Chapter 10

3 1 8
                                    

"Dia tidak jahat,tetapi perasaan rindu saya inilah yang menjadikan dia jahat,"

"Suatu saat biarkan saya membacakan kepadamu surah Ar-Rahman,"

( Muhammad Al-Baihaqi Attar Alfatih )


"Pak Bai! Perasaan bapak sering melamun saja. Saya bicara dengan bapak!" Tegur Masna. Ia begitu heran kenapa Baihaqi akhir-akhir ini kadar sontoloyonya banyak berkurang, bos nya itu lebih sering diam dan melamun. Gelas kopi Baihaqi yang sudah penuh nyaris tumpah kalau saja Masna tidak mendekatinya dan mematikan mesin elekktronik itu tadi.

"Perusahaan ini nggak lagi mau bangkrut kan,Pak? Terus bapak lagi mikir soal gaji kami?"

"Oh! Maafkan saya, kamu bicara apa?"

"Bapak tau nggak siapa yang suka sekali berkhayal?" Ia mengalihkan pembicaraan, mengambil cup yang menjulang rapi disebelah mesin pembuat kopi itu.

"Yo ndak tau,tanya kok tanya saya," mana suaranya terdengar sedikit mirip dengan Presiden Jokowi pula. " Memangnya apa? Apakah saya? Karna saya masih saja berkhayal kalau saya bisa bertemu dia lagi?" Baihaqi bersandar di meja, meneguk kopinya sedikit demi sedikit.

"Bapak ini lagaknya kayak orang patah hati saja!" Komen Masna.

"Lho kamu baru tau to kalau saya lagi meng sad boy?"

"Lah, sejak kapan bro?" Seketika Masna kepengen jadi orang yang sok akrab dengan mengubah logat bicaranya. Padahal bisa dibilang Masna ini salah satu karyawan yang akrab sekali dengan Baihaqi.

"Sejak dia pergi begitu saja bro!" Seperti biasa, Baihaqi yang dasarnya sontoloyo ikut-ikutan.

"Aduh sakitnya sampe usus buntu saya!"

"Kamu sampe usus buntu, lha saya sampe tidak bisa tidur berhari-hari, makan tidak enak, tidak hepi asmara!"

"Sabar pak, itu artinya memang bapak belum bisa Happy Asmaranya saja,"

"Sebentar-sebentar! Jadi siapa yang suka berkhayal tadi?" Dan tanda dari kadar sontoloyo Baihaqi ialah saat ia kembali tertarik dengan jokes bapak-bapak.

"Tukang bubur pak,"

"Lho kok iso?"

"Soalnya setiap hari kerjaannya menghalusi-nasi,"

"Awokawokawak"

"Terus, kenapa kalo kita naik motor bawaannya pengen ketawa terus?"

"Lihat emak-emak sein kiri belok kanan?" Masna menggeleng, masih menikmati kopinya.

"Lihat orang pakek helm elpiji ijo 3 kg?" Masna masih saja menggeleng sehingga Baihaqi pilih menyerah.

"Karna kita duduk diatas joke-s,"

"Awokawoawok!"

"Bapak ketawanya gitu amat! Kayak nggak niat ketawa gitu,"

"Bagaimana mungkin engkau berharap aku masih bisa tertawa sedangkan aku sungguh teramat sedih tatkala dia meninggalkanku entah kemana, setelah ia mengatakan sudah jatuh cinta kepadaku,"

"Jahat amat itu cewek, siapa sih pak?"

"Dia tidak jahat,tetapi perasaan rindu saya inilah yang menjadikan dia jahat," Baihaqi tidak marah dengan keputusan yang Nurin ambil setelah mereka berbincang sangat panjang dan hanya berdua untuk kali pertama. Sejak ia menemukan kertas yang Nurin tinggalkan di atas brangkar keesokan harinya, lalu mendapati kenyataan bahwa wanita itu pergi entah kemana, hatinya hanya dipenuhi rasa senang namun berpadu padan dengan kekhawatiran. Cemas kalau-kalau wanita itu akan menghadapi kesedihannya sendirian lagi. Namun disatu sisi kepergian Nurin meninggalkan perasaan bangga bercampur senang di dadanya, kertas itu bahkan disimpan dengan baik oleh Baihaqi,selalu ia bawa dan ia baca saat ia merasa rindu dengan Nurin.

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang