02. Lovers?

7.3K 553 378
                                    


Malam Wawa ✨🐣

Aku ngerasa udh lama gak up, pdhl baru kemarin 😌

Wa, Jan lupa spam komen and vote nya Jan lupa juga biar aku semangat nih ngetik nya... 😉

Happy Reading🤸🏻‍♀️🔥

••••••











"Oke guys, kembali lagi dengan saya, Haidar Anataka di acara Dapur Aa asoy..."

Rayyan dan Naren yang mendengar Haidar seolah-olah tengah berada di acara televisi hanya tertawa.

"Yang bener ya Aa buletin bakso nya," monolog Naren terkekeh.

"Siap!" Sahut Haidar seraya memasukkan kecil-kecil adonan bakso yang tadi Naren buat ke dalam panci berisi air yang sudah mendidih.

"Pelan-pelan, nanti kena air panas." Peringat Rayyan, melihat bagaimana cara memasukkan adonan bakso ala Haidar.

"Iya Ay, mudah kok ini."

Rayyan mengangkat pisau yang ia pakai untuk memotong bawang tersebut, membuat Haidar meringis melihatnya.

"Panggil Ay lagi, kalo mau ini pisau melayang nancep ke kepala lo tembus otak, mau?"

Haidar menggeleng kuat, dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana jika pisau itu benar-benar menancap di kepalanya. Membayangkannya saja sudah membuatnya takut.

"Na, kenapa Rayyan galak?" Tanya Haidar, bibirnya mengerucut.

"Jangan usil, biar Rayyan nggak galak." Ujar Naren, seraya berkutat dengan potongan sayur nya.

"Nggak usil Na."

"Nggak usil," beo Rayyan menatap Haidar tajam. Sedang sang empunya menyengir kuda, mengacungkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V, guna tanda perdamaian antar keduanya.

Rayyan hanya mendengus kesal, melanjutkan memotong bawang untuk di goreng sebagai penyedap bakso mereka nanti.

"Sayur nya buat makan malam?" Tanya Rayyan pada Naren.

"Bukan untuk makan malam, gue mau masak bakwan juga."

"Bahan nya apa aja, Na?"

"Kepo," sahut Haidar membuat Rayyan memejamkan matanya bersabar.

"Sabar," gumam Rayyan mengelus dadanya.

Naren menggeleng, tertawa kecil mendengar perdebatan dua sahabatnya.

"Gue cuma pake kol, wortel, daun bawang aja." Jawab Naren yang terlihat sudah selesai dengan sayurannya.

"Oh," beo Rayyan mengangguk paham.

"Emang kenapa sih, Rayy. Lo kepo banget, anjir." Ujar Haidar yang juga sudah selesai memasukkan adonan bakso.

"Siapa tau, kalo gue pengen masak-masak bisa buat bakwan."

"Kan udah ada Naren, ngapain kita repot masak." Monolog Haidar, lantas menoleh pada Naren. "Iya kan, Na?"

"Iya," Naren mengusap pucuk kepala Haidar dan mengambil tepung terigu yang berada di laci dekat kepala Haidar.

Haidar yang melihat wajah Naren sangat dekat dengan nya, menjentikkan tangannya dengan senyum mencurigakan.

"Naren," ujar Haidar nyaris seperti rengekan.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang