Chapter 27

2 1 0
                                    

Malam pertama pengantin baru pastilah jadi satu malam yang sangat panjang bukan? Pada malam itu, untuk pertama kalinya mereka akan tidur dibawah atap yang sama dan disatu ranjang yang sama pula. Sepanjang malam hingga pagi menjelang tidak akan pernah terpisahkan, mungkin justru begadang bersama hanya untuk saling memandangi satu sama lainnya seperti yang Baihaqi dan Nurin lakukan. Hari pertama sebagai pasangan suami istri, yang kedepannya akan membina rumah tangga berdua serta melewati susah senang bersama. Jika dilihat tanggung jawabnya memang bukan main-main, baik Baihaqi dan Nurin telah terikat komitmen ketika Ijab Qobul diikrarkan. Malam pertama itu mereka gunakan untuk membicarakan banyak planning mereka kedepannya. Tidak ada satu hal pun yang luput untuk masing-masing ceritakan, karena memang mereka ingin saling terbuka guna mewujudkan keluarga impian mereka.

"Kita kayak lagi merumuskan visi misi," komentar Nurin.

"Sebagai pasangan, kita harus memiliki visi dan misi yang selaras. Perbedaan yang ada diharapkan dapat diatasi dengan tujuan kita yang sama. Dengan tujuan itu saya harap semoga kita selalu beriringan,"

"Baik,Pak! Sekarang seperti sedang meeting,"

Baihaqi tertawa,"Untuk menciptakan keluarga Baihaqi yang Sakinah mawadah warohmah,"

"Kalau kita punya anak, nanti ada nama Al-Baihaqi nya dong?"

"Iya dong! Nama bapaknya gitu lho! Kalau pakek nama yang bukan bapaknya ya agak ngeri,"

"Kenapa nggak pakek nama saya aja?"

"Kalau anaknya perempuan jadi Al-Nurin deh!"

"Dua ya kalau gitu,"

"Ya..." panjang sekali Baihaqi mengatakannya, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.

"Kalau dikasih lebih sama Allah ya Alhamdulillah,"

"Haq, saya takut kalau tidak bisa menjadi orangtua yang baik,"

"Kamu belum siap?"

Nurin diam begitu lama.

"Jika kamu belum siap menerima amanah tidak apa-apa. Karena nanti yang akan mengandung 9 bulan itu kamu, dan yang melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya juga kamu. Saya tidak akan memaksa atau mendesak kamu jika kamu belum siap,"

"Emmm, sebenernya saya dari tadi ketar-ketir. Saya takut sama malam pertama, saya lupa soal itu waktu kita ijab qobul."

Renyah sekali tawa Baihaqi, pria itu tak berhenti tertawa atas penuturan Nurin yang apa adanya.

"Memangnya kenapa dengan malam pertama pengantin baru?" Tanya Baihaqi penasaran. Ia memiringkan tubuhnya kearah Nurin.

"Ya...itu..." Nurin sangat gugub.

"Malam pertama kita malah deep talk btw,"

Gantian Nurin yang tertawa.

"Bagus kan? Beda dari yang lain!"

"Soalnya saya nikah sama orang yang limited edition."

"Nanti mau Tajahud tidak?"

"In Syaa Allah. Bangunkan saya ya!"

"Iya sayang, nanti saya bangunkan."

"Kalau nggak bangun-bangun siram pakek air gapapa,"

"Kejam sekali."

"Biar bangun. Saya sadar diri kalau susah sekali buat bangun malam, shubuh saja kadang kesiangan."

"Yasudah sekarang lebih baik kamu cepat tidur,"

"Tapi saya nggak ngantuk,"

"Mau saya bacakan surah?"

"Kamu pasti lelah,Haq. Tidur saja duluan, mungkin nanti kalau sudah jam 10 saya bakalan ngantuk,"

"Saya nggak akan tidur sebelum kamu tidur duluan," kemudian Baihaqi membenahi posisi duduknya untuk bersandar, lalu meminta Nurin berbaring di pangkuannya sementara tangan pria itu mulai membelai kepala sang Istri penuh kasih sayang.

"Nurin bobok oh Nurin bobok, kalau tidak bobok di gigit T-Rex."

"Tapi T-Rex nya nanti juga makan kamu,"

****

"Haqii!!!! Saya belum sholat shubuh!" Pagi sekitar pukul 7 lewat Nurin berteriak heboh keluar dari kamar, ia membawa bantal mencari-cari Baihaqi yang baru saja membangunkannya tapi begitu ia bangun pria itu lari.

"Saya udah berusaha bangunin kamu tadi, ampuni saya!" Baihaqi ada diujung tangga, mangancingkan jas kerjanya. Ia sengaja membuat jarak karna takut dengan Nurin yang terlihat sangat panik itu.

"Saya nggak ngerasa kamu bangunin saya! Kamu bohong ya?"

"Astagfirullah, untuk apa saya bohong sayang? Saya sudah mencoba membangunkan kamu, sampai saya terlambat ke kantor." Baihaqi melirik jam tangannya.

"Terus ini gimana? Saya ninggalin sholat shubuh!" Nurin sudah hampir menangis. Barulah Baihaqi melangkah mendekatinya, mengecup keningnya lembut.

"Maaf ya, kamu jadi telat sholat shubuh. Sekarang kamu ambil wudhu, shubuhnya di qodo."

"Mataharinya liat deh, udah tinggi!" Rengek Nurin.

"Nggak apa-apa. Mau kamu bangun jam 10 pun, jangan sampai meninggalkan sholat shubuh pokoknya. Sudah sana kamu qodo', saya mau ke kantor."

"Katanya shubuh sama ashar gak boleh sampai tidak dikerjakan, memangnya kenapa?"

"Penghuni kubur diperlihatkan tempat mereka kelak setelah hari kebangkitan,yaitu antara syurga atau neraka setiap pagi dan petang. Oleh karena itu kita jangan sampai meninggalkan sholat, bukan hanya shubuh dan ashar saja. Lalu kita juga dianjurkan berdzikir setiap pagi dan petang juga untuk itu."

"Wah saya baru tau!"

"Yaudah sana buru! Saya mau ke kantor ini,"

"Kamu udah sarapan?"

"Sudah, nanti abis sholat kamu sarapan ya, sudah saya siapkan."

"Lho! Astagfirullah,Haqi! "

"Kenapa lagi?"

"Maafin saya," cicitnya.

"Kenapa ya Zawjati? Untuk apa?"

"Harusnya saya yang masak dan nyiapin sarapan buat kamu, tapi saya malah turu kayak kebo!"

"Tidak apa-apa. Kamu hanya belum terbiasa saja untuk bangun disepertiga malam terakhir untuk Tahajud, makanya ngantuk banget kayaknya. Saya berangkat kerja dulu ya kalau begitu, Assalamualikum."

"Waalaikumussalam, tapi bentar! Kamu masak sendiri?"

Baihaqi mengangguk.

"Kenapa nggak beli sayur matang di tukang sayur keliling? Pagi-pagi kan kang sayurnya?"

"Saya gak mau istri saya nanti di perbincangkan sama ibu-ibu komplek kalau saya beli sayur di luar,"

"Subhanallah, Ya Allah suami saya gini amat! Yaudah sana kerja! Malah bikin saya mleyot aja!" Karena salah tingkah Nurin mendorong-dorong Baihaqi untuk pergi.

"Padahal kamu yang mulai," Baihaqi mengulurkan tangan kanannya, tanpa loading lama Nurin segera meraih tangan itu dan mengecupnya selayaknya istri yang berbakti padahal dihari pertama magang jadi istri orang sudah bangun kesiangan.

****

Ponsel Nurin meraung hebat sementara yang punya sedang merapikan sisa barangnya di lemari sambil bersenandung kecil. Kemarin sudah sempat ditata Baihaqi namun belum selesai, karena bosan Nurin pun melanjutkannya.

Panggilan itu dari Zahira, segera Nurin mengangkatnya.

"Assalamualikum,Hira. Ada apa?"

"Kali ini saya yang duluan ngucap salam!" Ujarnya merasa menang. Akan tetapi kejanggalan mulai membuat dirinya bertanya-tanya, kenapa Zahira diam saja dan tidak menjawab salamnya? Kalau tidak salah dengar Nurin juga mendengar suara tangis yang tertahan.

"Ada apa Hira? Kamu baik-baik saja?"

"Mbak,Rin... Naresha hilang mbak! Naresha di culik seseorang!"

****

Kalian be like : Baru juga nikah! Mana belum malam pertama lagi, parahh!!

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang