Chapter V : Different Night

3.1K 352 10
                                    

.

.

.

Jaeyun menatap langit malam yang sangat sunyi. Heeseung tidak kembali lagi sedari tadi.

Ia membaringkan tubuhnya diranjang, menghadap keluar jendela. Mata birunya menerawang, lalu teringat dengan kejadian sebelumnya.

"Kalau kau sama sepertiku, lalu mengapa kau disini? "

"Jae, kau tahu apa itu mate? " alih-alih menjawab, Jungwon justru melayangkan pertanyaan padanya.

Jaeyun kemudian mengangguk, yah memang ia mengetahui sedikit tentang sesuatu bernama mate, pasangan yang sudah ditakdirkan oleh moongoddes.

Jungwon tersenyum kecil, lalu kembali melanjutkan perkataannya. "Aku ini adalah mate dari seorang vampire, aku yakin kau tahu makhluk penghisap darah itu. " ia sedikit menundukkan kepalanya, lalu menoleh menatap Jaeyun, "Awalnya aku tidak menerimanya, menganggap kalau semua itu hanyalah tipuan belaka. Lagipula, manusia mana yang akan percaya jika ada vampire di dunia ini bukan? Apalagi vampire itu adalah pasanganmu. "

"Tetapi, semakin lama aku sadar. Kalau pria itu memang benar makhluk aneh. Namun walau begitu, dia memperlakukanku dengan baik, hingga sekarang aku menyayanginya, kami saling menyayangi satu sama lain. "

"Dan kau, Jaeyun. Cobalah untuk menerima semua ini, aku yakin kau bisa. Takdir kita mungkin sama, tetapi kastanya saja yang berbeda. "

Jaeyun menatap lamat-lamat Jungwon, hingga ia tersadar. "APANYA YANG SAMA? MEMANGNYA KITA PASANGAN?! "

Topik cerita itu diakhiri dengan wajah memerah Jaeyun dan tawaan menggelegar dari seorang Jungwon.

Jaeyun masih mengingatnya persis. Mate? Apa aku sama seperti Jungwon? Pikirannya semakin berkecamuk. Sudah di berikan fakta mengerikan, ditambah dengan takdir pula. Jaeyun rasanya ingin pergi saja dari tempat ini, namun bagaimana?

Suara langkah kaki terdengar, Jaeyun memilih untuk memejamkan matanya. Karena ia tahu, itu adalah Heeseung. Selain pria itu dan Jungwon, tidak ada yang pernah masuk kesini, dan Jungwon pastinya tidak akan kemari. Pria kucing itu pasti sedang tidur diranjangnya.

Matanya masih terpejam, namun saat sebuah tangan dingin menyentuh wajahnya ia membuka matanya.

Deg

Mata merah itu, entah mengapa mengingatkannya akan sesuatu. Mereka terdiam, seolah saling mengungkapi perasaan melewati tatapan mereka.

Hingga Jaeyun akhirnya tersadar, langsung bangkit dan memojokkan dirinya disisi lain ranjang. Menatap Heeseung yang berdiri tegak dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya.

"Kau sudah tahu siapa aku bukan? "

Kalimat itu, membuatnya teringat kembali dengan percakapan mereka juga sepasang benda bertulang yang mirip dengan kelelawar. Jaeyun mengerjapkan matanya beberapa kali, "Jadi.. Kau memang.. Iblis? " nadanya mengecil diakhir kalimat.

"T—Tapi dimana sayapmu? " karena ketika Jaeyun melirik kebelakang Heeseung, tidak ada benda itu disana. Heeseung juga tidak mengenakan jubahnya, hanya kemeja hitam dan celana panjang hitamnya.

Pria itu menaikan sebelah alisnya dengan kekehan ringan yang mengalun, "Kenapa? Kau menyukainya? "

"Tentu saja tidak! Hanya aneh saja tiba-tiba menghilang, " Jaeyun sontak mengalihkan wajahnya yang memerah, astaga ada apa dengan dirinya?!

"Sebenarnya itu bisa kulakukan jika kumau, kau mengerti? "

Jaeyun mengernyitkan dahinya, pikirannya langsung berperang. "Maksudnya kau bisa menghilangkan sayap itu jika kau mau, dan kau juga bisa mengembalikannya semaumu, begitu? " Heeseung mengangguk, Jaeyun langsung tersenyum senang.

Pria bermata merah itu duduk dikursi dekat dengan jendela, memandang bulan purnama yang terang menghiasi malam.

Jaeyun yang masih duduk ditempatnya melihat pahatan pria itu, sangat tampan. Padahal Heeseung adalah iblis, mengapa bisa setampan itu. Hingga tiba-tiba ia teringat sesuatu,

"Kalau kau iblis, kau baik atau jahat? " oke, itu pertanyaan bodoh menurutnya. Mana mungkin pria itu akan menjawab, lagipula iblis mana ada yang baik, pikirnya.

Namun dugaannya salah, Heeseung justru menjawabnya, "Menurutmu? Aku baik atau jahat? "

"Dibilang jahat tidak yakin, karena kau memperlakukanku dengan baik menurutku. Tapi dibilang baik juga tidak, karena kau mengurungku dan mencelakai ib—Tunggu! Bagaimana dengan ibuku?! " benar, ibunya. Bagaimana keadaannya? Apakah wanita itu baik-baik saja sekarang?

"Kau tenang saja, dia tidak mati. " ucapan yang terlewat santai, namun membuat rasa khawatir Jaeyun perlahan menurun. "Jadi, aku baik atau jahat? " lanjutnya, melirik Jaeyun yang menundukkan kepalanya.

"Keduanya, kau baik dan jahat. "

Lalu setelahnya hening, tidak ada bantahan dari Heeseung tentang pernyataan Jaeyun. Tetapi, karena Jaeyun tidak mengantuk dan pikiran randomnya yang juga bermanfaat, mungkin akan ditanyakan pada Heeseung.

"Kau, kalau kau iblis mengapa tidak ada tanduk seperti kambing? Di buku-buku cerita yang kubaca iblis pasti punya tanduk seperti kambing. " sangat random, karena memang benar perkataannya. Setiap membaca atau melihat gambar, pasti iblis selalu digambarkan dengan keningnya yang mempunyai tanduk seperti kambing.

Heeseung menghela nafasnya menghadapi pertanyaan tidak masuk akal ini. "Itu hanya cerita, tidak nyata, khayalan. Buktinya didepanmu ini adalah iblis, namun tidak mempunyai tanduk seperti yang dipikiranmu. "

"Benarkah? Berarti aku tertipu. " ia mendumel dengan pipi yang digembungkan, Heeseung meliriknya dan tersenyum samar.

"Kalau begitu, apakah iblis didunia ini ada yang lain? "

"Ada, namun kami berbeda. "

"Berbeda? "

"Ya, karena aku terlahir berbeda. Aku terlahir dari rahim seorang vampire yang melakukan hubungan terlarang dengan seorang iblis. "

Jaeyun terdiam saat merasakan hawa ruangan perlahan menggelap. Dengan cepat ia mengubah arah pembicaraan, "Ah begitu, tapi apa kau bisa sihir? "

Heeseung menatap Jaeyun yang terlihat antusias, ia lalu mengangkat tangan kirinya lalu secara tiba-tiba muncul kupu-kupu dari tangannya, terbang ke Jaeyun mengelilingi pria manis itu. "Ini seperti sulap! Ayo lakukan lagi! "

"Kau menyukai sihir atau serangga itu? "

"Keduanya! "

Tidak mengidahkan permintaan Jaeyun, Heeseung bangkit dari duduknya dan menghampiri pria manis yang melompat-lompat berusaha untuk menggapai kupu-kupu itu.

Karena Jaeyun berdiri diranjang, membuat tinggi mereka selaras. Kupu-kupu itu mendarat ditangan kanan Heeseung, lalu perlahan terbakar dan terbang menjadi abu. Jaeyun menganga melihatnya, "Kenapa kau membunuhnya?! "

"Sudahlah, pergi beristirahat. Ini sudah malam. " tanpa membantah, Jaeyun menuruti perkataan Heeseung, walau masih merengut kesal karena kupu-kupu indah itu dengan santainya dibakar oleh si iblis. Hatinya tidak berhenti mengumpati iblis itu, tidak teringat kemampuan Heeseung.

"Berhenti mengumpat, besok kau akan melihat yang lebih banyak. " ucapan yang kelewat dingin itu membuat Jaeyun diam, bahkan hatinya pun ikut diam.

Ia bersiap untuk tidur, matanya memandang punggung lebar Heeseung dari belakang, pria itu berdiri membelakanginya memandang ke hutan lebat disana. Merapatkan selimutnya, mata birunya perlahan menutup, dan disaat itulah sebuah kalimat memasuki pikirannya,

'Namaku Heeseung, bukan Kau. "

Dan malam ini adalah satu-satunya malam yang berbeda dari hari sebelumnya ditempat ini. Ia tidak sendiri, ada yang menemaninya sepanjang tidur.

●●●

Votenya pliss, hehehe

Thankyou~

The Devil And His Angel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang