Up tengah malam, siapa nih yang belum tidur?
Spam komen guys, pencet tanda bintangnya..
Happy Reading!!!!
"Carel!"
Carel yang tengah berjalan di lorong koridor itu menoleh, melihat Arutala berlari kearahnya.
"Hai, selamat pagi!" Sapa Jidar tersenyum manis.
"Pagi!" Balas sapaan Arutala.
Bola Arutala bergulir seperti mencari seseorang, Carel mengikuti setiap apa yang Arutala liat.
"Cari siapa, La?" Tanya Carel merasa bingung.
"Kak Jidar kemana?" Tanya Arutala.
"Oh, Jidar." Carel ber-oh ria. "Dirumah, dia sakit."
Arutala terdiam, membuat Carel khawatir dengan perubahan air wajah gadis itu. Digapainya dua tangan Arutala, menggenggamnya seraya mengusap lembut punggung tangan itu.
"Kenapa, hm?!" Tanya Carel sangat lembut.
Genggaman tangan Carel semakin erat, Arutala melepaskannya dengan perlahan.
"Gue kekelas duluan," pamit Arutala lantas melangkah pergi dengan sedikit berlari.
Carel melihat punggung Arutala yang semakin menjauh, ia merasa bingung dengan gadis itu, terlihat sangat berbeda. Biasanya akan ada perdebatan lebih dulu, tapi mata gadis itu terlihat sembab.
"Lala kenapa, ya?!" Gumamnya.
🏘️🏘️
Diujung ruangan, pemuda yang semalam mencoba melukai dirinya sendiri itu terduduk, punggungnya bersandar pada tembok, dengan kedua lutut yang ditekuk.
"Kepala gue pusing banget." Jidar menyentuh dahinya yang belum sempat diobati.
Luka kering itu sangat terasa pada dahinya, rasa nyeri pada punggungnya semakin sakit.
Tubuhnya beranjak berdiri, melangkah kearah lemari guna mencari pakaian yang akan ia pakai. Hari ini ia akan membolos, karena ia pun tidak menitip izin pada Carel.
Baru saja ia membuka pintu kamarnya, ia terkejut saat mendapati Naren yang duduk diruang televisi seraya menonton tayangan series pada layar televisi.
Pemuda pemilik bulu mata lentik itu menoleh, tersenyum hangat pada Jidar.
"Kepalanya masih pusing?" Tanya Naren bersamaan ia beranjak menghampiri Jidar.
Ia menyingkirkan anak rambut Jidar yang menutupi sebagian dahinya, melihat luka pada dahi sang sahabat yang masih terlihat darah kering disana.
"Udah gue duga, lo enggak akan obatin lukanya." Naren menutupi kembali luka itu dengan anak rambut Jidar.
"Mau mandi, kan? Habis itu gue obatin, terus makan. Gue udah siapin makanan buat lo," diusapnya lengan Jidar yang masih diam.
"Kenapa lo enggak sekolah?" Tanya Jidar saat Naren hendak duduk kembali di sofa.
Naren menoleh, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana, menghela napas dengan kepala mendanga sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUILDING [✓]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempertemukan tujuh remaja. Sebuah kisah yang menyatukan mereka, berjanji untuk menjadi rumah satu sama l...