06. Drama changing rooms

5.7K 510 439
                                    


Usahain jangan komen 'lanjut, next, ditunggu part selanjutnya, ayo lanjut, dan ketikan yang menjerumus untuk lanjut, dan komen satu komen satu huruf' kalian bisa komen apapun.

Tembus 400 komentar + 250 vote aku lanjut... Nanti kalo udh tembus tag aku ya 😽



••••



"ANO!"

Jeano yang tengah berjalan di lorong koridor itu tersentak, ia menoleh melihat Alika yang berlari seraya merentangkan kedua tangan dengan senyum bahagianya.

"Ano, kangen."

"Heh," Geo yang entah dari mana datangnya langsung menghalangi Alika yang ingin memeluk Jeano.

"Awas!" Alika melotot pada laki-laki jangkung itu.

"Nggak boleh asal peluk, lo."

"Iri kan lo, awas lah gue pengen peluk Ano." Dorongan Alika tak membuat Geo bergeser, remaja dengan Hoodie abu-abu itu hanya diam bersidekap dada.

"Jangan berantem, Ano pusing tau." Kesal Jeano lantas berlalu meninggalkan dua sahabatnya.

"ANO TUNGGU!"

"AKH!"

Alika berlari tatkala berhasil menginjak kuat kaki Geo, membuat sang empunya meringis.

"Cewek nyebelin," gumam Geo mendengus kesal.

🏡🏡

Haidar tertawa lepas, melihat Zizi yang memasang wajah kesal seraya merapihkan rambutnya karena remaja itu yang memberantakkan rambutnya.

"Haidar, udah geh." Ujar Zizi memelas.

"Iya, iya. Maaf, ya. Sini gue bantu rapihin."

Haidar membantu Zizi merapihkan rambutnya. Tanpa sadar kedua bersahabat itu menjadi pusat perhatian.

"Dar, gue paling kesel kalo kita lagi berdua banyak yang liatin." Monolog Zizi dengan diam.

"Biar lah, nggak ngerugiin mereka gini."

"Ya tapi__"

"Wajar, Zi. Orang kita masih didepan gerbang, banyak orang-orang berlalu lalang."

Benar saja, mereka masih berdiri didepan gerbang, wajar saja banyak pasang mata yang melihat dan membicarakan mereka.

"Udah, yuk." Haidar menggenggam tangan Zizi hendak memasuki gerbang, sebelum panggilan seseorang menghentikan langkah mereka.

"Haidar!"

Keduanya menoleh, mendapati seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang tergerai. Kedua mata yang menatap mereka, ralat lebih tepat nya Haidar dengan mata yang berkaca-kaca, tangan yang gemetar seolah telah terjadi sesuatu padanya.

"Jasmin," gumam Haidar.

"Haidar."

Haidar terkesiap, tatkala gadis itu yang berhambur memeluknya. Menangis pilu, membuat Haidar terdiam.

Zizi yang masih digenggam Haidar, perlahan melepas genggaman tangannya. Kurvanya terangkat membentuk senyum kecut, melihat bagaimana Jasmin yang sangat erat memeluk Haidar.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang