Chapter 6

4 1 3
                                    

"Kamu sedang tersesat, lalu Allah membimbingmu dalam hatimu. Bukankah itu begitu indah seandainya kamu mengetahui?"


"Aku aduin sama Abah kalau kelakuan mas Haq masih saja seperti itu! Aku tau niat baik mas,tapi seorang laki-laki sudah seharusnya menjaga pandangan terhadap wanita!"

Setibanya dirumah,Zahira masih saja mengomeli kakaknya. Wanita dengan gamis warna hijau sage dengan khimar hitam itu berjalan mendahului Baihaqi yang panik dengan ancaman dari adiknya. Kalau Abah-pemilik Pesantren Al-Jabbar sampai mendapat aduan dari Zahira, dia bisa dapat ceramah habis-habisan karna sudah melanggar janji!

"Bukankah,Mas juga sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik pada Abah,makanya Abah mengijinkan kakak keluar dari pondok?"

"Maafkan,Mas. Mas janji nggak akan mengulanginya lagi,"

"Jangan mudah berjanji seperti itu,Mas! Sesungguhnya laki-laki yang ahklaknya baik adalah mereka yang bisa menepati janji yang sudah diucapkan,"

"Mas sudah berusaha,Ra."

"Zahira tau itu! Tapi mas harus berusaha jauh lebih keras lagi mulai sekarang! Ingat usia Mas sudah 24 Tahun, sudah masuk usia yang matang untuk menjalankan ibadah menikah!"

"Mas akan membina rumah tangga, akan menjadi pembimbing seorang istri dan anak. Bukannya Zahira membenci almarhum Papa dan Mama dengan mengatakan kalau jangan sampai Mas menjadi seperti mereka."

"Zahira," tegur Baihaqi, nada bicaranya tanpa amarah, hanya terdengar sangat lelah. Setelah rapat perusahaan selesai menjelang magrib,Baihaqi langsung mengajak Zahira mengunjungi kediaman Nurin.

Adiknya seketika berhenti bicara. Walaupun masih banyak yang hendak ia sampaikan, ia memberi kesempatan kakak laki-lakinya untuk bicara. Ia tidak mau terlihat sombong dengan banyak bicara.

"Maaf kalau Mas mengingatkan kamu dengan Papa, tapi tolong jangan mengingat Papa dengan ingatan yang buruk," katanya sambil mengusap puncak kepala adiknya. Kini mereka ada di ruang tamu,duduk bersebelahan tanpa Zahira mau memandangnya karena sedang kesal.

"Maaf. Zahira tidak bermakhsud," sama seperti Baihaqi yang sedang mengupayakan sesuatu, sesungguhnya Zahira pun mengupayakan sesuatu pula. Kedua saudara itu dulu sempat berpisah saat usia Baihaqi 9 tahun,dan Zahira 6 tahun karena imbas dari perpisahan kedua orangtua mereka. Baihaqi sebagai anak laki-laki ikut dengan mama sedangkan Zahira dengan Papa. Hanya saja nasib Zahira kurang baik karena ikut dengan Papa sampai membuat Zahira trauma. Dan malang Papa meninggal, Zahira diusir oleh ibu tirinya dari rumah yang seharusnya menjadi miliknya sebagai warisan dari Papa. Zahira enggan menemui sang kakak dan Mama karena malu, pada dasarnya ia juga merasa terbuang. Selama beberapa minggu Zahira yang pada saat itu berusia 13 tahun luntang-lantung dijalanan dan nyaris sempat menjadi korban pelecehan pria mabuk. Alangkah bersyukurnya Zahira karena ia di tolong oleh seorang laki-laki yang sangat baik dan lembut perangainya.

Zahira yang teringat masa lalunya pun mulai terisak, Baihaqi sungguh tidak tega melihat bagaimana adiknya tumbuh dengan menanggung banyak trauma. Ia mendekap erat Zahira, membiarkan air mata adiknya membasahi kemeja Navy-nya.

"Tampar Mas kalau kamu masih marah sama Papa,Ra," ujar kakaknya. Zahira menggeleng masih dalam dekapan Baihaqi, "Nggak apa-apa kalau itu bisa membuat hati kamu lega," bujuk Baihaqi. Meski kakak laki-lakinya memiliki rupa yang nyaris menduplikat papa, dan sedikit perangainya yang juga mirip, Zahira tidak akan pernah benci dengan kakaknya. Sekali-kali pun tidak, sebab jika Zahira hendak membenci Baihaqi ia tidak akan pernah menasehati kakaknya. Itu adalah bentuk kasih sayang Zahira.

"Apa yang bisa membuatmu senang,Ra? Mas akan coba usahakan,"

"Mas Haq, Zahira senang kalau mas Haq memang tertarik dengan Mbak Nurin. Tapi Zahira mau Mas Haq membenahi diri mas terlebih dahulu,karna nanti, peran mas sangat luar biasa berat seandainya mas dalam keadaan lalai,"

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang