23. Jidar was injured

3.2K 434 176
                                    

Akhirnya bisa up 😭

Pren jangan lupa komen, and vote ye...

Happy Reading!!!


Mata yang semula terpejam itu perlahan terbuka, membiaskan cahaya yang menyapanya. Tubuhnya bergerak, merenggangkan rasa pegal. Kepalanya menoleh, melihat sang kakak yang masih terlelap dalam tidurnya.

Tenggorokannya terasa kering, ia beranjak duduk, terdiam lebih dulu sebelum ia beranjak berdiri, membawa tungkainya melangkah guna mengambil minuman di dapur.

Namun, saat ia baru saja membuka pintu kamar, ia melihat salah satu sahabatnya keluar dengan helm yang ia bawa.

Merasa penasaran ia mengikuti langkah pemuda itu, matanya melotot saat sang sahabat menaiki motornya sendiri, dan motor itu melaju keluar dari pekarangan Dream House.

Mata yang tadi mengangguk seketika segar, berganti dengan pikirannya yang bercabang, memikirkan hal negatif.

"Bang Naren mau kemana, ya?" Gumamnya bertanya.

Tangannya menutup mulutnya, pikiran yang tiba-tiba saja terlintas di kepalanya.

"Jangan-jangan dia mau tawuran," kepalanya menggeleng seolah menyangkal.

"Ya kali," tawa Carel hambar. Namun, sepersekian detik ia berlari memasuki kamar Jidar.

"Jidar, Jie," panggilnya mencari keberadaan sang sahabat di kamarnya. "Anjir si Jidar belum pulang?"

Tungkainya kembali keluar dari kamar Jidar, beralih memasuki kamar Naren dan Rayyan. Netranya bergulir mencari barang yang ingin ia pinjam, sampai ia melihat diatas nakas, kunci motor milik Rayyan.

Perlahan, kakinya melangkah. Seperti maling yang mengendap-endap memasuki sebuah rumah mangsanya, Carel dengan hati-hati mengambil kunci motor itu.

Kedua sudut bibirnya terangkat, saat ia berhasil mendapatkan kunci motor milik Rayyan.

"Bang Rayy, minjem bentar ya, gue khawatir sama Bang Naren," ucap Carel berbisik.

Kakinya melangkah pelan, membuka pintu kamar, dan menutupnya kembali.

Ia berlari kearah luar rumah, menaiki motor ninja berwarna merah milik Rayyan.

Namun, sepersekian detik ia teringat, mengacak rambutnya frustasi.

"Gue lupa, gue enggak bisa bawa motor begini," tangannya bertumpu pada tangki motor dengan kepala yang ia sembunyikan pada lengannya.

"Tapi kalo gue naik mobil, yang ada ketahuan."

Persetan dengan tidak bisa mengendarai motor, Carel tetap menyalakan mesin motor, memakai helm full face milik Rayyan, perlahan motor itu melaju dengan hati-hati.

"Gue sering liat Jidar bawa motor begini, kayaknya. Gue takut anjing," bulu kuduknya meremang, bukan karena takut sekitarnya, hanya saja ia takut terjatuh dari motor dan motor itu akan rusak dengannya.

"Bisa anjir, bisa," matanya terpejam sebentar, dan ia menambah pedal gasnya.

Bola matanya menelisik didepannya, jalanan yang sudah lumayan sepi. Lampu jalan yang menjadi penerang, dan hanya ada beberapa kendaraan yang melaju.

Dua sudut bibirnya terangkat kala netranya menangkap siluet Naren didepannya.

"Bang Naren, please jangan ngebut," gumamnya pelan.

Tatapannya sempat bertemu dengan Naren, dan motor pemuda itu semakin mengebut membuat Carel berdecak kesal.

"Bang Naren tau tah kalau gue ngikutin dia?!" Monolognya bertanya.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang