04. cousin

6.2K 469 208
                                    

-Happy reading-

••••••

Dua remaja dengan pakaian seragam sekolah lengkap itu berjalan di lorong koridor yang sudah terlihat ramai. Sapaan demi sapaan mereka terima dari gadis yang sangat terpesona akan ketampanan mereka.

Tapi mungkin remaja yang lebih kecil itu merasa para gadis tidak menegurnya, melainkan menegur sang sahabat yang kini sudah tebar pesona dengan menyisir rambutnya kebelakang, seraya mengerling tatkala para gadis menyapa nya. Pekikan tertahan itu sangat jelas terdengar, membuat nya kesal.

"Harusnya gue nggak jalan bareng lo, Na."

Naren terkekeh, merangkul bahu Rayyan. "Kenapa sih?"

"Jangan tebar pesona terus, Na."

"Bukan tebar pesona, Rayyan. Gue cuma bales sapaan mereka aja, emang salah ya."

"Salah," jawab Rayyan ketus, lantas menginjak kaki Naren membuat sang empunya meringis.

Rayyan melepas rangkulan Naren, melangkah lebih dulu membiarkan Naren yang masih kesakitan.

"Rayyan," panggil Naren yang tak didengar.

Rayyan hanya melangkah tanpa memperdulikan Naren di belakang nya, sangat malas kalau harus melihat laki-laki itu tebar pesona seolah dirinya paling tampan di Taruna Bhakti.

"Bogel."

Rayyan menghela nafas, memejamkan matanya sebentar tatkala Lea sudah menyapanya dengan buku dan pena ditangannya.

Gadis itu tidak sendiri, ia bersama Indah_Wakil ketua kelas.

"Hai Lea, Indah." Sapa Naren, yang dibalas cibiran Lea.

"Gel, uang kas." tangannya menengadah, yang di balas tepukan tangan Rayyan.

"Nanti."

"Dih, kapan?"

"Nanti, gue mulung dulu."

"Anjir, lo orang kaya Bogel, uang kas seminggu dua ribu aja nggak bisa."

"Nggak bawa duit gue hari ini, besok deh."

"Bohong lo mah."

"Serius."

"Nanti di kelas aja, Le." Celetuk Naren, membuat perdebatan itu terhenti.

"Siapa yang mau bayar?" Tanya Lea mengangkat dagu nya.

"Gue."

"Alah bohong__"

"Awas," ucapan Lea terhenti, terkejut tatkala Rayyan memeluknya guna menghindari bola yang mengarah pada mereka.

Rayyan melihat ke arah lapangan, dimana para murid laki-laki tengah bermain sepak bola. Atensi nya menatap tajam, dengan rahang menggertak geram.

"MAIN NYA YANG BENER DONG, HAMPIR KENA LEA NIH!" Ujar Rayyan sedikit memekik, menunjuk para murid di lapangan.

"Sorry, Rayy." Jawab salah satu dari mereka yang kebetulan masih sekelas dengannya.

"Dasar," gumam Rayyan masih melirik tajam teman sekelasnya itu yang mengambil bola di dekat mereka.

Tanpa sadar, Rayyan masih memeluk Lea membuat gadis itu sedikit gugup, dengan jarak keduanya yang sangat dekat.

"Ekhem," Naren berdehem, mengulum bibirnya menahan senyum.

Lea tersadar, langsung mendorong tubuh yang lebih tinggi dari nya.

"Kesempatan dalam kesempitan," sembur Lea melirik tajam Rayyan.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang