Chapter 21

3 1 0
                                    

Kembali lagi bersama kabar petang pada hari ini permisa, saya Audya Ningrum selama 30 menit kedepan akan menemani Anda dengan berita hangat mengenai kasus Sakha Ragantara. Kasus penghilangan nyawa yang digadang-gadang sebagai kasus kejahatan yang sempurna.

Masyarakat menuntut pihak berwajib untuk mengusut pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama menghilangkan kejahatan atas kasus pengeroyokan terhadap pembunuhan 6 tahun silam. Dimana tragedi itu menewaskan 1 korban. Kondisi jenazahnya yang nyaris hancur menandakan betapa kejamnya pelaku ketika menghilangkan nyawa korban. Namun tidak ada kabar lebih lanjut setelah putusan sidang pada tanggal 26 Februari 2017.

Sementara itu permisa, novel Forget Me Not yang diyakini ditulis oleh adik korban yang mengenalkan diri sebagai N, menjadi titik awal dibukanya kasus lama pembunuhan kejam terhadap Sakha Ragantara.

Sepasang suami istri, Dani dan Listia mendatangi Polda Metro Jaya setelah meyakini bahwa gadis berusia 12 tahun yang tertulis didalam novel Forget Me Not adalah putri angkat mereka yang diculik 7 tahun silam.

Untuk informasi selengkapnya kami sudah terhubung dengan rekan kami Bagas Alvian yang saat ini berada di kediaman pelaku. Selamat sore Bagas, bagaimana keadaan disekitar rumah pelaku pasca cetaknya novel Forget Me Not yang menuliskan namanya tanpa sensor?

"Buk! Ibuk! Mas Sakha beneran mati dibunuh!" Dari ruang tengah Tama berteriak heboh.

"Ngomong apa to kamu?" Ibu mendekat kepo. Dilihatnya berita yang putranya saksikan dengan seksama.

"Ini lho buk beritanya! Kasus Sakha Ragantara! Itu nama mas Sakha kan,Buk?!" Jelas Tama dengan menggebu-gebu.

Baik terimakasih Audya, satu hal yang bisa saya sampaikan adalah kediaman pelaku tampak masih sepi hingga pada sore hari ini. Mobil pelaku masuk kedalam rumah sejak pukul setengah sepuluh tadi pagi dan tidak tampak keluar lagi setelahnya. Kendati demikian pihak berwajib sudah bersiap siaga disekitar rumah pelaku. Begitu Audya.

Apakah ada massa yang sempat berdemo disana, Bagas?
.
.
.

Presenter itu masih terus banyak bicara. Kendati demikian suara itu kian kecil dipendengaran mereka berdua. Mereka tenggelam dalam sebuah perenungan yang dalam.

"Jadi mbak Nurin waktu itu nggak bohong?" Tama bicara setengah berbisik.

Ibu diam saja, beliau masuk kedalam kamar dan membuka laci meja. Matanya seketika berkaca-kaca begitu kulit tangannya melakukan kontak dengan amplop coklat berisi uang yang Nurin kirimkan secara diam-diam. Tama yang mendengar tangisan ibunya yang pilu lantas menyusul. Ia mendekap ibunya yang bersimpuh lemah diatas lantai.

"Kasihan mbak yu mu,Le. Kasihan dia..." rancau beliau.

Suara ledakan apa itu Bagas? Apa yang terjadi? Bagas? Apa kamu bisa mendengar saya, Bagas?

Presenter itu panik. Setelah terdengar ledakan kedua rekan kerjanya berlari mendekati rumah pelaku dan tidak menjelaskan apapun. Secara tidak sengaja kamera menyorot seorang pria yang baru saja tiba. Dia mencekal kerah polisi yang bertugas dan berteriak murka.

"Di dalam sana tidak hanya ada pelaku! Disana ada dua orang lainnya yang menjadi sandera!"

Terungkap jika polisi yang berjaga disekitar kediaman Gilang ditugaskan untuk mensterilkan lingkungan itu dari pihak luar. Mereka disewa secara khusus seolah guna melindugi pelaku.

Baihaqi makin kacau, ledekan kedua baru saja terdengar dan yang kali ini lebih keras.
Ledakan itu mengguncang kewarasannya hingga ia segera menerobos masuk kedalam.

Sementara itu, Nurin tak habis fikir dengan tindakan Gilang yang memilih untuk membakar mereka semua hanya agar mereka bertiga selalu bersama seperti keluarga. Hal ini mungkin terjadi oleh trauma Gilang yang ditinggal bunuh diri oleh keluarganya. Dia tidak ingin kehilangan keluarga, dan Nurin beserta Naresha adalah keluarga baru buatnya. Sungguh, dia tidak akan melepaskan mereka berdua karena mereka bertiga adalah keluarga.

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang