli. "

"Dasar kejam. "

Heeseung hanya tersenyum dan meraih cangkir miliknya lalu meminum cairan disana. Jaeyun mengerjapkan matanya saat melihat cairan merah disudut bibir Heeseng setelah meminum cairan didalam cangkir itu, "Didalam situ memangnya apa? "

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang