Chapter XXX : Appearance

1.7K 177 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Pi riding

.

Abaikan typo~

.

Tubuhnya meringkuk dibalik pohon besar, dengan kedua tangan yang menutupi telinganya dari suara-suara mengerikan disekelilingnya.

Pakaian khas petinggi kerajaan yang membalut tubuh kecilnya sudah kotor dengan darah basah yang masih membekas dikulitnya. Getaran pada tubuhnya terjadi karena menahan suatu gejolak mematikan yang terpancar dari bau amis disekitarnya.

Sebenarnya dia berada diambang keraguan, memilih mengikuti kaumnya untuk saling membunuh satu sama lain disana dan berakhir mati ditangan musuhnya yang sangat keji. Atau, lari dari tempat ini tanpa arah, dengan julukan yang akan menandai dirinya, seorang penerus yang mengkhianati kaumnya.

Taringnya mencuat, kedua matanya membelalak dengan netra hitam yang semakin menggelap. Dia melihatnya, seekor dragon hitam keluar dari langit. Bersiap membakar setiap makhluk dibawahnya.

"Masa bodoh untuk julukan. Kaumku memang pada dasarnya lemah! "

Anak itu bangkit, dia menatap sejenak mahkota kecil yang tergeletak dibawahnya. Keagungan mahkota itu seakan sudah tiada, tergeletak tak berarti ditanah basah dengan lumuran darah yang memenuhi lingkarannya. Bukan, anak itu bukan mengasihani mahkota yang sebelumnya hinggap dikepalanya.

Kekehan singkat mengalun, seolah semua ini hanya khayalan. Dia tidak peduli dengan keluarganya yang berjuang ditengah lautan darah dan teriakan histeris dari seluruh korban disana. Tapi, lagipula memang makhluk sepertinya mempunyai hati? Tidak bukan?

Tangannya meraih pisau kecil yang berada disamping mahkota tadi, menggenggam erat kemudian berbalik arah menuju hutan terdalam. Kaki telanjangnya terdapat beberapa goresan, membuatnya berjalan dengan sedikit terseok.

Semakin lama membawa tungkainya menjauh, suara-suara itu perlahan lenyap. Hanya, terkadang monster-monster muncul secara tiba-tiba. Membuatnya harus memakai tenaganya yang mulai menipis. Seperti trolls yang berlari kearahnya, dia langsung melesat kebelakang makhluk besar itu dan menusuk pisau kecilnya ke kepala trolls, lalu memutar kepala trolls itu dan mencabutnya paksa hingga terputus.

Dia berhenti bergerak, menatap malas tubuh besar tanpa kepala yang terbaring didepannya. Tidak hanya satu, namun belasan tubuh mati yang sama berada disekelilingnya. Ringisan kecil mengalun, netra hitamnya bergulir menatap langit yang dipenuhi kilatan cahaya hitam.

"Aku tidak peduli makhluk itu jatuh pada siapa, dapat atau tidak. Aku hanya ingin bertahan hidup, "

Tangannya mengepal, percikan merah sekilas terlihat samar dari telapak tangannya. Dia jatuh terduduk, rautnya begitu dingin. Walau dia masih anak-anak, tidak pernah sedikitpun senyuman lembut terukir dibibir kecilnya.

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang