Chapter 17

4 1 0
                                    


****

Banyak hal dari Nurin yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Rasa-rasanya apapun yang ada pada wanita itu begitu indah dan luar biasa. Bagi Baihaqi, jiwa dan raganya sama-sama cantik sekalipun wanita itu mengelak dan mengatakan dirinya penuh dengan cacat.

Baihaqi heran dengan cinta yang sedang ia alami. Jatuh cintanya kepada Nurin berbeda dengan jatuh hatinya kepada wanita-wanita lain. Mulanya ketika pertama kali bertemu, Baihaqi jatuh cinta selayaknya laki-laki yang melihat rupa fisik indah seorang wanita. Matanya belo, wajahnya putih dan tirus, tinggi semampai dengan rambut sebahu. Selain itu dia bukan wanita yang hobi marah-marah ketika orang lain melakukan kesalahan, saat marah ia memilih diam dan hanya mengatakan beberapa patah kata yang sudah cukup membuat Baihaqi bersalah. Selain itu Nurin tampak tangguh ibarat kuda betina. Lalu jatuh cinta keduanya tatkala wanita itu berputus asa dengan hidupnya namun dalam netranya banyak harapan yang ia semogakan. Memang netranya gelap, sunyi dan terkadang tidak membiaskan kehidupan sama sekali, namun Baihaqi melihat netra itu serupa berlian yang teramat indah yang ingin ia tatap setiap waktu.

Dalam hatinya ia begitu ingin memiliki Nurin, wanita yang sedang mencari jalan untuk menuju Tuhan mereka. Jika Tuhan berkenan padanya, Baihaqi akan siap menjadi pembimbing bagi Nurin. Harapan itu ia langitkan dengan doa setiap kali mengingat Nurin. Kemudian masuk vase jatuh cinta ketiganya yang masih pada orang yang sama—Nurun Al-Nurin, pada vase ini mulai tumbuh rasa cemburu yang menyiksa. Baihaqi mencintai Nurin tanpa syarat, bahkan tanpa penjelasan sehingga Baihaqi pun masih mencari alasan supaya rasa cemburunya menjadi hal yang wajar ia rasakan terhadap orang yang ia cintai tatkala Nurin sedang di jemput seorang laki-laki dan anak gadis berusia sekitar 12 tahun.

Laki-laki itu masih sama dengan yang pertama kali Baihaqi lihat di teras mushola. Tatto lehernya sengaja disembunyikan dengan kerah turtle-neck hitam yang berpadu padan dengan jaket kulit warna senada, dan begitu Baihaqi masih bisa melihat pria itu dari tempatnya yang tinggi. Dia tengah tersenyum menyambut Nurin dan membawakan tas yang wanita itu kenakan, membukakan pintu mobil untuknya dengan penuh wibawa serupa seorang pangeran. Dia bisa melakukan semua itu yang belum bisa Baihaqi lakukan kepada Nurin dengan terang-terangan.

Apakah Nurin bisa merasakan kecintaannya ketika ia tidak melakukan apa yang pria itu lakukan terhadapnya? Baihaqi tidak bisa menatapnya penuh cinta, tidak bisa berdiri disebelah Nurin dengan jarak sedekat itu dan yang jelas tidak bisa selalu bersama wanita itu walaupun ia begitu mau.

Sebagai mantan buaya ada resah di dalam dadanya mengenai kedekatan Nurin dengan pria itu. Bagaimana jika Nurin jatuh cinta dengan pria itu? Bagaimana jika Nurin jauh lebih nyaman bersama pria itu? Bagaimana jika Nurin mencintai pria itu? Siapa dia? Wanita itu tidak menjawab pertanyaannya tadi pagi. Apa dia harus menjauh saja supaya hatinya tentram? Mana mungkin!

"Gimana dihari pertama kerja mu?" Berdasarkan pengamatan kecil-kecilan Nurin, ketika ada Naresha gaya bicara Gilang akan berubah seperti itu. Dia pun memakluminya dan tidak protes.

"Mama punya banyak temen nggak?" Keponakannya juga langsung ikut bertanya.

"Alhamdulillah lancar, orangnya baik-baik. Mulai dari atasan sampai Partner kerja semuanya baik!"

"Kalo mama dijahatin orang bilang papa aja, biar nanti papa pukul!" Ujar Naresha.

"Iyakah?" Obrolan mereka berdua makin seru dibelakang.

Naresha mengangguk semangat,merebahkan kepalanya diatas paha Nurin manja," Dulu Asha pernah di bully sama temen Asha, tapi pas Asha balas orangtuanya nggak terima. Makanya papa duel sama papa dia," ceritanya singkat.

"Yang menang siapa?" Walau sudah tau jawabannya sendiri Nurin pura-pura penasaran.

"Jelas aku lah!" Sela Gilang bangga.

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang