Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Dan menahan 99 rahmat-Nya disisi-Nya untuk hari kiamat. Salah satunya diturunkan kepada kaum Jin,Manusia, hewan dan tumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya, sehingga seekor Kuda pun atas rahmat Allah mengangkat kakinya karena khawatir mengenai anaknya.
(HR Bukhari dari Abu Hurairah RA)
Hadist itu begitu membekas dalam hati Nurin. Memang dasarnya hati Nurin mudah sekali tersentuh, dan pastilah atas izin Allah ia dapat mengambil pelajaran dari sana. Hadist itu menjelaskan betapa rahmat Allah itu begitu banyak dan betapa sedikit rahmat yang ada pada manusia. Dengan perumpamaan seekor induk kuda yang mengangkat kakinya karena takut melukai anaknya, Nurin dapat merasakan betapa maha besar Allah dengan sifat pengasih lagi penyayang-Nya.
Kalau Nurin diminta untuk interview mengenai perubahan hidupnya setelah mendekat kepada sang pencipta, tentu ia akan menceritakannya dengan penuh semangat meskipun memang tidak se-emosional kisah orang-orang. Akan ia ceritakan bagaimana akhirnya dia tidak pernah lagi berfikir untuk membunuh dirinya sendiri. Dan itu adalah karunia yang Nurin syukuri hingga saat ini. Jarang sekali ia merasa jiwanya kosong yang dipenuhi kebingan dan hidup tanpa tujuan semenjak ia terus berupaya mendekat kepada Allah. Sampai pada titik ia menyerahkan segala urusan hidupnya kepada-Nya semata, sehingga datang ketenangan dalam jiwanya yang menjadikan ia begitu menysukuri kehidupannya saat ini terlepas pada apa yang telah ia lewati dan sedang hadapi.
Hari ini ia telah dinikahkan oleh Ayahnya, dan resmi tidak dianggab anak oleh pria itu lagi. Dia dipersilahkan pergi bersama suaminya, diantar oleh sendu tatapan mata ibu dan adik-adiknya. Tak lupa Nurin terus mengenakan topeng bahagianya, ia menyalimi ibu dan memeluk beliau sangat erat.
"Ibu jangan capek-capek, nggak usah mikir terlalu berat juga. In Syaa Allah setiap bulan Nurin akan kirim uang untuk keperluan ibu,"
"Kamu mau kerja?" Sebelum menjawab Nurin memandang Baihaqi yang berdiri disebelahnya.
"Mana mungkin Nurin bisa bahagia tanpa mencoba membalas budi Ibu? Maafin Nurin karna Nurin keburu nikah begini," jawabnya.
"Jangan ngomong begitu. Ibu senang kamu menikah karena kamu menikah dengan Baihaqi, mana mungkin ibu tidak bahagia?" Ibu mengusap puncak kepala Nurin sayang.
"Nurin pamit,Bu." Sekali lagi Nurin mencium tangan sang ibu.
"Saya izin pamit,Bu. Nurin saya bawa njih?"
"Tolong jaga dia,Le. Bahagiakan dia karna Nurin kurang bahagia selama bersama kami," ibu memberi wejangan keras ketika Baihaqi menyalimi tangannya.
Dialog terakhir bersama ibu merupakan dialog paling menyakitkan sepanjang hidupnya. Nurin tidak terbiasa jauh dari sosok ibu sejak ia masih kecil, dan saat ini ia harus belajar untuk tidak merindukan ibunya. Sosok wanita tangguh yang bertahan bersama bapak demi anak-anaknya.
Pandangan sendu Nurin terbuang ke luar jendela kaca mobil. Keheningan menyelimuti mereka semenjak mobil itu menjauh dari rumah masa kecil Nurin. Baihaqi segera menepikan mobil sehingga Nurin memandangnya penuh tanya.
"Kenapa berhenti?"
"Kamu nggak mau meluk saya?"
"Enggak. Lagian pertanyaan kamu aneh sekali!"
"Saya tau kamu sedang sedih. Tidak perlu pura-pura seperti itu,"
"Lalu saya harus apa kalau bukan pura-pura? Kamu dengar sendiri bagaimana ayah saya membuang saya, rasanya sakit sekali disini! Saya terlahir disini juga karena..."
"Karena kehendak Allah SWT. Mungkin saja kamu terlahir untuk saya,Rin."
"Dan sekarang saya sudah jadi milikmu. Apakah hanya begitu saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sontoloyo Imam [LENGKAP]
RomanceROMANSA - SPIRITUAL Buruan baca sebelum Chapter-nya tidak lengkap lagi🥳 Ini klise, tapi Baihaqi yakin wanita yang ia tabrak sampai 3 kali itu adalah jodohnya sebab wanita bernama Nurin itu bisa menjawab jokes bapak-bapak darinya. Muhammad Al-Baiha...