15. Ice Cream

4.4K 473 334
                                    


Hey aku baru bisa update, mianhae 😔

Aturan besok mau up, tapi takut mati lampu lagi, jadi sekarang aja, Minggu besok baru sesuai jadwal okeyyy....

Kue Lapis, kalo sempet malam ini, sekitar jam 11/12 gitu, kalo gak sempet besok malam berarti...

Pren, kasih komen banyak dungs, biar semangat nulis lagi, bisa gak ya tembus sekian? Entahlah aku tak yakin 😭

Happy Reading yawww...



Di Dapur, Naren tengah mengaduk susu coklat yang ia buat untuk Jeano, ia juga sudah menyiapkan biskuit diatas piring yang ia beli sebelum dirinya pulang ke Dream House.

Melihat sang sahabat yang menonton televisi, menyiarkan tayangan film anak. Langkah lebarnya membawanya menghampiri laki-laki lucu itu, mengambil tempat kosong di samping nya. Menaruh gelas yang berisi susu coklat itu dan piring berisi biskuit dengan rasa yang sama diatas meja.

Mata bulat Jeano melihat biskuit dan susu dengan sumringah, di ambil nya biskuit berbentuk bulat dengan Coco chips yang menempel di berbagai lingkaran biskuit tersebut.

"Nana, Ano makan ya?" Jeano menunjukkan biskuit yang ia pegang.

Naren membalas dengan senyum, seraya kepalanya mengangguk. "Makan aja, kan Nana siapin buat Ano."

Laki-laki berkaus baby blue dengan gambar tayo di tengah nya itu terkikik, dan menggigit kecil biskuit yang ada di tangannya.

Obsidian Jeano kembali menatap layar televisi, dengan punggung yang bersandar pada sofa seraya mulut yang mengunyah biskuit.

Naren yang berada di samping nya itu terkekeh, tubuhnya semakin dekat dengan Jeano, merangkul bahu yang lebih tua.

"Enak enggak?" Tanya Naren dengan tangan yang mengusap bahu sang sahabat.

Jeano menoleh, mengangguk lucu. "Enak, nanti Nana beliin lagi ya?" Balas Jeano tersenyum membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit.

Anggukan Naren membalas ucapan Jeano, kurva nya melengkung membentuk senyum simpul. Rangkulannya terlepas saat Jeano memajukan tubuhnya guna mengambil gelas berisi susu di meja, dan bersandar kembali pada kepala sofa.

"Nana, mau?" Tanya Jeano menawarkan.

Naren menggeleng, "Ano aja."

"Kenapa Nana enggak mau? Ano belum minum, belum ada bekas mulut Ano." Mata bak anak kucing itu menatap Naren, merasa sedih karena Naren menolak tawarannya.

"Bayi minum dulu, baru Nana yang minum."

Bibir kecil Jeano mengerucut lucu, mendengar kata Bayi yang selalu Naren sematkan untuknya.

"Nana, Ano bukan bayi tau." Laki-laki itu merajuk, menatap Naren kesal.

"Iya, bukan bayi." Naren mengusap pucuk kepala Jeano gemas. "Minum gih, susu nya. Nana udah buatin untuk Ano, masa enggak di minum!"

Kepala Jeano mengangguk-angguk, rambutnya mengikuti setiap tempo anggukan laki-laki itu.

Jeano mulai meminum susu rasa coklat itu, meneguknya sedikit. Lantas ia menyodorkan pada Naren, yang di terima sang empunya.

"Makasih," gumam Naren yang di balas anggukan Jeano.

Naren tertawa kecil melihat kedua pipi Jeano yang mengembung karena menahan susu di kedua pipi nya, dan baru menelan setelah beberapa detik.

BUILDING [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang