13. Ano is angry

4.9K 458 271
                                    


Ini malam Jumat, harusnya aku up besok tapi ada something, aku ada urusan besok jadi hari ini aja...

Kue lapis juga bakalan aku up malam ini, tapi kue lapis agak malaman...

Nanti Minggu depan update seperti biasa ya, moga aja gak ada urusan lagi...

Happy Reading Kiko qooooohhhhhhhh 💋 🤸🏻‍♀️

•••••••

Susana menjadi canggung, Rayyan maupun Lea hanya diam, merasa canggung setelah pelukan mereka tadi.

"Lea," panggil Rayyan membuka percakapan.

"Iya?!" Kepala Lea yang tadi menunduk kini terangkat, melihat Rayyan yang seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Sebentar lagi mereka pulang, lo masih mau di sini?"

Perubahan wajah Lea membuat Rayyan gelagapan. "Bukan, maksud gue bukan gitu, takut nya lo enggak nyaman."

Lea menatap Langit, terlihat terang dengan awan yang berjalan mengikuti arah.

"Kayaknya gue pulang sekarang aja deh," celetuk Lea.

"Gue anter, ya. Sebentar, gue ambil kunci motor dulu."

"Rayyan," Lea menahan tangan Rayyan saat laki-laki itu ingin pergi.

"Iya?!"

"Lo bilang tadi, motor lo masih di rumah lo."

Rayyan memejamkan matanya sebentar, betapa malu nya ia saat ini. Sampai dirinya melupakan kalau motor kesayangannya itu masih terparkir rapih di rumah nya.

Rayyan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merutuki dirinya sendiri.

"Kalo gitu, gue pulang sendiri aja ya." Lea beranjak berdiri, merapihkan sweater yang ia pakai.

"Gue anter ya, naik bis juga."

Lea tersenyum simpul. "Gue bisa, Rayy. Lagian rumah gue juga enggak jauh."

"Tapi__"

"Sampai ketemu di sekolah," sela Lea memotong ucapan Rayyan.

Lea melambaikan tangannya, membawa tungkainya melangkah untuk keluar dari Dream House.

Rayyan memegang dadanya yang berdebar kencang, ia terduduk lemas di kursi luar Dream House itu.

"Lea anjing, paling bisa buat gue degdegan." Gumam nya merasa lemah.

"Enggak bisa," dirinya beranjak kembali, mengejar Lea yang masih bisa ia lihat.

"Lea, tunggu!"

🏘️🏘️

Kelas begitu berisik, para murid sangat semangat untuk pulang. Mereka semua sedang memasukkan buku-buku kedalam loker yang tersedia di kelas, sesekali cekikikan terdengar karena keusilan teman nya.

Jidar masih berdiri di depan loker nya, menatap Carel yang tengah memasukkan buku-buku nya kedalam loker.

"Carel," dengan gerakan cepat, Jidar menahan tangan Carel yang ingin kembali duduk di kursi nya.

"Masih ada Pak hakim," Carel melepaskan tangan Jidar dari tangannya. Lantas tungkainya kembali melangkah untuk duduk di kursi nya.

Jidar terdiam, melihat punggung Carel di depannya.

"Jidar, kamu sudah selesai?"

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang