18. Love language

4.1K 417 355
                                    

Hallow Pacar Ano disini ☠️🐒Emaknya Ano maksudnya 🤸🏻‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallow Pacar Ano disini ☠️🐒
Emaknya Ano maksudnya 🤸🏻‍♀️

Absen dulu ya anak-anak biar wujud kalian tampak terlihat okeyyyyyy, angkat barbel 🏋🏻‍♀️

Happy Reading

••••••••

Langkah kaki itu semakin masuk, melewati setiap nisan yang berjejer ditanah khusus. Nama seseorang tertulis pada setiap nisan, dengan tanah yang sudah di batasi oleh keramik sebagai penahan tanah supaya tidak longsor.

Sebuket bunga berada dalam genggaman, buku Yasin, dan air dalam botol ia bawa pada tangan satunya. Setiap langkah ia berdoa, semakin dekat dengan tujuannya, semakin dadanya memacu berdebar lebih kencang.

Sampai di salah satu makam, kurvanya melengkung membentuk senyum simpul, tubuhnya berjongkok di samping makam, tangannya terulur mengusap nisan dengan nama seseorang yang sangat ia cintai.

Ia menaruh sebuket bunga tersebut diatas dekat nisan. "Untuk kamu, bunganya cantik kayak kamu." Ucapnya seraya melempar senyum manis nya.

"Nay, aku kangen."

Di usapnya nisan dengan nama Kanaya Aurella disana, gadis cantik yang berhasil membuat hatinya jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia tidak tau kenapa takdir memisahkannya dengan cintanya,

"Nay, ada banyak hal yang mau aku ceritain ke kamu," Mahen membuka suara setelah diam beberapa menit.

"Ada seseorang yang selalu mengikuti anak-anak Dream House, mobil itu seperti mengincar di antara kami, tapi kami tidak tau siapa yang mereka incar."

"Papi sama Mami itu enggak pernah benci Ano, mereka seperti itu karena mereka ingin Ano lebih dewasa, tapi mereka tidak sadar kalau itu hanya membuat Ano sakit."

"Aku, Papi, Mami, enggak tau, sebenernya Ano beneran memiliki sindrom Peterpan atau bukan, karena kalau emang Ano punya sindrom Peterpan, enggak mungkin Ano bersikap seperti Ano kecil terus-terusan. Ada saatnya Ano bersikap dewasa, aneh ya Nay, aku juga bingung."

Mahen menatap lekat nisan tersebut, dadanya terasa sesak kalau mengingat betapa jahatnya ia membuat perempuan yang benar-benar mencintainya, perempuan yang rela menjadi boneka adiknya demi melindunginya dan sang adik.

"Nay, aku kangen. Kamu kangen juga kan sama aku?"

Setitik air mata luruh begitu saja, Mahen mengusap hidungnya, menyeka air mata yang mungkin sebentar lagi akan luruh lebih banyak lagi.

Ia menyisir rambutnya kebelakang, mulai membuka buku Yasin yang ia bawa, dan mulai membaca setiap ayat yang tertulis di sana.

Suara lantunan itu terdengar begitu lirih, mati-matian ia menahan air matanya untuk tidak jatuh, karena ia pun tidak ingin membuat Kanaya sedih melihatnya yang seolah belum mengikhlaskannya.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang