05. Happy birthday Rayyan

5.3K 490 407
                                    


Siang kalian!!!

Target 200 komen, kalo tembus aku lanjut... Semakin banyak kalian komen, semakin cepat aku update. Semakin sedikit kalian komen, ya semakin lama juga aku update 🤭

Fighting! Happy Reading

•••••



"Happy birthday Rayyan, happy birthday Rayyan, happy birthday for Rayyan, selamat ulang tahun..."

Lagu ulang tahun yang di nyanyikan untuk dirinya sendiri itu selesai dinyanyikan. Kedua tangan yang menengadah dengan mata yang terpejam, berdoa dalam diam.

Di antara gelapnya ruang kamar nya, tepat waktu jam 12 malam, remaja berkaus hitam dengan celana diatas lutut berwarna senada itu terduduk di kursi meja belajarnya, seraya menatap layar ponsel yang menampilkan poto kedua orang tua nya.

Dimalam penuh kesunyian, sahabat-sahabatnya pun sudah tertidur, sesuai apa yang dirinya mau.

Siang tadi, tanpa sengaja ia mendengar Haidar dan Naren yang berbicara tentang suprise nya di malam tepat jam 12 malam, dan ia langsung menolak nya. Kedua sahabatnya yang sangat terkejut kalau dirinya mengetahui hal itu merasa bingung, karena dirinya tidak ingin di rayakan saat malam hari dan meminta untuk di pagi hari nya saja. Ia ingin Mahen dan Jeano ikut merayakan bersama nya, walau kecil-kecilan tetapi tidak bisa di pungkiri betapa bahagianya ia ketika kedua sahabatnya itu juga hadir.

Kurva nya melengkung membentuk senyum simpul, matanya mulai berkaca-kaca.

"Ayah sama Bunda di mana? Rayyan kangen," gumam Rayyan dengan bibir bergetar menahan tangisannya.

"Ayah, Ayah kemana? Kemarin nilai Rayyan rendah, kenapa Ayah nggak suruh Rayyan pulang dan pukuli Rayyan?"

Ia menyeka air matanya, menghirup udara guna menenangkannya.

"Bunda, biasanya kalo Rayan sakit, Bunda selalu ada di samping Rayyan, tapi kemarin Bunda nggak ada."

Dadanya terasa sesak, pikirannya selalu berpikir negatif, perasaannya tidak enak.

Seharusnya ia bersyukur, sang Ayah tidak lagi memukuli nya dan tidak membuatnya terluka, tapi entah kenapa ia merasa takut. Ayahnya itu keras, tapi dirinya yakin kalau di balik keras nya sifat sang Ayah, memiliki tujuan yang tidak akan membuat nya kecewa.

"Hari ini ulang tahun Rayyan yang ke delapan belas tahun, biasanya pagi-pagi Ayah udah kasih hadiah ke Rayyan lewat Bunda. Walaupun Ayah nggak ngucapin selamat ulang tahun secara langsung atau tulisan ke Rayyan, tapi Rayyan bersyukur Ayah masih selalu ingat ulang tahun Rayyan. Dan sekarang Ayah sama Bunda nggak ada kabar, Rayyan harus apa Ayah?"

Di tatapnya layar ponsel dengan tiga orang yang tersenyum menatap layar kamera, ia kangen masa dimana sang Ayah masih mau menegur nya dan berbicara baik-baik padanya. Tapi entah apa yang membuat sang Ayah berubah, semenjak ia menduduki bangku kelas delapan sosok sang Ayah pergi dengan perlahan.

Ia menoleh, melihat Naren yang menjadi teman satu kamarnya itu sudah tertidur lelap.

Ia kembali fokus dengan Poto pada layar ponsel didepannya, tangannya menepuk kepalanya sendiri, dengan ucapan untuk nya sendiri dalam hati.

"Rayyan hebat, kata Ayah nggak boleh cengeng, laki-laki harus kuat, sekarang istirahat, besok mulai hari baru yang indah." Batinnya.

Rayyan beranjak, mengambil ponselnya dan menaruhnya di atas nakas. Tubuhnya berbaring di samping Naren, menatap remaja sebaya nya itu yang tertidur.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang