24. Wrong Diagnosis

3.4K 437 262
                                    


Sebenarnya aku lemes guys, kalian komennya sedikit 😞 aku gak semangat, ayo dong spam komen kayak sebelumnya, aku kangen komenan kalian tau 😣

Happy Reading semoga kalian suka sama chap kali ini, walau agak aneh 🙇🏻‍♀️

••••••

"Rayy lo bisa bawa mobil enggak sih?!"

Haidar tidak yakin dengan Rayyan, pemuda itu membawa mobil seperti baru bisa menyetir.

Jalanan rusak didepan mereka seakan tidak menjadi penghalang bagi Rayyan, lubang-lubang pada jalan di terobos tanpa melihat apa yang akan terjadi dengan mobil ini nanti.

"Mobil adek gue, Rayy." Sangat miris kalau mobil Carel lecet.

"Diem, suruh siapa Adek lo pake mobil bagus begini?!" Balas Rayyan memutar bola matanya malas, Haidar begitu cerewet membuat fokusnya terganggu.

"Ya mana gue tau, tanya Maminya." Haidar mendengus kesal, ia hanya bisa pasrah saat tubuhnya beberapa kali bergoyang mengikuti gerakan mobil yang menerobos lubang kecil-kecil dan bebatuan.

"Itu, mereka!" Netra Haidar tidak salah, walau disini minimnya cahaya, tetapi tiga orang yang terduduk disisi jalan itu masih sangat terlihat jelas.

Saat Haidar dan Rayyan khawatir dengan ketiga sahabatnya itu, Carel menelpon menggunakan ponsel Naren untuk datang ke lokasi yang mereka kirim.

Tidak tau harus mengendarai dengan apa, pada akhirnya mobil Carel yang memang hanya kendaraan itu yang bisa mereka andalkan.

Dan kini keduanya turun dari mobil, berlari kearah tiga sahabatnya.

"Na, kenapa?" Tanya Rayyan melihat Jidar sudah berada dalam pelukan Naren.

"Nanti aja tanyanya, kita bawa Jidar kerumah sakit dulu aja." Ucap Naren mulai memapah tubuh Jidar dibantu Haidar yang langsung menaruh tangan Jidar pada bahunya.

Mereka memasukkan Jidar kedalam mobil bagian belakang, membaringkan tubuh pemuda yang lebih muda itu disana.

"Carel bawa mobil, gue sama Rayyan bawa motor masing-masing, dan Haidar lo bawa motor Jidar." Naren memberikan arahan yang langsung diangguki sahabat-sahabatnya.

Ketiganya menaiki motor, memakai helm. Carel juga sudah mulai menyalakan mesin mobilnya, dan mobil itu mulai berjalan meninggalkan tempat.

"Mereka sudah pergi," celetuk salah satu pria bertato, kedua tangannya berkacak pinggang melihat kepergian kelima pemuda itu.

"Semoga enggak apa-apa ya," gumam pria berambut gondrong.

🏘️🏘️

Perlahan mata Jidar terbuka, ia melihat Carel yang mengendarai mobilnya.

"Rel," suara serak Jidar tetapi masih bisa Carel dengar.

Carel melihat Jidar dari kaca didepannya, pemuda itu berusaha duduk dengan posisi tangan menumpu tubuhnya.

"Baring aja, Jie."

Jidar menggeleng. "Kita mau kemana, Rel?" Bola mata Jidar melihat sekitarnya, ia mengenal jalan ini, ini bukan jalan kearah rumahnya.

"Kita kerumah sakit."

"Pulang Rel, gue enggak apa-apa!"

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang