32. The house's full of warmth

3K 296 233
                                    

Siapkan hati kalian 🤸🏻‍♀️

I double up nich 😗

Spam komen + Vote yahhhhh, karena....

Happy Reading Kiko 🐣 🧸

•••••


Semua barang sudah ia masukkan ke dalam kopernya, padahal dirinya pergi tanpa membawa barang apapun, tetapi saat ia ingin kembali, banyak pakaian yang tersusun rapi di kopernya.

Obsidiannya menatap jendela hotel yang menampilkan bangunan pencakar langit. Bayangan wajah sang adik terus membuatnya merasa rindu, rindu akan senyum manisnya.

"Abang pulang, dek. Abang udah kangen banget sama Adek, kangen sama rengekan adek," tawa kecil Mahen kala mengingat wajah cemberut sang adik kalau ia menjahilinya.

Ia kembali memasukkan pakaian yang masih berada di kasur, lantas bersiap untuk keluar dari hotel. Jaket hitam dengan celana jins senada, kaus putih, dan topi yang menutupi sebagian rambutnya.

Koper beroda itu ia tarik, keluar dari hotel. Rasa lega setelah ia memikirkan dengan matang, setelah ia terpuruk dalam kesedihan.

"Adeknya Abang, tunggu Abang, ya."

🏘️🏘️

"Nana, mau Abang," tangis Jeano sesenggukan.

Sore ini, setelah pulang dari sekolah, tiba-tiba saja Jeano kembali menangis karena merindukan kakaknya. Pemuda pemilik mata bulan sabit itu menangis sesenggukan dalam pelukan Naren, seakan tidak ingin menghentikan tangisnya sebelum sang kakak datang.

"Kita beli es krim, mau?" Tanya Naren mengusap rambut Jeano lembut.

Kepala pemuda yang berada dalam pelukan Naren itu menggeleng, tangannya menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Nana, ayo cari Abang." Tangisan semakin keras membuat kelima pemuda yang sejak tadi hanya diam melihat Jeano menangis.

"Bang Ano mau beli mainan? Ayo, gue beliin mainan apapun yang Abang mau," celetuk Carel menawarkan, seraya senyum manis ia layangkan.

"ENGGAK!" Pekik Jeano sontak membuat mata Naren terpejam.

"Enggak iya, enggak." Tangan Naren masih mengusap lembut punggung Jeano.

Naren melempar tatapan pada sahabat-sahabatnya, yang dibalas tatapan tanpa respon dari keempatnya, mereka sendiri tidak tau permasalahan kakak beradik saat ini. Jeano hanya menangis dengan mengucapkan kata rindu dengan sang kakak, dan berbicara kalau dirinya menyayangi kakaknya.

"Kita cari Abang, ya." Jidar duduk lebih maju, tangannya terulur mengusap rambut Jeano.

Jeano menoleh pada Jidar, bibir yang bergetar, dengan bahu yang naik turun karena sesenggukan.

"Kasian banget bayi satu ini." Rayyan tidak tega melihat sang sahabat yang sering menangis, mata lucu itu terlihat lebih bengkak karena keseringan menangis.

"Nanti biar Idar yang cari," senyum Haidar meyakinkan Jeano menarik perhatian sang empunya.

"Idar janji cari Abang?" Tanya Jeano dengan terbata, yang dibalas anggukan Haidar.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang