28. Don't hurt each other

2.5K 386 245
                                    


Mood aku beneran bagus akhir-akhir ini, jadi target vote dan komen itu cuma pengalihan aja 🤭

Jangan lupa vote and komen guys, itu juga termasuk penyemangat aku untuk lanjut up 😗

Happy Reading

••••




Di Ruangan gelap, gorden masih tertutup seakan menolak Matahari untuk masuk.

Tubuhnya terduduk disisi kasur, maniknya menatap frame Poto yang menampilkan dua orang laki-laki yang tersenyum pada kamera.

"Abang, Ano kangen," gumamnya, matanya sudah bengkak karena terus menangis.

Hampir lima hari ini Mahen tidak terlihat dari pandangannya. Entah kemana sang kakak tinggal, atau mungkin kembali ke Dream House.

"Abang enggak benci Ano, kan? Abang janji selalu sayang Ano," tangis lirihnya.

Ia memeluk frame Poto itu, menangis sesenggukan. Napasnya tersengal-sengal, tidak bisa menahan rindu. Biasanya ia selalu bersama dengan sang kakak, tetapi saat lima hari ini ia tidak melihat wajah penuh kehangatan itu.

Jeano beranjak berdiri, langkahnya keluar dari kamar. Di ruang televisi, kedua orang tuanya duduk tanpa televisi yang menyala. Tungkainya melangkah pelan, menghampiri keduanya.

"Papi, Mami," panggilnya pelan sontak menarik atensi kedua orang tuanya.

Tiffany terkejut saat mendapati wajah basah sang putra, dan mata yang sudah bengkak.

"Sayang, kenapa?" Tanya Tiffany menghampiri putra bungsunya.

"Ano mau ke Dream House, Ano mau ketemu Abang," tangis Jeano pecah.

Suara tangis Jeano menggema seisi ruangan, tangis yang ia tahan itu kini pecah. Davian terdiam, menunduk dengan tatapan kosong.

"Abang enggak ada di Dream House," ucap Davian pelan.

"Ada Papi, Abang ada disana," tukas Jeano menatap sang Papi.

"Mami, ayo anter Ano ke Dream House." Pandangannya menoleh pada sang Mami yang menatapnya sendu, mata itu terlihat sedih melihat putranya.

"Ano kangen Abang," tubuh Jeano terduduk dilantai, dada kirinya terasa sesak seolah pasokan udara yang semakin menipis.

"Ano mau kembali ke Dream House?" Kini Davian mengangkat kepalanya melihat putra bungsunya.

"Iya Papi, Ano mau ketemu Abang." Jeano menjawab dengan terbata.

"Abang enggak ada di Dream House, nak." Harus dengan cara apalagi Davian mengatakan pada putranya kalau kakaknya tidak berada di penyewaan.

"Ano mau ke Dream House, Papi." Seakan tidak mendengar apa yang papinya katakan, Jeano terus meminta pada sang Papi untuk membawanya ke Dream House.

"Siap-siap, Papi anter Ano ke Dream House."

🏘️🏘️

"Rel, makan dulu." Panggil Haidar pada Carel yang masih tengkurap dikasur.

"Gue enggak laper," jawab Carel menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Haidar menghela napas, dan keluar dari kamar untuk makan bersama sahabat-sahabatnya yang lain.

Rayyan dan Naren sudah duduk dikursi meja makan, suasana begitu hening, belum ada yang menyentuh makanan yang Naren masak.

"Carel enggak makan," celetuk Haidar bersamaan duduk di kursi dekat Rayyan.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang