Chapter 8

4 1 3
                                    

***

"Sekarang sudah baik-baik saja. Dia akan tenang untuk beberapa waktu," dokter wanita itu menghela nafas lega saat obat bius sudah mulai bekerja,merebut kesadaran Nurin dengan paksa.

"Mas Haq bebersih saja, Mbak Nurin biar Hira yang jaga sama Mbak Cika," ujar Zahira melihat betapa berantakan kakaknya saat ini. Terdapat bercak-bercak darah pada kemeja laki-laki itu, dan pada lehernya terdapat bekas cakaran Nurin yang membekas merah kontras dengan kulit putihnya. Kedatangan mereka tadi membuat wanita itu marah besar, ia berteriak, menangis dan berusaha mencari benda tajam. Sehingga Zahira mengijinkan kakaknya untuk menggendong Nurin ala bridel style menuju rumah sakit mengingat kondisinya sangat mendesak.

Baihaqi tersadar dari lamunanannya kepada sosok kurus yang berbaring tenang diatas brangkar. Dia ingin marah pada wanita itu. Ia seketika memalingkan wajah dan mengucapkan istigfar dalan hati. Apa dia sekarang terlihat sok alim?

"Sebentar lagi waktunya kamu berbuka puasa,Hira. Kamu mau berbuka dengan apa? Mas carikan nanti sekalian bebersih di rumah."

"Apa yang Mas pengen makan saja,"

"Kalau mas mau makan lobster kamu juga mau makan itu?" Zahira punya alergi terhadap seafood.

"Terserah Mas Haq saja, Hira benar-benar nggak semangat buka puasa," dari dulu Zahira ini membiasakan diri untuk puasa senin kamis. Dia sangat semangat melakukan puasa itu, mengikuti sunnah Baginda Nabi Muhammad SAW.

"Nggak usah terlalu dipikirkan,Hira. Nurin baik-baik saja," Mbak Cika yang melihat raut sedih Zahira menegur. Pandangan wanita itu yang terus memandang lengan kiri Nurin pun menoleh pada Mbak Cika.

"Apa mbak Nurin ini tidak tau kalau dosa bunuh diri sangat di murkai oleh Allah?" Zahira bertanya parau. Kalau Nurin belum tau, nanti ia akan memberi tahunya. Sungguh Zahira tidak mau Nurin berusaha melakukan dosa itu lagi.

"Dia tau. Dia tau itu dosa,"

"Tapi kenapa mbak? Kenapa Mbak Nurin—" ia menunduk dalam, tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Pasti ada hal berat yang wanita itu rasa tidak bisa ia tangangi dalam hidupnya kan?

"Nurin ini kabur dari rumah." Mendengar Mbak Cika mulai bercerita, Baihaqi tertegun, dia pikir waktu itu Nurin hanya bercanda.

"Penyebab mbak Nurin kabur itu apa?" Zahira ingin tau lebih banyak.

"Dia gagal kerja ke Jepang, dia gagal di medical check. Itu merupakan harapan terbesar ibunya agar Nurin bisa bekerja di Jepang, makanya dia sangat malu karna tidak bisa mewujudkannya."

"Dan tujuannya ada disini adalah untuk mencari kakak laki-lakinya. Nurin pernah becerita sama saya kalau seandainya dia tidak bisa menemukan kakaknya dan masa sewa kosnya habis, dia mau mati saja, dia merasa tidak layak pulang ke rumahnya. Kurang lebih itu yang saya tau."

"Siapa nama kakaknya? Saya akan bantu mencarinya," ucap Baihaqi tak kunjung anjak dari sana. Kalau hanya itu masalahnya, Baihaqi bisa mengatasinya! Dia tidak tau bahwasanya masalah hidup Nurin tidak segampang yang ia pikirkan.

"Sakha. Kakak laki-lakinya bernama Sakha,"

Jawaban Mbak Cika berdengung di telinga Zahira. Wanita itu terdiam cukup lama sebelum mengulang pertanyaaan Baihaqi, "Siapa mbak?" Keluhnya kurang jelas.

"Sakha,Mbak."

"Kamu jangan geer! Yang namanya Sakha banyak!" goda Baihaqi mengusak kepala adiknya yang tertutup khimar hijau sage yang kalem.

"Saya sudah menemukan kakak saya, jadi tidak perlu dicari."

"Tak panggil dokter dulu!" Pekik Baihaqi dengan raut panik melihat tiba-tiba Nurin tersadar dari pengaruh obat bius dan bicara pada mereka.

My Sontoloyo Imam [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang