Chapter 30 (THE END)

7 1 6
                                    

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku,"

(QS. Al-Fajr 27-30).

Jiwa manusia terbagi menjadi 3 jenis keadaan nafsu. Dalam surah Al-Fajr ayat 27-30 sendiri merupakan puncak dari ketiga jenis keadaan tersebut. Yaitu jiwa yang memiliki nafsu Mutmainnah atau jiwa yang tenang. Jiwa yang mencapai kematangan, syukur dan sabar dimana langkahnya sudah serasi dengan dunia dan akhirat. Orang yang telah mencapai ketenangan ini sajalah yang memandang kesengsaraan, penderitaan dan ujian sebagai bentuk Karunia dari Tuhan. Mereka tidak bersedih hati, selalu bersabar dalam proses, dan senantiasa syukur atas apa yang telah diterima. Mereka telah sepenuhnya percaya kepada Robbnya, mereka mencintai-Nya, bertawakal kepada-Nya,serta penuh ridho dan yakin kepada-Nya. Allah telah memberikan hakikat kepada hati seorang hamba dan Allah lah yang mengembalikan hati yang telah lalai. Dan semua itu adalah bentuk dari keindahan Allah SWT, dimana Ia telah menciptakan kesedihan dan kebahagiaan sebagai suatu hal yang melekat pada diri setiap manusia supaya manusia tidak termakan kesombongan dan selalu rendah diri dihadapan Sang Pencipta. Lalu melalui firman-Nya manusia itu dibimbing agar senantiasa tenang jiwanya.

"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 22- 23)

Allah menanti hamba-hamba-Nya untuk masuk ke-Syurga Nya, dan tidak sekali-kali menghendaki manusia kembali kepada-Nya hanya untuk masuk kedalam kobaran murka-Nya di Neraka. Sungguh Allah maha penyayang dan maha Pemurah terhadap hamba-Nya tapi manusia terlalu lalai dengan Tuhannya dan terlena dengan dunia yang sementara. Tidak sekali-kali manusia itu mampu berlaku dzolim kepada Tuhannya melainkan mereka hanya mendzolimi diri mereka sendiri.

Dari tiga jenis nafsu itu, mulai dari Nafsu Amarah yang cenderung condong kepada keburukan, lalu Nafsu Lawamah. Menyesali diri atau Terbelenggu dan nafsu Mutmainnah. Nurin menyadari bahwa ia belum mencapai ketenangan dalam nafsu Mutmainnah. Dirinya masih condong pada nafsu Lawamah, selalu menyesali kesalahan diri tapi masih sering tergoda.

Nafsu lawamah ini cenderung merusak dirinya sendiri. Mereka adalah penuh akan penyesalan, minder, kekecewaan, putus asa, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, kesedihan, meratapi masa lalu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan menyalahkan diri sendiri. 

Sederhananya, Nafsu Lawamah adalah Jiwa yang Terbelenggu, terkurung jauh di dalam jurang kegelapan dan kelemahan tubuh manusia. Mereka banyak melewatkan hal-hal indah dan bermakna di sekeliling mereka.

Terkadang untuk kembali melibatkan Tuhan saja Nurin lupa. Selain itu Nurin juga terkadang berprasangka buruk kepada Tuhan.

Ketika mendapati sebuah masalah kadangkalanya menjadikan seorang hamba semakin mendekat kepada Allah atau justru kian menjauh. Jika tersapu badai konflik Nurin akan menangis diatas sajadahnya dan terus memanggil asma Allah menyakini bahwa setiap panggilannya selalu Allah jawab dengan penuh kehangatan. Dia suka terlihat lemah di hadapan Allah, sebab Allah pasti tidak akan pernah meremehkannya seperti manusia.

Nurin ingin mencapai jiwa yang tenang itu, sebab tentramnya hidup didunia ini adalah ketika kita senantiasa bersama Allah. Damainya hati ialah ketika ia terus mengagungkan Allah di dalamnya.

Dan Allah lebih tau mengenai hamba-Nya yang satu ini. Yang berlagak sok kuat di hadapan manusia, yang keimanannya sering kali terpontang-panting tidak karu-karuan. Allah maha mengetaui, sehingga Ia telah mempertemukan Nurin dengan seseorang yang lebih dulu mencintai-Nya untuk dapat memberi bimbingan dalam tempo seumur hidup kepadanya yaitu Muhammad Altar Al-Baihaqi. Orangnya sedikit sontoloyo, cocok untuk mengimbangi humor Nurin yang sedikit korslet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang